148 Seri Hukum Dan Keadilan Iklim: REDD di Indonesia, ke mana akan melangkah?
Dalam proses penurunan emisi sendiri, bisa dikatakan, Indonesia tinggal membetulkan praktik-praktik tidak baik
dalam pengelolaan hutan, seperti menyelesaikan masalah tata batas kawasan hutan mis. kawasan hutan yang tumpang tindih
peruntukan dan kepemilikannya dengan pihak lain, termasuk dengan masyarakat adat, mengatur soal pelepasan kawasan
hutan, alih status kawasan hutan, pembalakan liar direncanakan atau tidak direncanakan, serius dalam mengelola kawasan hutan
konservasi dan hutan lindung serta pengelolaan dan pengawasan pada pemanfaatan hutan produksi.
Tetapi tinggal membetulkan praktik-praktik itu tidaklah berarti menyelesaikan soal dalam kehutanan ini gampang
adanya. Keterikatan hutan dengan kepentingan ekonomi, sosial dan politik membuat persoalan kehutanan tidak bisa diselesaikan
sendiri oleh kehutanan. Apalagi praktik tidak baik itu sudah mengarah pelemahan institusi kehutanan misalnya, dengan
perilaku korupsi.
Beberapa peraturan pelaksanana UU 411999 yang berhubungan dengan soal perubahan iklim antara lain: PP. No.
44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan; PP No. 45 Tahun 2004 tentang perlindungan Hutan; PP No 6 Tahun 2007
tentang tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan, serta pemanfaatan hutan; serta PP 10 Tahun 2010 tentang Tata
Cara Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan
5. Pertanian
- UU No 5 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Agraria - Undang-Undang No 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan
- Undang-Undang No.41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
Jika dilihat dari masa hubungannya dengan persoalan perubahan iklim, pertanian merupakan salah satu sektor yang
mempunyai hubungan panjang dengan soal perubahan iklim ini, terutama dihubungkan dengan kegiatan di bidang klimatologi
dan metereologi. Kerja pertanian memang banyak ditentukan oleh kondisi iklim daerahnya. Pemerintah sudah memperhatikan
kerentanan pertanian ini sejak perlunya dibangun stasiun-stasiun iklim untuk membantu petani meramalkan musim.
Pertanian merupakan sektor lain yang sebenarnya, dalam konteks LULUCF, memegang peranan penting dalam soal
pengendalian perubahan iklim. Pertanian, sebagaimana kehutanan, sama-sama berurusan dengan masalah pemanfaatan
149 Tanggapan kebijakan perubahan iklim di Indonesia: Mekanisme Reducing Emissions
from Deforestaion and Forest Degradaion REDD sebagai kasus
lahan yang kontestasinya sangat tinggi; apalagi dengan kondisi Indonesia yang kemajuan ekonominya masih mengandalkan
pada sumber daya alam. Tetapi pertanian juga berperan sebagai penyumbang emisi.
Jika dihubungkan dengan soal peningkatan emisi dari hutan, peran pertanian, terutama perkebunan memegang peranan
besar. Pembukaan lahan hutan, baik berizin maupun tidak berizin, untuk kepentingan perkebunan yang berjalan dengan
sangat masif telah menjadi faktor utama terjadinya deforestasi di Indonesia. Perhatian yang lebih besar untuk mengarahkan
sektor perkebunan agar tidak mempergunakan lahan hutan dalam ekspansi lahannya perlu dilakukan segera. Apalagi,
banyak pembukaan lahan hutan atau praktik perkebunan besar yang dikerjakan di lahan bergambut. Praktek ini sebenarnya
diperbolehkan dengan kriteria tertentu yang ditentukan oleh perundang-undangan mis. Permentan no. 14Permentan
PL.11022009 tentang pedoman pemanfaatan lahan gambut untuk budidaya kelapa sawit
Agar deforestasi bisa dibatasi dan pemakaian lahan gambut untuk kepentingan perkebunan harus dibuat kebijakan yang
mempersulit kedua proses itu terjadi yang dalam kenyataannya justru lebih mudah, karena misalnya hanya dengan perizinan dari
bupati, perkebunan di lahan APL dapat dilangsungkan. Selain pendekatan lewat perubahan regulasi, mempersulit pemakaian
lahan hutan dan lahan bergambut buat perkebunan dapat juga dilakukan lewat pendekatan ekonomi, seperti pengenaan
disinsentif berupa pajak ekspor atau bentuk pajak lainnya.
Dalam soal lahan untuk pangan, pemerintah makin menyadari semakin sempitnya lahan pertanian akibat alih fungsi
lahan pertanian yang masif yang terjadi di Jawa. Sebagai usaha untuk mencapai ketahanan pangan, pemerintah mencari lahan-
lahan subur yang berada di luar jawa. Kebanyakan lahan itu berada di kawasan hutan. Ini juga menjadi persoalan penting
di dalam pengendalian perubahan iklim.
Apalagi disadari bahwa iklim yang berubah-ubah seperti sekarang ini membuat posisi pertanian juga menjadi rentan
yang mendatangkan berbagai masalah seperti sulitnya memulai masa tanam, kerusakan saat panen, timbulnya hama tanaman
baru dan lebih kebal terhadap pestisida, dan masih banyak lagi. Masalah tersebut tentu akan menggangu ketahanan pangan yang
dengan tersengal dicobategakkan oleh pemerintah.