Menjual Es Cendol Usaha Yang Dilakukan Masyarakat Petani

penulis, kakak dan adik penulis sampai ketingkat perguruan tinggi. Kakak penulis telah lulus dari STT Theologia dan sekarang sudah bekerja. Adik penulis kuliah disalah satu perguruan tinggi negeri di Batam dan yang terakhir masih kelas 2 SMA. Menurut pengalaman penulis, biaya sekolah sampai keperguruan tinggi dihasilkan dari bertani dan ditambah dari beternak babi. Dengan beternak babi sangat membantu keuangan keluarga penulis. Gambar 7: Beternak Babi

4.1.4 Menjual Es Cendol

Semenjak kepergian suaminya adalah awal bagi Ibu Manurung menjual es cendol. Tahun 2007 sosok suami dan ayah tercinta dipanggil yang Maha kuasa. Sebelum kepergian suaminya, pasangan suami istri bekerja sebagai petani. Mereka dikaruniai 6 anak. Walaupun hanya mengandalkan hasil dari sawah masih mampu menyekolahkan kelima anaknya. Pada saat itu hanya 5 anaknya yang Universitas Sumatera Utara sudah sekolah dan menduduki bangku SMP dan SD. Anak yang bungsu baru berusia 1 tahun, sedangkan yang paling sulung kelas 3 SMP dan diikuti oleh adik- adiknya kelas 1 SD. Kepergian suaminya menjadikan Ibu Manurung harus berjuang sendiri untuk menghidupi keenam anaknya. Setahun kepergian suaminya, kesusahan ekonomi sudah mulai terasa. Ditambah lagi anak-anaknya sudah masuk SMA dan SMP. Kadang apabila Ibu Manurung tidak mempunyai uang untuk membayar uang sekolah anaknya, terpaksa meminjam uang tetangga ataupun keluarga terdekat. Keadaan inilah yang membuat Ibu Manurung berpikir usaha apa yang dapat membantu perekonomian keluarganya. Cendol adalah sejenis minuman yang terbuat dari olahan beras ketan yang dicampur dengan santan dan rebusan gula merah. Untuk membuat cendol, beras ketan yang sudah dihaluskan dimasak dan kemudian dicetak dengan menggunakan alat yang dilubangi. Acara pesta pernikahan, upacara kematian saur matua menjadi tempat Ibu Manurung meraub rejeki. Tempat inilah yang menjadi lapak Ibu Manurung untuk menjual cendol. Jarak lokasi acara pesta juga menjadi pilihan tersendiri bagi Ibu Manurung. Apabila lokasi pesta jauh, biasanya beliau enggan untuk berjualan. Pada masayakat sekitar Desa Wonosari keberadaan Ibu Manurung sebagai penjual es cendol sudah tidak asing lagi. Ini dimanfaatkan Ibu Manurung untuk mengetahui keberadaan acara pesta, masyarakat akan memberitahukan kepadanya lokasi tempat acara pesta akan dilakukan. Universitas Sumatera Utara Gambar 8: Lapak mejual Es cendol Apabila Ibu Manurung berjualan, jam 5 pagi beliau sudah bangun untuk mempersiapkan segala sesuatunya. Dimulai dari memarut kelapa sampaiu memasak bahan-bahanuntuk dijadikan cendol. Apabila semuasudah selesai, sekitar jam 9 Ibu Manurung berangkat membawa cendol olahannya dengan menggunkan jasa becak bermotor, dengan membayar ongkos Rp 20.000. setelah sampai pada lokasi pesta, Ibu Manurung langsung mencari lapak untuk tempat berjualan. Dilokasi pesta bukan hanya Ibu Manurung saja yang menjual cendol, tetapi ada juga orang lain yang menjual cendol, tetapi ada juga orang lain yang menjual cendol. Hal itu tidak di khatirkan Ibu Manurung, es cendol buatannya sudah mendapat respon yang baik bagi masyarakat atau para undangan yang datang. Es cendol yang dijual dibuat dengan dua macam, ada yang keadaan hangat dan juga ditambah dengan es. Kebanyakan pengunjung atau tamu pesta lebih suka cendol yang hangat sedangkan permintaan yang dingin apabila cuaca terik. Harga Universitas Sumatera Utara cendol yang hangat ataupun dingin Rp 3.000 per gelas. Menurut penuturan Ibu Manurung 53 tahun wawancara 12 Mei 2013 “Pada satu kali acara pesta, cendol saya bisa terjual 120 -150 gelas, 150 x 3.000 =Rp 450.000. itu juga belum dikurangi dengan modal membeli bahan- bahan, seperti kelapa, gula merah. Pengeluaran bisa mencapai Rp 100.000 –Rp 150.000.”

4.1.5 Tukang Ojeg