Hakikat Matematika Landasan Teori

peraga yang diharapkan dapat mengatasi miskonsepsi yang dialami oleh siswa tersebut.

2.2. Landasan Teori

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori-teori yang relevan sebagai landasan teoretis. Penjelasan teori-teori yang akan digunakan meliputi 1 hakikat matematika; 2 teori belajar; 3 pengertian model pembelajaran; 4 model Guided Discovery Learning; 5 model ekspositori; 6 metode CRI; 7 pengajaran remidial; dan 8 tinjauan materi segitiga.

2.2.1. Hakikat Matematika

Banyak para ahli yang mengemukakan pendapatnya mengenai definisi matematika. Beberapa ahli sebagaimana dikutip oleh Suherman 2003: 17, merumuskan definisi tentang matematika, yaitu sebagai berikut. a Johnson dan Rising 1972: matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logis. Matematika adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide daripada mengenai bunyi. b Kline 1973: matematika bukanlah pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu terutama untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi, dan lain-lain. Sedangkan menurut Sugiarto 2010, “matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia .”. Dari definisi–definisi diatas dapat memberikan gambaran kepada kita bahwa matematika adalah ilmu tentang bilangan yang menggunakan istilah-istilah yang didefinisikan dengan tepat dan adanya matematika adalah untuk mendukung pengetahuan lain, sehingga dapat berkembang dengan pesat. Kebenaran matematika pada dasarnya bersifat koheren yaitu kebenaran dalam matematika didasarkan pada kebenaran-kebenaran yang telah diterima sebelumnya Sumardyono, 2004: 4. Adapun metode mencari kebenaran yang dipakai oleh matematika adalah ilmu deduktif, sedangkan oleh ilmu pengetahuan adalah metode induktif atau eksperimen. Namun dalam matematika mencari kebenaran itu bisa dimulai dengan cara induktif, tetapi selanjutnya generalisasi yang benar untuk semua keadaan harus bisa dibuktikan secara deduktif. Dalam proses pembelajaran dikelas agar ilmu yang dimiliki oleh guru dapat terhantarkan ke siswa, maka diperbolehkan menggunakan pendekatan induktif. Akan tetapi seorang guru harus bisa membuktikan kebenarannya secara deduktif. Menurut Gagne Bell, 1981: 108-109, terdapat dua jenis objek belajar dalam matematika yaitu objek langsung dan tak langsung. Objek tak langsung adalah transfer belajar, kemampuan menyelidiki, kemampuan memecahkan masalah, disiplin pribadi, dan apresiasi pada struktur matematika. Sedangkan objek langsung belajar matematika adalah fakta, keterampilan, konsep, dan prinsip. Fakta adalah kesepakatan-kesepakatan dalam matematika, seperti simbol- simbol matematika. Contoh: kaitan simbol “2” dengan kata “dua”, “+” adalah simbol dari operasi penjumlahan, dan tangen adalah nama suatu fungsi khusus dalam trigonometri. Keterampilan adalah kemampuan memberikan jawaban yang benar dan cepat. Misalnya pembagian cara singkat. Konsep adalah ide abstrak yang memungkinkan kita mengelompokkan objek ke dalam contoh dan bukan contoh. Contoh konsep adalah bilangan prima, segitiga, dan ruas garis tinggi. Prinsip merupakan objek yang paling kompleks. Prinsip adalah sederetan konsep beserta dengan hubungan diantara konsep-konsep tersebut. Contoh prinsip adalah ni lai sinus α sama dengan panjang sisi didepan α dibagi panjang sisi miring, dua bangun datar kongruen apabila panjang sisi-sisi yang bersesuaian sebanding dan ukuran sudut-sudut yang bersesuaian sama, dan kuadrat dari sisi miring pada segitiga siku-siku sama dengan jumlah kuadrat dari kedua sisi lainnya

2.2.2. Teori Belajar