Struktur Umur Seks Rasio

5.6. Struktur Umur

Dewi 2005 menyatakan bahwa struktur umur merupakan salah satu karakteristik yang penting untuk menganalisis dinamika populasi dan dapat dipergunakan untuk menilai keberhasilan perkembangbiakan satwaliar. Nilai struktur umur tersebut dapat digunakan untuk menilai prospek kelestarian satwaliar. Tarumingkeng 1994 menyebutkan bahwa secara garis besar, struktur umur populasi dapat digolongkan atas tiga pola, yaitu: struktur umur menurun, struktur umur stabil dan struktur umur meningkat. Van Lavieren 1982 dalam Siahaan 2002, menyatakan bahwa pengelompokan paling sederhana dari struktur umur adalah pengelompokan ke dalam kelas umur bayi new born, anak juvenile, muda sub-adult, dan dewasa adult. Dari hasil pengamatan yang dilakukan dengan cara habituasi terhadap satu kelompok M.o. brunnescens yang hidup di areal cagar alam Kakinauwe, yang tergolong ke dalam tipe hutan primer, diperoleh data struktur umur dari kelompok monyet tersebut, yaitu: 5 jantan dewasa, 8 betina dewasa, 9 remaja, 7 anak dan 6 bayi. Struktur umur tersebut tidak dapat dijadikan patokan untuk menduga struktur umur M.o. brunnescens secara keseluruhan, karena kurang mewakili populasi sebenarnya di lapangan. Akan tetapi hal tersebut dapat menjadi sedikit gambaran mengenai kondisi struktur umur monyet yang berada ada kawasan hutan yang dekat dengan pemukiman penduduk. Pada kawasan hutan yang terdapat 6 lokasi penelitian di dalamnya, tidak dilakukan pendugaan struktur umur, dikarenakan kesulitan dalam membedakan jenis kelamin satwa, akibat dari pergerakan satwa yang cepat dan sulit untuk diikuti pada saat pengamatan.

5.7. Seks Rasio

Alikodra 2002 menyatakan bahwa seks rasio atau perbandingan antara jumlah individu jantan dan betina, biasa dinyatakan sebagai jumlah jantan dalam 100 ekor betina. Dari hasil pengamatan habituasi, seks rasio dari satu kelompok M.o. brunnecens mengasilkan perkiraan kelas umur dewasa sebesar 1:1,6. Menurut Priston 2002, struktur umur M.o. brunnescens dewasa yang hidup pada areal hutan sekitar ladang farmland menghasilkan pendugaan seks rasio 1:2 sampai dengan 1:3,5. Bila membandingkan antara seks rasio hasil penelitian penulis dengan hasil penelitian Priston 2002, penulis berpendapat bahwa kecilnya seks rasio yang terjadi pada kelompok M.o. brunnescens yang hidup pada tipe hutan primer disebabkan oleh kecilnya ukuran kelompok yang dibentuk oleh populasi M.o. brunnescens tersebut. Besarnya seks rasio satwa yang menempati tipe penutupan lahan yang berdekatan dengan ladang penduduk disebabkan oleh besarnya ukuran kelompok yang dibentuk oleh M.o. brunnescens, sebagai bentuk adaptasi terhadap melimpahnya sumber pakan di dalam kebun penduduk. Hal tersebut sebagai bentuk mekanisme pertahanan satwa terhadap serangan predator, dalam hal ini pengusiran oleh petani ladang. 5.8. Sebaran Spasial Populasi 5.8.1. Sebaran Spasial Horisontal