hubungan dengan pacar dapat menyebabkan seseorang melakukan hubungan seksual. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Antono 2004 tantang “Faktor-
fa ktor Yang Memengaruhi Perilaku Seksual Remaja Di Jawa Tengah” yang menyatakan bahwa
salah satu faktor yang dapat memicu terjadinya perilaku seksual yaitu adanya hubungan yang terlalu dekat antara remaja dengan pasangannya, kedekatan tersebut bila menimbulkan perasaan
yang menganggap aktifitas seksual menjadi hal yang biasa dilakukan, misalnya berpelukan, ciuman atau aktifitas seksual lainnya.
Menurut George dan Berscheid remaja mulai mempunyai minat terhadap lawan jenisnya dimana hubungan dua remaja yang berbeda jenis kelamin ini akan mendorong remaja kearah
percintaan pacaran, erasaan cinta diantara dua remaja bila tidak lagi tekontrol dapat mrnimbulkan berbagai perilaku beresiko antara lain perilaku seksual Yusuf, 2006 dala Arliza,
2010. Melakukan hubungan seksual bagi seorang remaja memiliki banyak dampak bagi remaja
itu sendiri. Akan tetapi dari hasil penelitian hanya sedikit responden yang mengetahui beberapa dampak dari seorang remaja melakukan hubungan seksual. Dampak dari melakukan hubungan
seksual yaitu kehamilan yang merupakan dampak langsung atau dampak fisik yang akan dirasakan seseorang. Selain dampak fisik terdapat dampak psikologis dan dampak sosial.
Dampak psikologis yaitu berupa tidak percaya diri, malu, perasaan bersalah dan stres depresi, dampak sosial yang akan dirasakan seperti dikucilkan oleh masyarakat, drop out dari sekolah,
diusir dari rumah kost, dan sebagainya Siti, 2008.
5.3. Gambaran Motivasi Intrinsik responden Terhadap Perilaku Seksual
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Menurut Purwanto 1999, motivasi intrinsik berasal dari dalam diri manusia, biasanya timbul dari perilaku yang dapat memenuhi kebutuhan, sehingga manusia akan puas. Menurut
Djamarah 2002, motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dari dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk
melakukan sesuatu. motivasi intrinsik datang dari hati sanubari umumnya karena kesadaran. Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.26 dapat dilihat bahwa jumlah responden
berdasarkan tingkat motivasi intrinsik terhadap perilaku seksual pranikah di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan yang terbanyak pada tingkat motivasi intrinsik baik
yaitu sebanyak 52 orang 85,2. Hal ini menunjukkan bahwa hampir semua mahasiswa indekost di Jalan Sei Padang belum terdorong nalurinya untuk melakukan perilaku seksual. Hal
ini biasanya disebabkan oleh nilai moral dan religiusitas yang masih tinggi. Menurut Sarwono moral dan religi adalah bagian yang terpenting dalam jiwa remaja. Sebagian orang berpendapat
bahwa moral dan religi bisa mengedalikan tingkah laku anak yang beranjak dewasa sehingga tidak melakukan hal-hal yang merugikan atau bertentangan dengan kehendak atau pandangan
masyarakat. Disisi lain tiadanya moral dan religi ini sering kali dituding sebagai faktor peneyebab meningkatnya kenakalan remaja.
Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa ada sebagian kecil responden yang mengatakan bahwa menyerahkan keperawanan atau keperjakaan adalah cara yang paling baik agar selalu
disayang oleh pacar. Mereka menganggap jika sudah menyerahkan keperjakaan atau keperawanan maka pacarnya akan selalu setia bersama mereka. Peneliti berasumsi hal ini terjadi
karena adanya dorongan dari dalam dirinya untuk melakukan perilaku seksual dan keinginan untuk diakui. Pada remaja wanita berhubungan seksual selalu dengan cinta, sementara pada
remaja pria kecenderungan ini jauh lebih kecil. Remaja pria cenderung menekan dan memaksa
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
remaja putri teman kencannya untuk berhubungan seks, namun ia sendiri tidak merasa telah memaksa Crump, 1996.
Hal ini sejalan dengan penelitian Santrock, 2001 yang mengatakan bahwa alasan remaja melakukan hubungan seksual yaitu paling banyak karena butuh dicintai , selanjutnya karena
dipaksa oleh pacar. 5.4 Gambaran Motivasi Ekstrinsik Responden Terhadap Perilaku Seksual
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.27 dapat dilihat bahwa jumlah responden berdasarkan tingkat motivasi ekstrinsik terhadap perilaku seksual pranikah di Jalan Sei Padang
Kelurahan Padang Bulan Selayang 1 Medan yang terbanyak pada tingkat motivasi ekstrinsik baik yaitu sebanyak 40 orang 65,6. Hal ini menunjukkan responden belum termotivasi untuk
melakukan perilaku seksual walaupun adanya dukungungan dari luar dirinya, akan tetapi ada juga sebagian kecil responden yang sudah termotivasi karena adanya berbagai macam dukungan
dari luar dirinya untuk melakukan perilaku seks. Menurut wanto 1999, motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang berasal dari luar yang merupakan pengaruh dari orang lain atau
lingkungannya. Dari hasil penelitian, diketahui bahwa sebagian kecil responden sudah ada yang
termotivasi untuk melakukan perilaku seksual pranikah karena berada dilingkungan kost yang bebas dan ikut-ikutan dengan teman kost yang selalu membawa pasangannya keluar masuk kost.
Peneliti sedikit berasumsi hal ini terjadi karena adanya rasa takut tidak di terima oleh lingkungan atau tidak tidak dianngap gaul jika tidak mengikuti perilaku teman. Menurut Ajen, 2006 bagi
seorang remaja, tekanan dari teman-temannya akan dirasakan lebih kuat dari pada tekanan yang lainnya. Keinginan untuk dapat diterima oleh lingkungan dapat mengalahkan nilai-nilai yang
didapat dari lingkungan keluarga. Pada umumnya remaja melakukan perilaku seksual hanya
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
sebatas ingin membuktikan bahwa dirinya sama dengan temannya, sehingga dapat diterima oleh lingkungan tempat dia tinggal. Hal ini juga selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Eti
2006 tentang “ Perilaku Seksual Mahasiswa Indekosan dan Moralitas” yang mengatakan bahwa bila dilihat kehidupan anak kost yang jauh dari pengawasan orangtua mengakibatkan mereka
memiliki kebebasan dalam bertindak. Baik tindakan yang bersifat positif maupun tindakan yang bersifat negatif salah satunya yaitu terjerumus dalam seks bebas.
Dari hasil penelitian dapat dilihat juga ada sebagian mahasiswa indekost yang menggunakan foto-foto porno dan video porno sebagai alat untuk meningkatkan gairah seksual,
dan ada juga sebagian kecil dari responden melihatnya dan mempraktekkan nya dengan pacar atau pasangan kencan. Hal ini jelas-jelas telah menyimpang dari norma, moral dan nilai. Peneliti
berasumsi hal ini terjadi karena semakin mudahnya di era globalisasi ini untuk mengakses video porno di internet dan telpon selular dan juga didukung oleh kurangnya pendidikan seks yang
diperoleh dari orang tua. Orang tua merasa tabu membicarakan seks dengan anaknya dan hubungan orang tua sudah terlanjur jauh sehingga anak mencari informasi atau pendidikna seks
dari media yang malah memberikan pengaruh negatif bagi diri mereka. Akan tetapi berbanding terbalik dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Jensen terhadap remaja-remaja putri yang
hamil menunjukkan bahwa hampir semua responden yang ditelitinya tidak tertarik dan bahkan jijik melihat foto-foto dan video porno, mereka lebih terangsang untuk berhubungan seksual
karena adanya fantasi-fantasi dari dalam diri mereka dengan kemesraan dan cinta dan akan di proyeksikan dengan pacar dan teman kencannya.
5.5 . Gambaran Tindakan Responden Terhadap Perilaku Seksual