Gambaran Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Perilaku Seksual Pranikah

49,2 pernah berciuman bibir, 32,8 pernah necking, 24,6 pernah meraba bagian dada, 23,0 pernah meraba alat vital, 19,7 pernah petting, dan 18,0 pernah bersenggama. Sedangkan dari 24 orang perempuan, 39,3 pernah berpegangan tangan, 29,5 pernah berpelukan, 29,5 pernah berciuman pipi, 13,1 pernah berciuman bibir, 1,6 pernah necking, 1,6 pernah meraba bagian dada, 1,6 pernah meraba alat vital, 1,6 pernah petting, dan 1,6 pernah bersenggama. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa responden laki-laki lebih rentan melakukan perilaku seksual pranikah dibanding dengan responden perempuan. Hal ini juga di karenakan jumlah responden laki-laki lebih banyak dari jumlah responden perempuan di Jalan Sei Padang. Demikian juga dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ahmad 1993, dimana 85 dari 11,75 responden melakukan hubungan seksual pranikah adalah laki-laki. Begitu juga dengan hasil penelitian Megawati 1999, yang memperoleh sebesar 2,2 mahasiswa pernah melakukan hubungan seksual pranikah dan semuanya adalah laki-laki. Dari hasil penelitian diketahui sebagian besar responden pria dan wanita sudah melakukan aktifitas pacaran berpegangan tangan,kemudian berpelukan, berciuman, petting, necking, meraba alat vital, dan sampai pada bersenggama. Beberapa alasan responden melakukan hubungan seksual diantaranya diajak oleh pacar, bahkan ada yang mengaku melakukan hubungan seksual karena sudah menjadi kebutuhan dalam berpacaran. Menurut Yusuf 2006, timbulnya hasrat seksual menjadi ciri khas khusus yang menandai dimulainya masa remaja yang sering diartikan sebagai masa yang penuh dengan gejolak cinta yang tertwujud dalam bentuk pacaran.

5.7 Gambaran Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Perilaku Seksual Pranikah

dengan Tindakan Perilaku seksual pranikah Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.50 dapat dilihat bahwa dari 51 orang yang tingkat pengetahuannya baik, sebanyak 34 orang 66,7 tindakannya tidak baik. Sedangkan dari 10 orang yang tingkat pengetahuannya sedang, sebanyak 7 orang 70,0 tindakannya tidak baik. Berdasarkan hasil analisis statistik dengan uji chi-square diperoleh nilai p =1,000 0,05 hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan mengenai hubungan perilaku seksual pranikah dan tindakan seksual pranikah. Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat dilihat bahwa responden yang berada pada tingkat pengetahuan terbesar berada pada tindakan tidak baik, berarti responden telah melakukan perilaku seksual pranikah. Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa responden yang memiliki pengetahuan baik belum tentu dapat menurunkan resiko untuk tidak melakukan tindakan seksual pranikah. Hal ini tidak senada dengan penelitian yang dilakukan Hartono 1988 di SMU Jakarta dan Surabaya yang menunjukkan pemahaman yang baik terhadap akibat hubungan seksual pranikah akan menurunkan resiko melakukan hubungan seksual pranikah. Kenyataan ini menggembirakan karena dengan pemahaman demikian diharapkan remaja akan berhati-hati dalam mengambil keputusan untuk melakukan hubungan seksual pranikah. Berdasarkan teori Lawrence Green menyatakan bahwa tindakan seseorang terbentuk dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu, faktor-faktor predisposisi, faktor pendukung, dan faktor-faktor pendorong. Dimana pengetahuan termasuk faktor predisposisi bersama dengan sikap, kepercayaan, keyakinan dan nilai-nilai yang terdapat dimasyarakat. Selain itu faktor pendukung juga mempunyai peranan penting dalam terjadinya suatu tindakan yaitu dengan tersedianya sarana, fasilitas atupun kesempatan untuk terwujudnya suatu tindakan.

5.8 Gambaran Hubungan Antara Motivasi Intrinsik Terhadap Perilaku Seksual