Ukuran dan Kepadatan Kelompok

42 Tabel 10. Angka Kepadatan density Satwa pada Empat Tipe Penutupan Lahan Nilai Kepadatan individukm 2 Lokasi Penelitian Minimum Maksimum Rata-rata Koefisien variasi La Solo 24 112 26 14.03 Hutan Primer Tidak Terganggu Wabalamba 145 1809 178 22.39 Hutan Primer Terganggu Balanophora 62 261 120 36.33 Hutan Sekunder Tidak Terganggu Anoa 29 438 82 27.72 Wahalaka 31 36 32 34.16 Hutan Sekunder Terganggu Lapago 33 218 99 40.94

5.5. Ukuran dan Kepadatan Kelompok

Berdasarkan hasil pengamatan habituasi selama dua hari pengamatan dalam petak grid seluas 1 km 2 terhadap satu kelompok M.o. brunnescens yang diikuti secara intensif, diperoleh suatu dugaan ukuran kelompok M.o. brunnescens sebesar 35 ekorkelompok. Priston 2002 menyatakan bahwa ukuran kelompok M.o. brunnescens yang ada dalam tipe habitat perladangan penduduk adalah sebesar 18,5 ekorkelompok. Jumlah individu seluruh perjumpaan adalah sebanyak 317 ekor yang berasal dari 4 tipe penutupan lahan. Hal diatas memberikan informasi tentang besar ukuran kelompok rata-rata hasil pengamatan dari 24 jalur transek, yaitu sebesar 7,54 ekorkelompok, dengan jumlah perjumpaan sebanyak 42 perjumpaan. Ukuran kelompok yang dijumpai dari hasil pengamatan pada seluruh jalur memberikan data sebesar 1 sampai dengan 31 ekor dalam setiap perjumpaan. Ukuran populasi setiap kelompok monyet akan bervariasi pada setiap daerah, tergantung pada tipe hutan yang menjadi habitatnya dan tergantung juga pada ketersediaan pakan alaminya. Supriatna 2000 menyebutkan bahwa ukuran populasi per kelompok dari M.o. brunnescnes dapat berkisar antara 12–23 ekorkelompok. Supriatna 1990 juga menyatakan bahwa pada hutan primer areal hutan TWA Air jatuh, M.o. brunnescens dapat berkelompok dalam jumlah 30,5 ekorkelompok. Dugaan lokasi penyebaran monyet buton pada jalur transek pengamatan disajikan pada Gambar 11. 43 Santosa 1993 menyatakan bahwa ukuran kelompok akan bervariasi menurut tingkat kepadatan populasinya. Perubahan aggota kelompok satwa dapat dipengaruhi oleh perilaku makan, perilaku anti predator, dan pola reproduksi. Berubahnya kelompok satwaliar terutama disebabkan karena : a. Adanya pemanenan individu bayi b. Migrasi pada satwaliar. c. Banyaknya kelahiran dan kematian. d. Pecahnya satu kelompok. e. Persaingan yang ketat untuk memperoleh makanan dan memperoleh individu betina antar jantan dewasa. Tabel 11.Ukuran Populasi Kelompok M.o. brunnescens di kawasan Hutan Lambusango. No Ukuran Kelompok Frekwensi teramati Hutan Primer tidak terganggu Frekwensi teramati Hutan Primer Terganggu Frekwensi teramati Hutan Sekunder Tidak Terganggu Frekwensi teramati Hutan Sekunder Terganggu 1 1 - 5 13 3 4 5 2 6 - 10 4 1 2 3 11 - 15 1 1 2 4 16 - 20 2 1 1 5 21 - 25 6 26 - 30 1 7 31 - 35 1 8 Frekwensi Teramati Total 21 6 7 8 Pada beberapa areal lokasi penelitian, ditemukan M.o. brunnescens yang hidupnya menyendiri, walaupun sebenarnya sistem hidup satwa tersebut berkelompok. Cara hidup soliter pada spesies M.o. brunnescens dapat disebabkan oleh kalahnya individu monyet tersebut pada saat berkelahi dalam memperebutkan makanan atau betina dewasa pada saat aktivitas kawin. Hutan primer menghasilkan frekwensi pengamatan yang besar dengan ukuran kelompok yang relatif kecil pada setiap perjumpaan. Fenomena tersebut sesuai dengan pendapat Jorde 1974 dan Clutton-Brock Harvey 1977 dalam Supriyadi 1990, yang menyatakan bahwa ukuran kelompok primata cenderung lebih sedikit pada tipe hutan primer dibandingkan tipe hutan sekunder. Kecilnya ukuran 44 kelompok primata yang hidup pada tipe hutan primer merupakan sebagai bentuk adaptasi terhadap menyebarnya sumber pakan di alam, sehingga setiap kelompok memerlukan pergerakan yang cepat utuk memperoleh sumber pakan tersebut, dan ukuran kelompok yang kecil akan memudahkan pergerakan harian primata dalam upayanya mendapatkan makanan. 45 Gambar 12. Peta Sebaran Lokasi Penemuan M.o. brunnescens di Kawasan Hutan Lambusango 4 3

5.6. Struktur Umur