Keterlibatan SDM dan Organisasi Taman Kanak Kanak dalam Pembuatan Keputusan

Modul Kepala TK - Jenjang TK 66 hubungannya, walaupun sedikit, harus ditampung dalam tahap ini. Belum ada komentar dan analisis. 4. Menentukan alternatif: dalam tahap ini mulai berlangsung analisis tehadap berbagai alternatif yang sudah dikemukakan pada tahapan sebelumnya. Pada tahap ini juga disusun kriteria tentang alternatif yang sesuai dengan tujuan dan sasaran pengambilan keputusan. Hasil tahap ini mungkin masih merupakan beberapa alternatif yang dipandang layak untuk dilaksanakan. 5. Memilih alternatif: beberapa alternatif yang layak tersebut di atas harus dipilih satu alternatif yang terbaik. Pemilihan alternatif harus mempertimbangkan ketersediaan sumber daya, keefektifan alternatif dalam memecahkan persoalan, kemampuan alternatif untuk mencapai tujuan dan sasaran, dan daya saing alternatif pada masa yang akan datang. 6. Menerapkan keputusan: keputusan yang baik harus dilaksanakan. Keputusan itu sendiri merupakan abstraksi, sedangkan baik tidaknya baru dapat dilihat dari pelaksanaannya. 7. Pengendalian dan evaluasi: pelaksanaan keputusan perlu pengendalian dan evaluasi untuk menjaga agar pelaksanaan keputusan tersebut sesuai dengan hal yang sudah diputuskan. Modul Kepala TK - Jenjang TK 67 Bahan Bacaan 5. Pemberdayaan SDM Sekolah dalam Manajemen, Pengambilan Keputusan, dan Kewirausahaan Sebelum melanjutkan membaca bahan bacaan ini, perlu Saudara ketahui bahwa penjelasan yang tertera tidak bersifat mengikat melainkan hanya sebagai salah satu referensi. Saudara dipersilakan menggunakan bacaan yang sesuai dengan peraturan yang berlaku di lingkungan kerja Saudara.

A. Pengertian

Empowerment: pemberdayaan berasal dari kata “power” yang artinya “control, authority, dominion ”. Awalan “emp” artinya “on put to” atau “to cover with” jelasnya “more power”. Jadi empowering artinya “is passing on authority and responsibility”, yaitu lebih berdaya dari sebelumnya dalam arti wewenang dan tanggung jawabnya termasuk kemampuan individual yang dimilikinya. Pemberdayaan se cara umum diartikan “lebih berdaya dari sebelumnya, baik dalam hal wewenang, tanggung jawab, maupun kemampuan individual yang dimilikinya”. Sumber daya manusia dapat diartikan “daya yang bersumber dari “manusia” ini dapat pula disebut tenaga atau kekuatan energi atau power yang melekat pada manusia itu sendiri dalam arti dapat ditunjukkan melalui tenaga, daya, kemampuan, kekuatan, keberadaan, peranan, wewenang, dan tanggung jawab, memiliki kemampuan competency,yaitu: pengetahuan knowledge, keterampilan skill, dan sikap attitude. Pemberdayaan dan sumber daya manusia dapat disimpulkan sebagai suatu usahaupaya untuk lebihmemberdayakan “daya” yang dimiliki oleh manusia itu sendiri berupa kompetensi competency, wewenang authority, dan tanggung jawab responsibility dalam rangka meningkatkan kinerja performance organisasi. Agar sumber daya manusia dapat menunjukkan “daya yang lebih”, perlu adanya model pemberdayaan seperti pemberian peran, penempatan dalam jabatan, motivasi pimpinan, menghubungkan tanggung jawab, dan menumbuhkembangkan budaya organisasi yang kondusif untuk meningkatkan kinerja organisasi. Pemberdayaan staf tidak berarti otoritas atau kekuatan absolut.Pemberdayaan memiliki tingkatan-tingkatan tanggung jawab dan otoritas yang diberikan kepada staf atau kelompok. Orang dan kelompok yang berbeda akan memiliki tingkat pemberdayaan yang berbeda berdasarkan tingkatan pengalaman dan keahlian mereka. Staf yang mendapatkan kepercayaan dari manajernya akan memiliki tingkat pemberdayaan yang lebih tinggi daripada staf yang diragukan kinerjanya. Pemberdayaan adalah tindakan mengidentifikasi tugas-tugas dimana staf dipercaya untuk bertindak secara mandiri dan tugas-tugas yang sebelum dikerjakan harus mendapatkan masukan atau persetujuan dari manajernya. Pemberdayaan staf juga memerlukan identifikasi seberapa banyak tanggung jawab dan Modul Kepala TK - Jenjang TK 68 otoritas yang dapat ditangani oleh individu secara efektif tanpa merasa kelebihan beban atau tertekan. Konsep pemberdayaan staf dapat dianalogikan sebagai suatu proses transfer kekuatan melalui bola lampu. Bila kekuatan 100 watt ditransfer ke bola lampu dengan kekuatan 10 watt, bola lampu tersebut akan pecah. Atau, jika kekuatan 10 watt ditransfer ke bola lampu dengan kekuatan 100 watt, bola lampu akan redup karena tidak mencapai kapasitas penuh. Jika analogi tersebut diterapkan di organisasi, yaitu bila pemberdayaan 100 watt diberikan kepada staf dengan kekuatan 10 watt, hal itu akan menimbulkan keresahan bagi staf karena tidak akan kuat menanggung tanggung jawab yang diberikan. Di sisi lain, jika manajer memberikan pemberdayaan 10 watt kepada staf dengan kekuatan 100 watt seseorang yang memiliki kapasitas yang luar biasa dan memang ingin melakukan hal yang lebih, staf ini tidak akan dapat memaksimalkan kapasitasnya. Staf seperti ini jika bakat dan kemampuannya tidak diberdayakan dengan baik akan menjadi tidak bersemangat. Efek lainnya staf ini akan menjadi staf dengan kekuatan 10 watt atau mereka akan meninggalkan organisasi ini untuk mencari organisasi lain dimana mereka bisa memaksimalkan potensinya. Sumber daya manusia merupakan hal yang strategis, dalam manajemenorganisasi, karena pengaruh impact. Pemberdayaan sumber daya manusia sangat signifikan, strategis, dan komprehensif bagi setiapproses aktivitas organisasi dan manajemen agar dapat mewujudkan kinerja sebagaimana diharapkan. Manakala karyawan lebih merasa bertanggung jawab, mereka akan menunjukkan lebih mempunyai inisitif, hasil pekerjaannya lebih banyak, dan lebih dapat menikmati pekerjaannya. Empowerment adalah “suatu peningkatan kemampuan yang sesungguhnya dari potensi yang ada dan usaha yang kurang berdaya menjadi lebih berdaya”. B. Faktor-faktor Penting dalam Pemberdayaan Aspek atau komponen yang perlu mendapat perhatian dalam rangka pemberdayaan sumber daya manusia adalah: 1. Kemampuan karyawan, meliputi: pengetahuan, keterampilan, dan sikap atau perilaku; 2. Penempatan karyawan yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan jabatan dalam suatu organisasi, artinya karyawan yang ditempatkan dalam suatu jabatan senantiasa dikaitkan dengan kemampuan yang dimiliki karyawan yang bersangkutan; 3. Kewenangan yang jelas; 4. Tanggung jawab karyawan yang jelas; 5. Kepercayaan terhadap karyawan; 6. Dukungan terhadap karyawan; 7. Kepemimpinan; dan 8. Motivasi.