peneliti merasa cukup memilih sembilan subjek dari ketiga kelompok dengan kecakapan intelektual yang berbeda.
3 Secara umum, pemilihan 9 subjek yang terdiri dari ketiga kelompok tersebut
diharapkan dapat memberikan gambaran miskonsepsi dari berbagai tingkat kemampuan pemahaman konsep.
3.5. Data dan Sumber Data Penelitian
Menurut Lofland dan Laofland sebagaimana dikutip oleh Moleong 2011: 157, sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan,
selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Walaupun sumber data diluar kata dan tindakan merupakan sumber data kedua, akan tetapi
hal itu tidak dapat diabaikan seperti sumber tertulis. Data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data utama berupa kata-kata atau hasil wawancara
yang dilakukan kepada siswa yang dicatat melalui catatan tertulis, recording, serta perekaman video dan sumber data kedua yaitu hasil pekerjaan siswa dalam
menyelesaikan soal pemahaman konsep.
3.6. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan data dalam penelitian ini adalah.
3.6.1. Tes Diagnostik Pemahaman Konsep
Menurut Arikunto 2010: 193, tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan,
intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Sedangkan tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui
kelemahan-kelemahan siswa sehingga dapat dapat dilakukan penanganan yang tepat Arikunto, 2012: 48. Tes diagnostik ini diberikan untuk memperoleh data
miskonsepsi siswa dalam mengerjakan soal pemahaman konsep.
3.6.2. Wawancara
Esterberg sebagaimana dikutip oleh Sugiyono 2012: 317, wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya
jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Lebih lanjut maksud wawancara ditegaskan oleh Lincoln dan Guba sebagaimana dikutip
Moleong 2011: 186 antara lain: mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, dan lain-lain. Salah satu cara untuk
memperoleh pengamatan langsung adalah wawancara kepada orang yang kita
maksud.
Wawancara dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui dan menangkap secara langsung seluruh informasi dari subjek penelitian. Wawancara dilakukan
terhadap siswa yang menjadi subjek penelitian yaitu 3 siswa dari tiap tingkatan kelas yaitu kelas atas, menengah, dan bawah. Sebelum melakukan wawancara,
terlebih dahulu disusun pedoman wawancara. Menurut Arikunto 2010: 192, pedoman wawancara merupakan suatu alat bantu yang digunakan untuk
memperoleh data yang berupa ancer-ancer pertanyaan yang akan ditanyakan sebagai catatan.
Secara garis besar, ada dua macam, yaitu pedoman wawancara terstruktur dan pedoman wawancara tidak terstruktur. Dalam penelitian ini, pedoman
wawancara yang akan digunakan adalah pedoman wawancara tidak terstruktur karena hanya memuat garis besar pertanyaan yang akan ditanyakan dan
pewawancara dalam hal ini penelitilah yang akan mengembangkan pertanyaan saat proses wawancara. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Nasution 1996:
72, pada mulanya dalam proses wawancara belum dapat dipersiapkan sejumlah pertanyaan yang spesisifik karena belum dapat diramalkan keterangan apa yang
akan diberikan oleh responden, belum diketahui dengan jelas kearah mana pembicaraan akan berkembang. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan
pedoman wawancara berupa lembaran berisi indikator-indikator faktor-faktor penyebab miskonsepsi dan letak masalah yang dijadikan pegangan dalam
pembicaran, sehingga hasil wawancara bisa lebih luas, lengkap, dan terperinci. Prosedur penyusunan pedoman wawancara pada penelitian ini adalah
sebagai berikut. 1
Menyusun indikator-indikator faktor penyebab miskonsepsi 2
Mengkonsultasikan indikator-indikator faktor penyebab miskonsepsi kepada kedua dosen pembimbing.
3 Menyusun daftar pertaanyaan sesuai indikator dan letak miskonsepsi siswa.
Daftar pertanyaan ini bisa dikembangkan tergantung situasi pada saat wawancara.
3.6.3. Lembar Observasi