Gambaran Tindakan Seksual Pranikah Berdasarkan Jenis Kelamin

seksual dan kesehatan reproduksi dari orang tua mereka, kesehatan reproduksi yang peneliti maksud disini seperti tanda-tanda terjadinya kehamilan, serta bahaya yang terjadi apabila melakukan aborsi hal tersebut merupakan bagiann penting dari kesehatan reproduksi remaja. Peneliti berasumsi hal ini terjadi karena orang tua menganggap mereka masih anak-anak disebabkan mereka belum punya penghasilan dan dianggap belum pantas untuk berpacaran. Selain itu Pembicaraan tentang seksual bagi remaja sering dikonotasikan sebagai suatu hal yang porno, jorok dan bahkan dianggap tabu. Kemungkinan besar sebagian orang tua merasa khawatir jika anak mereka diberikan informasi yang banyak tentang seksualitas dan reproduksi, akan meningkkatkan rasa penasaran dan keberaniannya untuk mempraktekkan seks tersebut Dianawati, 2006 dalam Arliza, 2010. Seharusnya lingkungan keluarga harus menjadi tempat pertama dimana remaja mendapatkan informasi tentang seksual, misalnya dengan memberi bimbingan dan penjelasan tentang perubahan fungsi organ seksual sebagai tahapan yang harus dilalui dalam kehidupan manusia. Hal ini dikarenakan oleh hubungan antar manusia yang paling awal terjadi yaitu dalam lingkungan keluarga sebelum anak menegnal lingkungan luas, ia terlebih dahulu mengenal lingkungan keluarga khususnya orangtua. Oleh karena itu sebelum mendapatkan informasi tentang seksual dari lingkungan luar misalnya lingkungan pergaulan dan media masa, maka seharusnya informasi tentang seksual dan reproduksi sudah didapatkan dalam lingkungan keluarga agar tidak terjadi salah persepsi tentang pacaran dan seksual bagi remaja.

5.6 Gambaran Tindakan Seksual Pranikah Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.49 dapat dilihat bahwa dari 37 orang laki-laki 59,0 pernah berpegangan tangan, 54,1 pernah berpelukan, 49,2 pernah berciuman pipi, Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 49,2 pernah berciuman bibir, 32,8 pernah necking, 24,6 pernah meraba bagian dada, 23,0 pernah meraba alat vital, 19,7 pernah petting, dan 18,0 pernah bersenggama. Sedangkan dari 24 orang perempuan, 39,3 pernah berpegangan tangan, 29,5 pernah berpelukan, 29,5 pernah berciuman pipi, 13,1 pernah berciuman bibir, 1,6 pernah necking, 1,6 pernah meraba bagian dada, 1,6 pernah meraba alat vital, 1,6 pernah petting, dan 1,6 pernah bersenggama. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa responden laki-laki lebih rentan melakukan perilaku seksual pranikah dibanding dengan responden perempuan. Hal ini juga di karenakan jumlah responden laki-laki lebih banyak dari jumlah responden perempuan di Jalan Sei Padang. Demikian juga dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ahmad 1993, dimana 85 dari 11,75 responden melakukan hubungan seksual pranikah adalah laki-laki. Begitu juga dengan hasil penelitian Megawati 1999, yang memperoleh sebesar 2,2 mahasiswa pernah melakukan hubungan seksual pranikah dan semuanya adalah laki-laki. Dari hasil penelitian diketahui sebagian besar responden pria dan wanita sudah melakukan aktifitas pacaran berpegangan tangan,kemudian berpelukan, berciuman, petting, necking, meraba alat vital, dan sampai pada bersenggama. Beberapa alasan responden melakukan hubungan seksual diantaranya diajak oleh pacar, bahkan ada yang mengaku melakukan hubungan seksual karena sudah menjadi kebutuhan dalam berpacaran. Menurut Yusuf 2006, timbulnya hasrat seksual menjadi ciri khas khusus yang menandai dimulainya masa remaja yang sering diartikan sebagai masa yang penuh dengan gejolak cinta yang tertwujud dalam bentuk pacaran.

5.7 Gambaran Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Perilaku Seksual Pranikah