dibatasi pada petani pemilik atau penguasa lahan dan buruh tani, dan dengan kegiatan usaha tani yang masih bersifat subsisten untuk memenuhi kebutuhan
keluarga.
Ketertarikan saya meneliti masyarakat petani di Desa Wonosari di latar belakangi oleh beberapa kenyataan yang saya dapatkan dari desa tetangga yang
sangat erat kaitannya dengan masyarakat dalam menghadapi persoalan-persoalan ekonomi keluarga. Yaitu sekitar dua tahun yang lalu seorang petani di Desa Aras
kabu bunuh diri di tengah-tengah areal persawahan miliknya. Singkat cerita pada saat itu kondisi sawahnya yang ditanami padi sedang memasuki masa panen,
tetapi akibat cuaca yang buruk mengakibatkan padi yang sedianya siap dipanen itu rubuh. Setelah ditelusuri kematian petani tersebut karena dia merasa frustasi
melihat kondisi persawahan miliknya yang rubuh sehingga petani itu menyemprot areal persawahannya tersebut dengan racun rumput Herbisida dan sisa racun
rumputnya itu diminum oleh petani tersebut.
1.2 Tinjauan Pustaka
Secara umum petani dapat diartikan sebagai pencocok tanaman pedesaan yang mencari nafkah dengan mengolah tanahnya untuk memenuhi kebutuhannya,
apabila dilihat dari sisi antropologis Masyarakat petani dipandang sebagai kelompok orang yang menetap di pedesaan dan hidup dari mengolah tanah untuk
tujuan mencukupi kebutuhan subsisten. Dalam perkembangannya, masyarakat
Universitas Sumatera Utara
petani dapat dibedakan kedalam tiga tingkatan, yaitu : pencocok tanam primitif, petani atau peasant, dan pengusaha pertanian atau farmer Wolf, 1985.
Masalah pertanian dan kemiskinan masyarakat petani tidak bisa hanya diselesaikan dengan masalah kebijakan pemerintah saja.Teori ilmiah saja tidak
bisa menjadi jawaban dan penyelesaian bagi masalah ini. Sukses reformasi pertanian seperti di Jepang, Taiwan, juga Korea Selatan tidak bisa relevan menjadi
tolak ukur situasi di Indonesia.Apa yang sukses bagi orang Jawa, belum tentu diterima orang Batak. Baik bagi orang Bali juga belum tentu bagi orang Jawa
Rahardi, 1994: 102. Upaya analisa yang lebih penting harus menyentuh langsung pada kehidupan petani secara lokal sehingga bisa terstruktur upaya yang
harus dilakukan secara maksimal.
Pandangan, perhatian dan pemeliharaan terhadap para petani di pedesaan sudah semestinya diperhatikan pada masa pembangunan saat ini. Kenyataannya
kehidupan para petani di pedesaan tingkat kesejahteraannya masih rendah
6
6
Petani Sumsel keluhkan minimnya perhatian pemerintah, yudi Abdullah
. Pemerintah hanya terfokus pada masalah-masalah ekspor-impor beras saja,
mereka tidak memikirkan nasib petani yang semakin melarat. Bukan hanya ketidak-pedulian pemerintah yang dirasakan oleh petani tetapi juga tekanan
mental yaitu mahalnya cbat-cbatan, pupuk dan juga murahnya harga gabah pada saat masa panen. keadaan ini tidak membuat petani melepaskan profesinya
http:sumsel.antaranews.comberita262357petani-sumsel-keluhkan-minimnya-perhatian- pemerintah
Universitas Sumatera Utara
sebagai petani, tetapi mereka membuat strategi atau alternatif untuk dapat memenuhi kebutuhannya.
Karakter utama masyarakat petani di Indonesia hampir selalu dihubungkan dengan kemiskinan atau setidaknya ekonomi yang kurang berkecukupan.
Penghasilan yang bisa diperolehhanya dari lahan pertaniansawah tidak bisa diandalkan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi saja. Berbagai studi banyak
menggambarkan bahwa masyarakat petani berkutat pada berbagai usaha lain sebagai tambahan ekonomi selain lahan sawah saja. Studi yang pernah dilakukan
Masri Singarimbun dan Penny pada masyarakat petani di desa Sriharjo, Yogyakarta menyatakan petani Jawa melakukan upaya lain, terutama dengan
memanfaatkan pekarangan dengan menanam kelapa. Pohon kelapa bisa digunakan untuk bermacam keperluan, untuk minyak, air sadapannya menjadi tuak atau gula,
daunnya untuk atap atau kayu bakar, kayunya bisa sebagai bahan bangunan, dan seperti di Sriharjo, akarnya digali dan menjadi kayu bakar Singarimbun dan
Penny, 1976:82. Manfaat lain yang diusahakan juga berkembang dengan memanfaatkan ragam tanaman ekonomis, seperti analisa yang dilakukan
Singarimbun dan Penny, ada sekitar 64 macam tanaman ekonomis yang ditanam di pekarangan. Usaha pekarangan juga ditambah dengan berbagai rupa hewan
peliharaan seperti, kerbau, itik, ikan, ayam, dsb. Pekarangan telah digunakan petani untuk mengisi kekurangan yang mereka peroleh dari sawah, pekarangan
dipergunakan sebagai sumber tambahan bagi makanan dan sewaktu-waktu sumber uang tunai : dan hanya sedikit waktu atau usaha yang dicurahkan untuk mengurus
tanaman yang ada di situ.
Universitas Sumatera Utara
Pekarangan menyumbang sekitar 30-40 persen dibanding pendapatan dari kelapa Singarimbundan Penny, 1976: 73, 84. Dalam hal ini usaha tani sawah
saja yang banyak mendapat perhatian dari ahli-ahli, sehingga terdapat peningkatan pada produksi padi. Hal ini tetap tidak mencukupi kebutuhan ekonomi petani
sehingga tetap mereka memanfaatkan usaha lain sebagai tambahan ekonomi.
Dalam buku Amir Marzali “strategi peisan Cikalong dalam menghadapi kemiskinan” yaitu
1. Cara tradisional yaitu ekstensifikasi atau pembukaan areal persawahan baru 2. Cara modern yaitu intensifikasi atau memperbanyak masa panen dalam setahun
dan penggunaan faktor input baru, seperti bibit unggul, pupuk kimia, dan obat pestisida.
Dengan mengkombinasikan kedua strategi ini petani dapat meningkatkan produktifitas hasil panennya tanpa bergantung dengan kebijakan-kebijakan
pemerintah yang hanya dapat mempersulit petani. Berbeda halnya dengan Penny dan Ginting dalam bukunya “pekarangan
petani dan kemiskinan”, petani memanfaatkan pekarangan mereka dengan dengan menanaminya kelapa, pisang, melinjo, bambu dan juga usaha peternakan yaitu
ayam, itik, kambing dan lembu. Dengan menanam kelapa, petani di Desa Mili- Sriharjo sangat terbantu dari segi ekonomi , yaitu buahnya yang dapat dijual.
Selain itu petani juga menyadap gula kelapa dan mengambil janurnya sebagai hiasan dalam acara pernikahan adat jawa. Mereka menganggap bahwa hasil dari
Universitas Sumatera Utara
menanami pekarangan dan beternak jauh lebih besar daripada bertani padi di sawah.
Tulisan Geertz yang berjudul involusi pertanian yaitu melukiskan pola kebudayaan yang sesudah mencapai bentuk yang pasti dan tidak berhasil
menstabilisasinya atau mengubahnya menjadi suatu pola baru, tetapi terus berkembang ke dalam sehingga menjadi semakin rumit. Artinya bahwa
masyarakat petani hanya bertahan pada usaha pembagian lahan yang wariskan kepada anak-anaknya. Contohnya apabila seorang petani mempunyai dua petak
lahan, kemudian lahan tersebut di bagikan kepada anak-anaknya yang berjumblah empat orang. Lahan yang sudah di bagikan tersebut dibagikan lagi kepada
generasi selanjutnya, sampai lahan habis diwariskan. Sangatlah berbeda strategi yang dilakukan petani dalam tulisan Amir Marzali, Dr. D H Penny dan Ir.
Meneth Ginting, dalam hasil riset mereka bahwa petani membuat strategi atau alternatif untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya yaitu dengan melakukan
ekstensifikasi, intensifikasi dan juga menanam pohon kelapa, memelihara ternak di pekarangan rumah. Berbeda halnya dengan tulisan Cliffort Geertz, para petani
terus bertahan dalam roda pembagian tanah, sehingga menyebabkan pewarisan kemiskinan di kalangan petani.
Scott dalam bukunya menyebutkan banyak hal yang terjadi dalam kehidupan petani yang mungkin dapat dikatakan sangat ganjil. Untuk memenuhi
kebutuhan subsistensi, petani terkadang hanya terfokus untuk memenuhi
Universitas Sumatera Utara
kebutuhan hidupnya saja, tanpa bisa memikirkan memperoleh keuntungan yang mungkin diperoleh melalui usaha pertanian yang dilakukannya, sehingga petani
berusaha memaksimalkan faktor produksi satu-satunya yang dimilikinya yaitu tenaga kerja. Para petani berusaha menggunakan tenaga kerja yang dimilikinya
untuk bisa memenuhi kebutuhan subsistensi. Terkadang melalui hasil pertanian saja tidak cukup, sehingga harus mencari alternatif pekerjaan lain yang hanya
cukup menambah sedikit saja untuk kebutuhan hidup, misalnya dengan berjualan. Seringkali keputusan yang diambil petani juga tidak masuk akal bagi beberapa
orang, seperti membayar harga yang tinggi untuk sekedar menyewa tanah. Yang dipikirkan para petani adalah bagaimana mampu memenuhi kebutuhan hidup dari
bertani. Para petani dalam kehidupannya dengan apa yang dimilikinya, terkadang
berada pada tingkat krisis subsistensi zona bahaya. Lebih tepatnya kehidupan petani senantiasa berada dekat dengan garis batas subsistensi. Dengan melihat
kehidupan petani yang sangat dekat garis batas subsistensi, petani akan lebih mengutamakan keselamatan panen untuk kebutuhan. Petani akan berusaha
meminimalkan kemungkinan bencana daripada memaksimalkan hasil bersih rata- rata yang lebih tinggi dari hasil panennya. Dengan hal ini, petani akan lebih
cenderung memikirkan panen harus berhasil , tanpa memikirkan keuntungan maupun kerugian yang diperoleh selama merawat tanaman padinya tersebut.
Berbeda halnya dalam buku masyarakat petani, mata pencaharian sambilan dan kesempatan kerja yang ditulis oleh Dra .sunarti dkk. Petani mencari tambahan
Universitas Sumatera Utara
dalam memenuhi kebutuhan. Petani di Desa Gapura Muka, Kelurahan Cakung Timur, Bekasi. Para petani menyadari bahwa hasil dari pertanian saja tidak cukup
untuk memenuhi kebutuhannya, maka mereka banyak yang mencari tambahan dengan melakukan pekerjaan sambilan, seperti : tukang ojeg, berdagang kecil-
kecil, baik keliling maupun menetap, sehingga dapat menambah penghasilan mereka.
Berbagai strategi yang sudah dijelaskan di atas, menggambarkan bahwa petani selau mengadopsi strategi agar dapat bertahan hidup. yaitu Amir Marzali
dalam bukunya strategi petani cikalong dalam menghadapi kemiskinan, dimana petani melakukan ekstensifikasi dan intensifikasi untuk menambah produktifitas
padinya, selain itu Dr. D H Penny dan Ir. Meneth Ginting dalam bukunya pekarangan petani dan kemiskinan, untuk menambah penghasilan di luar sektor
pertanian, petani melakukan strategi yaitu dengan menanam pohon kelapa di pekarangan rumahnya, yang nanti buah, gula kelapa dan janurnya dapat diambil
untuk dijual. Selain itu petani juga beternak ayam, itik, kambing dan lembu. Sedangkan hasil penelitian Dra. Sunarti dkk yang berjudul Masyarakat Petani,
Mata pencaharian dan Kesempatan Kerja, petani lebih cenderung melakukan pekerjaan-pekerjaan sambilan yang tersedia, seperti tukang ojeg, berdagang kecil-
kecilan, baik keliling maupun menetap.
Hal ini juga yang saya lihat sebagai strategi lokal masyarakat petani desa wonosari dalam mengatur perekonomian keluarga. Petani di Desa Wonosari
Universitas Sumatera Utara
bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan subsistensi tetapi juga berusaha untuk mendapatkan hasil yang maksimal, walaupun hasil yang didapat sudah
memuaskan.
1.3 Rumusan Masalah