2.2.4. Alat Peraga
Adanya alat peraga sebagaimana dikemukakan Suherman 2003: 243, diantaranya dapat digunakan untuk pembentukan konsep dan pemahaman konsep.
Menurut Sugiarto 2010, Secara psikologis, taraf berfikir siswa di pendidikan dasar SDMI dan di kelas awal SMPMTs masih
berada pada tahap operasi konkret, sedangkan substansi matematika bersifat abstrak, sehingga dengan memanfaatkan alat
peraga, siswa akan lebih mudah memahami konsep dan prinsip matematika yang abstrak tersebut.
Hal tersebut juga diungkapkan Bell1987 : 102, siswa pada kelas VII sebagian masih pada tahap operasional konkret, sebagian baru memasuki tahap
operasional formal, dan sebagian lagi berada diantara tahap operasional konkret dan operasional formal.
Selain dapat membantu siswa menemukan konsep pembelajaran dengan alat peraga akan menimbulkan rasa ketertarikan dan rasa ingin tahu siswa
sehingga siswa termotivasi untuk belajar matematika. Perasaan senang siswa ketika belajar akan mempengaruhi otak siswa untuk menyimpan memori-memori
lebih kuat mengenai apa yang baru saja terjadi sehingga akan bertahan lebih lama dalam ingatan siswa.
Melalui alat peraga yang ditelitinya itu, anak akan melihat langsung bagaimana keteraturan dan pola struktur yang terdapat dalam benda yang sedang
diperhatikannya itu. Keteraturan tersebut kemudian oleh anak dihubungkan dengan keterangan intuitif yang telah melekat pada dirinya” Suherman, et al,
2003. Bruner melalui teorinya mengungkakan bahwa dalam proses belajar
sebaiknya siswa diberi kesempatan untuk memanipulasi benda-benda alat peraga.
Menurut Waluya dalam Sugiarto 2010, ditinjau dari fungsinya, mediaalat peraga dapat 1 memberikan motivasi belajar, 2 memberikan variasi
dalam pembelajaran, 3 mempengaruhi daya abstraksi, 4 memperkenalkan, memperbaiki, dan meningkatkan pemahaman konsep dan prinsip. Fungsi
–fungsi tersebut muncul karena dimanfaatkan dengan benar. Pemanfaatan alat peraga
yang dilakukan secara benar dan petunjuk penggunaan yang jelas akan memberikan kemudahan bagi siswa untuk membangun sendiri pengetahuan yang
sedang dipelajarinya Sugiarto, 2010. Tuntutan kurikulum baik KBK tahun 2004 maupun KTSP Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan tahun 2006 sebagaimana dikutip oleh Sugiarto 2010 mensyaratkan agar guru membimbing siswa untuk menemukan kembali
konsep atau prinsip dalam matematika agar siswa terbiasa melakukan penyelidikan dan melakukan penemuan. Dalam proses penemuan dapat
menggunakan teknologi seperti komputer, alat peraga, atau media lainnya sehingga akan dicapai untuk peningkatan keefektifan dalam pembelajaran. Alat
peraga akan membantu siswa dalam menemukan dan memahami konsep pada pembelajaran apabila alat peraga tersebut layak untuk digunakan.
Menurut Sumardyono dalam Nurhasanah 2012, terdapat 22 aspek penting yang mendukung layak tidaknya suatu alat peraga
matematika. 22 aspek tersebut terdiri dari 10 aspek berkenaan dengan aspek pedagogi konseptual dan 12 aspek berkenaan dengan
aspek fisik. Indikator butir kelayakan alat yaitu 1 Urgency, 2 Concept accuration, 3 Feasibility to understanding the concept,
4 Interest, 5 Variability, 6 Basic for abstraction, 7 Reflektive thinking, 8Inquiry, 9 Concept significance, 10 Integrated
activity, 11 Durability, 12 Misconception by construction, 13 Attractiveness, 14 Physical accuracy, 15 Simplicity operation,
16 Simplicity construction, 17 Mobility, 18 Physical competency, 19 Store feasibility, 20 Physical-safety, 21
Chemical-safety, 22 Economic.
2.2.5. Miskonsepsi