Kehutanan REDD di Indonesia REDD di Indonesia

151 Tanggapan kebijakan perubahan iklim di Indonesia: Mekanisme Reducing Emissions from Deforestaion and Forest Degradaion REDD sebagai kasus hoc yang berhubungan dengan antisipasi perubahan iklim bernama Komisi Nasional Perubahan Iklim Komnas PI. Komnas PI ini dibentuk dengan Keputusan MenLH No. 35 Tahun 1992. Keanggotaan Komisi Nasional Perubahan Iklim ini pada awalnya lebih luas dari Komisi Nasional Iklim dan Lingkungan Hidup, karena anggotanya tidak hanya datang dari pihak pemerintah, tetapi juga dari kalangan akademik dan NGO. Jika dilihat dalam struktur pemerintah saat itu, pembentukan lembaga pemerintah yang memasukkan unsur NGO menjadi catatan tersendiri. Bahkan bisa dikatakan, pembentukan lembaga selanjutnya, baik di dalam soal perubahan iklim maupun REDD tidak lagi menempatkan anggota non-pemerintah sebagai salah satu anggotanya. Namun, struktur keanggotaan Komnas PI ini berubah seiring dengan lahirnya Keputusan MenLH No. 53 Tahun 2003 dengan hanya meninggalkan anggota dari kalangan pemerintah saja. Tugas Komnas PI ini adalah membantu Pemerintah Indonesia dalam membuat kebijakan untuk mengantisipasi dampak perubahan iklim, memonitor dan mengevaluasi kebijakan yang ada terkait perubahan iklim dan pelaksanaan di lapangan. Komnas juga bertugas untuk memberikan bantuan kepada Pemerintah Indonesia dalam menanggapi perkembangan perundingan internasional terkait perubahan iklim dan menginisiasi kerjasama baik secara nasional, regional dan internasional dalam mengantisipasi dampak perubahan iklim. Seiring dengan makin ramainya perbincangan soal mitigasi perubahan iklim dari sektor kehutanan yang diatur dalam Protokol Kyoto, Indonesia menanggapinya dengan meratiikasi Protokol Kyoto dengan UU No 17 Tahun 2004. Sayang sekali, ketika Protokol Kyoto diimplementasikan di lapangan, pengurangan emisi dari deforestasi dijadikan skema yang hanya berlaku di negara-negara industri Annex 1, dan dikeluarkan dari Mekanisme Pembangunan Bersih atau CDM. Padahal hanya dalam skema CDM inilah, negara-negara berkembang dapat bekerja sama dengan negara-negara maju dalam usaha mitigasi perubahan iklim. Kebijakan Indonesia terkait CDM cukup tanggap dengan pembentukan peraturan serta lembaga. Sebelum adanya CDM, kebijakan Indonesia terkait perubahan iklim masih kabur dan tidak ada keterkaitannya dengan apa yang dilakukan di dalam negeri Indonesia. CDM merupakan piranti internasional pertama terkait perubahan iklim yang diadopsi oleh Indonesia dan dimasukkan dalam kebijakan pemerintah Indonesia. Wujud dari kebijakan itu tampak dalam peraturan perundang-undangan serta pembentukan lembaga. 152 Seri Hukum Dan Keadilan Iklim: REDD di Indonesia, ke mana akan melangkah? Terkait dengan soal kelembagaan, Pemerintah Indonesia memutuskan untuk mengambil alih tugas Komnas PI dan kemudian diserahkan ke lembaga baru bernama Komisi Nasional Mekanisme Pembangunan Bersih atau Komnas MPB. Komnas MPB itu sendiri merupakan perwujudan dari Designated National Authority sebagaimana diminta dalam Protokol Kyoto dan berada di bawah naungan Kementerian Lingkungan Hidup. Komnas MPB ini didirikan dengan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 206 Tahun 2005. Dengan pengambil alihan tugas ini, Komnas PI pun dibubarkan. Komnas MPB ini bertanggungjawab untuk mengeluarkan surat persetujuan atas usulan proyek-proyek CDM, melakukan monitoring terhadap kemajuan proyek CDM, mengorganisir pertemuan- pertemuan untuk tim teknis, serta memberikan konsultansi dan fasilitasi kepada para pemangku kepentingan, pengembang proyek, dan masyarakat terkait dengan data dan informasi terkait dengan CDM. Struktur Komnas MPB mengalami perubahan yang disebabkan karena lahirnya Dewan Nasional Perubahan Iklim DNPI pada tahun 2008. Perubahan Komnas MPB ini ditetapkan dengan KepmenLH No. 522 Tahun 2009 yang berupa perubahan pada struktur dengan memasukkan Komnas MPB ke dalam kesekretariatan DNPI, menambah jumlah anggota Komnas MPB dari 9 menjadi 14 instansi, membentuk Tim Teknis, Kelompok Tenaga Ahli dan Forum Para Pemangku Kepentingan. Kesekretariatan DNPI juga berkewajiban untuk memfasilitasi kegiatan-kegiatan Komnas MPB. Dengan demikian, Komnas MPB ini tidak diambil alih tugasnya oleh DNPI, sebagaimana Komnas MPB mengambil tugas Komnas PI. Hal tersebut terjadi karena posisi Komnas MPB diwajibkan ada jika Indonesia ingin mendapatkan insentif dari adanya proyek CDM. Selain itu, DNPI sendiri menjadi salah satu anggota Komnas MPB. 2 lembaga terkait REDD Di tempat lain, di Departemen Kehutanan tidak tinggal diam dalam mengantisipasi isu perubahan iklim ini, terutama dengan semakin menguatnya dorongan dari komunitas internasional untuk mengikutsertakan hutan – dalam hal ini pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan – ke dalam strategi mitigasi perubahan iklim. Bahkan, sampai sekarang, hanya opsi REDD ini yang lebih siap dijadikan sebagai pengganti Protokol Kyoto pasca 2012 nanti. Selain memberdayakan fungsi-fungsi kelembagaan yang ada di bawah Departemen Kehutanan sekarang menjadi Kementerian Kehutanan, seperti Dirjen Bina Produksi Kehutanan, Dirjen Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial, Dirjen PHKA dan Baplan