37 konsep tujuh jenis. Menurut Cooper 2001, berdasarkan hasil penelitian terhadap
morfologi tubuh Macaca yang hidup endemik di Pulau Buton dan Muna, maka pengklasifikasian satwa tersebut ke dalam jenis M. brunnescens adalah tidak tepat
dan sudah tidak berlaku lagi. Satwa tersebut lebih tepat dimasukan sebagai sub- spesies dari M. ochreata dengan nama M.o. brunnescens. Whitten 2002
menyatakan bahwa dengan mengacu pada teori Groves 1980, maka pada saat ini akan lebih masuk akal bila memasukan M.o. brunnescens sebagai sub-spesies
dari M. ochreata. Untuk sub-spesies M.o. brunnescens telah diklasifikasikan secara lengkap
sampai pada tingkat spesies oleh Fooden 1969 dalam Muskita 1988 ke dalam taksonomi sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phyllum : Chordata
Sub-phyllum : Vertebrata
Class : Mammalia
Ordo : Primata Linnaeus, 1958
Sub ordo : Anthropoidea
Famili : Cercopithecidae
Sub famili : Cercopithecinae
Genus : Macaca
Spesies : Macaca ochreata
Sub-spesies : Macaca ochreata brunnescens Matschie, 1901.
2.1.2. Morfologi
M.o. brunnescens adalah monyet yang memiliki ukuran morfometris tubuh sebagai berikut: panjang tubuh termasuk kepala berkisar antara 39,50 cm sampai
dengan 40,47 cm untuk individu betina dewasa. Data ini diambil dari sampel 3 individu betina dewasa yang berasal dari Pulau Labuan blanda. Sedangkan pada
individu jantan dewasa yang berasal dari Pulau Buton, diperoleh data morfometrik panjang tubuh sebesar 47,50 cm sampai dengan 49,50 cm Fooden, 1969 dalam
Supriyadi, 1990. Menurut Albrecht 1977 dalam Supriyadi 1990, monyet Sulawesi memiliki panjang ekor berkisar 2,80 cm hingga 5,50 cm.
38 M.o. brunnescens memiliki rambut berwarna cokelat sampai cokelat
kehitaman di permukaan tubuhnya. Bagian muka dari monyet tersebut berwarna hitam, dengan atau tanpa ditutupi rambut halus kehitaman. Permukaan luar bagian
bawah tangan sampai siku ditutupi bulu berwarna cokelat kelabu hingga cokelat, serta permukaan luar sebelah belakang dari kaki sampai paha berwarna kelabu
sampai dengan cokelat kehitaman Fooden, 1969 dalam Supriyadi, 1990. Eisenberg 1972 dalam Supriyadi 1990, menyatakan bahwa pada
individu M.o. brunnescens dewasa memiliki ukuran tubuh besar, sedangkan pada individu yang masih remaja relatif lebih kecil daripada individu dewasa. Individu
M.o. brunnescens betina dewasa mempunyai ukuran tubuh sedikit lebih kecil daripada jantan dewasanya, akan tetapi masih lebih besar dari ukuran tubuh
monyet remaja. Monyet yang tergolong kelas umur anak mempunyai ukuran tubuh yang relatif kecil.
Perbedaan yang mudah teramati antara individu monyet jantan dan monyet betina pada jenis M.o. brunnescens ini adalah kelenjar susu dan bentuk bantalan
duduknya ischial callosities. Menurut Eisenberg 1972 dalam Supriyadi 1990, pada individu betina dewasa, kelenjar susunya berkembang baik, sedangkan pada
individu jantan tidak berkembang. Menurut van Noordwijk 1983 dalam Supriyadi 1990, individu jantan akan memiliki gigi taring yang lebih panjang
daripada gigi taring pada individu betina. Perbedaan ini akan terlihat jelas ketika individu telah menginjak usia dewasa. Pada individu M.o. brunnescens yang
masih anak dan remaja, masih sulit untuk dapat membedakan jenis kelaminnya dan juga masih sulit untuk membedakan ukuran tubuhnya.
Fooden 1969 dalam Supriyadi 1990 menyatakan bahwa M.o. brunnescens memiliki bantalan duduk ischial callosities yang berbentuk
menyerupai ginjal. Pada monyet jantan, bantalan duduk sebelah kiri akan bersatu dengan bantalan sebelah kanan, sedangkan pada individu betina dewasa, bantalan
duduk akan terpisah oleh vagina. Bantalan duduk individu betina dewasa memiliki warna merah jambu yang akan membengkak ketika musim kawin tiba.
39
2.2. Populasi dan Penyebaran