3.8.2 Keadaan cuaca susah ditebak
Setiap mahluk hidup tidak bisa terlepas dari air. Air berperan penting bagi mereka. Manusia sangat membutuhkan air untuk minum, mandi dan sebagainya.
Sama halnya dengan tumbuhan, air memjadi sumber makanan untuk proses perkembangannya. Begitu juga halnya untuk tanaman padi. Kurangnya air
mengakibatkan tanaman padi tidak akan mampu tumbuh dengan baik, bahkan padi bisa layu dan mati. Hal tersebut tidak menutup kemungkinan dapat terjadi
pada manusia dan hewan. Bukan hanya perawatan saja untuk mendapatkan hasil panen yang
melimpah. Kadang kala cuaca juga dapat menolong petani atau bahkan menjadi musibah bagi petani. Petani tertolong dengan turunnya hujan yang dapat mengairi
sawahnya. Fakta menunjukkan bahwa beberapa tahun belakangan ini cuaca susah ditebak. Pada saat padi membutuhkan air, petani sangat mengharapkan hujan
turun. Kenyataannya hujan sama sekali tidak turun. Hal ini menjadi masalah baru bagi petani. Seperti yang diungkapkan oleh ibu R. Sinurat, 50 tahun, wawancara
18 Februari 2013 : “Pada musim turun ke sawah sampai selesai masa
tanam, air tetap berjalan. Sekitar sebulan usia padi, tiba-tiba air mati total. Ditambah lagi hujan tidak
turun. Teriknya matahari membuat tanah retak-retak dan kondisi padi yang memprihatinkan. Saya
menangis melihat kondisi padi seperti itu. Hampir sebulan lamanya kami mengalami kekeringan. Ada
seseorang yang memelihara ikan mas disaluran irigasi disekitar bendungan. Air yang seharusnya
berjalan ke desa kami dialihkan ketambak ikan mas tersebut. Rupanya tambak tersebut milik beberapa
Universitas Sumatera Utara
orang kaya yang mempunyai jabatan di kantor bupati.
3.8.3 Pembayaran Pinjaman dan Bunga Kepada Pemilik Modal
Kekurangan modal menjadikan petani tidak bisa terlepas dari toke pemilik modal yaitu dalam hal pinjaman biaya produksi pertanian, biaya sekolah
dan lain sebagainya. Keberadaan toke kadang kala menjadi malaikat penolong bagi sebagian masyarakat petani. Ada waktu-waktu tertentu petani membutuhkan
uang yang cukup besar untuk keperluan yang mendadak, sehingga tokelah yang dapat memberikan uang pinjaman tersebut. Seperti penuturan ibu Sitorus 55 tahun
wawancara 15 April 2012 mengatakan
“Saya meminjam uang dari toke sebanyak Rp 6.000.000 untuk biaya wisuda anak saya dengan
bunga 5 bulan. Sampai sekarang itu belum lunas, saya hanya mencicil sedikit demi sedikit dan begitu
juga dengan bunganya. Hasil panen musim ini lumaya tetapi saya harus membayar utang-utang
yang lain yaitu untuk membayar pupuk, obat-obatan, serta membagi untuk kepeluan rumah tangga
lainnya”.
Hampir sama halnya dengan bapak E. Sitorus 57 tahun. Peminjaman modal produksi pertanian, biaya sekolah anak dipinjam dari toke. Nantinya
apabila sudah panen, jumlah utang dan bunganya di bayar dengan padi. “Apabila saya panen, toke sudah datang ke sawah
untuk menimbang padi milik saya. Toke tidak menerima uang untuk membayar pinjaman tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Mereka menginginkan padi milik petani yang sudah memiliki utang sebelumnya. Harga juga ditentukan
oleh toke dan harga itu dibawah harga pasaran pada toke-toke yang lain. Dalam hati kecil saya menangis
dan tidak mampu berkata apa-apa, hanya terlintas dibenak saya : padi milik saya, tetapi orang yang
membuat harganya.”
3.8.4 Sistem Gadai