Modul Kepala TK - Jenjang TK
64
3. Adanya kesepakatan yang saling menguntungkan: perlunya dikembangkan model kontrak sosial semua personel organisasi sehingga interdependensi setiap orang
dibangun sebagai hubungan simbiosis mutualisme yang masing-masing ada konsekuensinya.
4. Pengawasan diri: yakni berkaitan dengan inisiatif dan pengendalian diri, berkenaan dengan kesepakatan yang dibuat dan sebagainya.
5. Struktur: berkaitan dengan format organisasi dan aktivitas fungsional berkenaan dengan pelaksanaan kesepakatan yang saling menguntungkan.
6. Leadership adanya kepemimpinan, yang dapat dijadikan sebagai role model bagi seluruh anggota kelompok sehingga kemampuan mentoring dan coaching harus juga
diberikan. 7. Pertanggungjawaban: berkaitan dengan pembentukan dan penerimaan tanggung
jawab personal untuk mempengaruhi dan mendatangkan hasil. Artinya dikembangkan keseimbangan antara hak dan kewajiban.
G. Proses Pemberdayaan
Untuk melakukan pemberdayaan secara umum diperlukan hal-hal sebagai berikut sebagai proses, antara lain meliputi:
1. Komitmen, yaitu menyangkut kesepakatan dari pihak-pihak terkait yang
berkepentingan sebagai prakondisi untuk mendukung upaya menjamin ketersediaan informasi yang valid, menjamin adanya pilihan, terkondisikannya iklim saling percaya,
adanya ketentuan yang konstruktif, adanya wahana berkembangnya rasa tanggungjawab, serta terbukanya ruang untuk pelibatan setiap individu dalam
organisasi.
2. Menghargai setiap peran individu dan keberhasilannya, meliputi didisposisikannya keberhasilan individu sebagai keberhasilan bersama. Dengan begitu, tersedia tata
nilai seperti standar kinerja, sistem penghargaan, iklim keterbukaan, ruang yang luas yang menjamin bahwa setiap kesempatan adalah peluang untuk berkreasi yang
produktif.
3. Menerapkan pemberdayaan tim. Stamatis 1996 menyarankan bahwa dua kepala atau lebih cenderung lebih bagus dari satu kepala. Maksudnya bekerja secara tim
jauh lebih bagus dari bekerja perseorangan. Dalam konteks kerja tim, King dalam Goetsch dan Davis 1994 menyarankan sepuluh strategi kerja tim ten team
commandments.
4. Fokus pada organisasi. Artinya bahwa pemberdayaan mesti menyentuh serta fokus pada relung-relung organisasi, misalnya masuk pada struktur organisasi, desain
pekerjaan, peran pimpinan, kepemimpinan, aliran informasi, sistem reward, dan bermuara pada proses kerja serta pengembangan personal.
5. Menumbuhkan kemitraan. Pemberdayaan merupakan sinergitas akses. Artinya, bangunan pemberdayaan adalah kebersamaan yang harmoni sehingga dilakukan
dengan model kemitraan yang harmoni. 6. Menyatukan beragam potensi. Pemberdayaan adalah kegiatan terpadu yang
berujung pada optimalisasi potensi. Pada dasarnya, proses pemberdayaan lebih menekankan proses daripada hasil.
Ciri-ciri orang berdaya, antara lain ada rasa memiliki terhadap pekerjaannya, bertanggungjawab, punya andil dalam memajukan pekerjaan di tempat kerjanya,
mengetahui di mana harus berdiri, memiliki kontrol terhadap pekerjaan, dan pekerjaan merupakan bagian hidupnya. Memberdayakan orang lain pada hakikatnya merupakan
Modul Kepala TK - Jenjang TK
65
perubahan budaya. Pemberdayaan tidak akan berjalan jika seluruh budaya departemen atau organisasi tidak berubah secara mendasar. Untuk mencapai pemberdayaan yang
efektif diperlukan dukungan terhadap perubahan dalam sikap dan praktik Stewart, 1998:53.
H. Keterlibatan SDM dan Organisasi Taman Kanak Kanak dalam Pembuatan Keputusan
Konsep peran serta dalam pengambilan keputusan mula-mula diperkenalkan oleh Frenchet al 1960, ketika mengatakan bahwa peran serta menunjukkan suatu proses
antara dua atau lebih pihak yang mempengaruhi satu terhadap yang lainnya dalam membuat rencana, kebijakan, dan keputusan. Peran serta bawahan dalam mengambil
keputusan sesungguhnya lahir dari desakan kebutuhan psikologis yang mendasar pada setiap individu.
Keinginan untuk berperan serta menurut Archbold 1976 didorong oleh kebutuhan hasrat terhadap kekuasaan, ingin memperoleh pengakuan, dan hasrat untuk bergantung
pada orang lain, tetapi juga sebaliknya tempat orang bergantung. Pentingnya peran serta bawahan dalam pengambilan keputusan juga diakui oleh Alutto dan Belasco
1972 karena dengan demikian ada jaminan bahwa pemeran serta karyawan tetap mempunyai kontrol atas keputusan-keputusan yang diambil. Apabila pemeran serta tidak
dapat mengontrolnya, organisasi akan mengalami kerugian, sama dengan tidak ada peran serta sama sekali.
Para manajer akan sulit untuk membuat keputusan tanpa melibatkan para bawahannya. Keterlibatan ini dapat bersifat formal seperti penggunaan kelompok dalam pembuatan
keputusan atau informal seperti permintaan akan gagasan-gagasan.
Ada lima sifat peran serta, yaitu formal-tidak formal, langsung-tidak langsung, tingkat pengaruh isi dari keputusan, dan jangka waktunya singkat atau lama. Dari lima sifat
peran serta itu, dengan memperhatikan berbagai bentuk peran serta yang tersedia dalam kepustakaan, dirumuskanlah enam kombinasi bentuk peran serta, yaitu:
1. peran serta pengambilan keputusan dalam bidang tugas; 2. peran serta konsultatif;
3. peran serta jangka pendek; 4. peran serta informal;
5. hak karyawan untuk mengembangakan kreativitas dan inovasi, dan 6. peran serta perwakilan
Pengambilan keputusan merupakan proses yang kompleks yang memerlukan penanganan yang serius. Secara umum, proses pengambilan keputusan meliputi tujuh
langkah berikut Gibson dkk, 1987: 1. Menerapkan tujuan dan sasaran: sebelum memulai proses pengambilan keputusan,
tujuan dan sasaran keputusan harus ditetapkan terlebih dahulu, apa hasil yang harus dicapai, dan apa ukuran pencapaian hasil tersebut.
2. Identifikasi persoalan: persoalan-persoalan di seputar pengambilan keputusan harus diidentifikasikan dan diberi batasan agar jelas. Mengidentifikasi dan memberikan
batasan persoalan harus tepat pada inti persoalannya sehingga memerlukan upaya penggalian.
3. Mengimbangkan alternatif: tahap ini berisi pengidentifikasian berbagai alternatif yang memungkinkan untuk pengambilan keputusan yang ada. Selama alternatif itu ada