Kondisi Penutupan Lahan HASIL DAN PEMBAHASAN

32

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Kondisi Penutupan Lahan

Areal lokasi penelitian merupakan areal hutan yang masuk ke dalam kelompok hutan Lambusango dengan luas keseluruhan + 65.000 ha, yang merupakan tipe hutan hujan dataran rendah lowland evergreen rainforest dan terletak di Kabupaten Buton. Areal hutan Lambusango terdiri atas beberapa status hutan, yaitu Suaka Margasatwa SM Lambusango seluas 28.510 ha, Cagar Alam CA Kakinauwe seluas + 810 ha, Hutan Lindung dan Hutan Produksi Terbatas HPT seluas + 35.000 ha Purwanto, 2005. Dalam penelitian ini areal hutan diklasifikasikan menjadi delapan tipe penutupan lahan, yaitu: hutan primer tidak terganggu, hutan primer terganggu, hutan sekunder tidak terganggu, hutan sekunder terganggu, areal bukan hutan, semak belukar, awan dan bayangan awan. Pada areal hutan primer, habitat terancam oleh adanya kegiatan illegal logging terutama hutan sekitar Camp La Solo dan Wabalamba. Terdapat kurang lebih 3 titik illegal logging di sekitar hutan La Solo, dan kurang lebih 25 titik illegal logging pada areal sekitar hutan Wabalamba BKSDA pers.comm, 2005. Pada areal hutan sekunder, habitat terganggu terfragmentasi oleh adanya kegiatan perladangan dan pengambilan rotan oleh masyarakat sekitar hutan. Tipe hutan tersebut secara umum berbatasan langsung dengan ladang penduduk sekitar hutan. Kondisi penutupan lahan wilayah hutan Lambusango disajikan pada Gambar 9. Dari hasil klasifikasi lahan dengan menggunakan metoda klasifikasi tak terbimbing, diperoleh data luas areal lokasi penelitian sebagaimana disajikan pada Tabel 4. Kawasan bukan hutan yang tampak dari hasil klasifikasi lahan, merupakan areal perladangan penduduk dan pemukiman, sehingga tampak secara umum lokasinya mengelilingi kawasan hutan Lambusango. Penafsiran citra ini mengacu pada hasil klasifikasi citra kabupaten Buton oleh Carlisle 2003 dalam Opwall 2004, dengan mencocokan wilayah dan warna spektral hasil klasifikasi dengan peta penutupan lahan kabupaten Buton. 33 Tabel 4. Klasifikasi Penutupan Lahan di Hutan Lambusango No Tipe Penutupan Lahan Luas ha Persentase 1 2 3 4 5 6 7 8 Hutan Primer Tidak terganggu Hutan Primer Terganggu Hutan Sekunder Tidak Terganggu Hutan Sekunder Terganggu Areal Bukan Hutan Semak Belukar Awan Bayangan Awan 25.542,3 5737,59 18.049 14.522 6284,61 7192,89 6547,95 3120,93 29,35 6,59 20,74 16,69 7,22 8,26 7,52 3,58 Total 86.997,29 99,95 Bila melihat data luas areal hutan Lambusango hasil klasifikasi citra dengan data dari Departemen Kehutanan, mengenai total luas hutan Lambusango, maka terdapat selisih perbedaan luas areal sebesar + 24.997 ha. Hal tersebut disebabkan luas areal hasil klasifikasi citra tidak hanya meliputi areal hutan Lambusango awal Gambar 8, akan tetapi meliputi juga hutan-hutan sekitar Lambusango, yang semula berstatus hutan produksi. Gambar 8. Areal Hutan Lambusango pada Tahun 2004 Opwall, 2004 Dari Gambar 9, dapat dilihat bahwa tipe penutupan hutan primer tidak terganggu ditunjukan dengan warna spektral hijau tua yang memiliki luas areal sebesar 25.524,3 ha, dengan persentase luasan sebesar 29,35. Areal hutan primer terganggu ditunjukan dengan warna hijau muda, dengan luas areal 5737,9 ha. Awan dan bayangan awan dikelompokan kedalam tipe penutupan lahan tidak terdefinisikan, dengan luas gabungan sebesar 9668,88 ha Tabel 4. 34 Gambar 9. Peta Penutupan Lahan 3 3 35

5.2. Pola Sebaran Spasial Vertikal