Harga padi yang tidak stabil

tersebut tidak menjadi batasan antara suku yang satu dengan suku yang lain bahkan sebaliknya, itu menjadi alat pemersatu. Pada suku batak toba keaneka-ragaman marga membuat adanya saling keterikatan dan menjadikan hubungan kekeluargaan. Secara otomatis acara adat- istiadat akan berjalan didalamnya. Hal itulah yang harus diikuti petani. Biaya adat-istiadat sudah dijadikan petani sebagai pengeluaran rumah-tangganya. Seperti penuturan ibu S. Sirait 40 tahun, petani, wawancara 10 maret 2013 : “Dalam bulan ini sudah 3 acara adat yang saya ikuti. Yang pertama ada saudara meninggal di Tebing- Tinggi, tuppak 21 saya berikan 50.000 belum lagi ongkos. Acara yang kedua dan ketiga adalah acara pernikahan salah satu wisma di Pakam dan di Medan. Saya memberikan masing-masing 3 liter beras, itu juga belum termasuk ongkos. Coba itu di uangkan, sudah berapa itu...ahhh... Itu hanya bulan ini, dan gak tahu bulan depan”

3.8 Kesulitan Sosial Ekonomi yang dihadapi Petani

3.8.1 Harga padi yang tidak stabil

Dalam kurun waktu 4 bulan petani berupaya merawat padi dari mulai proses pembibitan, penanaman, pemupukan sampai memasuki masa panen. Tujuannya hanya satu yaitu untuk mendapatkan hasil produksi panen yang memuaskan. Ada saat tertentu petani mengalami kesedihan. Usaha dan kerja keras yang dilakukan petani selama merawat padinya menambah keyakinan mereka untuk mendapatkan hasil penen yang baik. Namun kenyataannya itu tidak 21 Berupa uang. Pada acara pernikahan yaitu untuk mengungkapkan rasa suka cita, sedangkan untuk acara kematian untuk mengungkapkan rasa berduka-cita atau mengurangi beban keluarga yang ditinggalkan. Universitas Sumatera Utara dirasakan petani. Usaha dan kerja keras itu tidak sebanding dengan harga padi yang didapat sewaktu panen. Kondisi padi yang bagus tidak sesuai dengan harga yang berlaku dipasaran. Seperti penuturan bapak J Manalu 42 tahun, wawancara 2 maret 2013: “Beberapa musim yang lewat, kondisi padi di kampung ini cukup bagus. Tetapi harganya dibawah Rp 3000. Padahal pada saat itu cuaca mendukung. Saya tidak habis pikir mengapa hal itu bisa terjadi. Terpaksa saya menyimpan sisa yang memang sengaja tidak saya jual, walaupun itu mengeluarkan biaya untuk menjemur dan menunggu harga kembali naik”. Petani hanya mampu merawat padinya. Pada ketentuan harga padi yang diberlakukan para agen berbeda pada setiap musimnya, akibat hal tersebut petani kurang berminat untuk menjual padinya. Dengan keadaan terpaksa mereka menjual padinya untuk tuntutan kebutuhan sehari-hari. Seperti penuturan ibu D Sitorus, 45 tahun, wawancara 3 maret 2013 : “Memang beginilah nasib seorang petani. Kami yang menanam dan merawat padi itu, tetapi yang membuat harga bukan kami, melainkan agen. Buktinya harga beras terus naik, tetapi mengapa harga padi tidak tetap bahkan naik”. Penjelasan yang berikan bapak Fery yaitu agen, 40 tahun, wawancara 3 maret 2013 mengatakan: “Harga padi bukan kami membuat, tetapi pengusaha - pengusaha besar yang ada di atas sana. Tugas kami hanya mengikuti harga yang mereka buat dan memberlakukannya pada petani”. Universitas Sumatera Utara

3.8.2 Keadaan cuaca susah ditebak