9 REDD di Indonesia, kebijakan pemerintah dan kerentanan masyarakat: sebuah pengantar
Sebagaimana  telah  kami  sampaikan  di  bagian  1.3  a,  studi  kasus dilakukan di Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah. Di kedua provinsi
ini  kami  memilih  lokasi  yang  selama  ini  diusulkan  atau  berpotensi menjadi  lokasi  proyek  kegiatan  REDD, yakni di  Desa  Jelemuk,  Kabupaten
Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, dan Desa Kalumpang dan Desa Petak Puti, Kabupaten  Kapuas,  Kalimantan  Tengah.
Penelitian ini sendiri secara keseluruhan dilakukan dalam waktu enam bulan antara Januari – Juni 2010. Khusus untuk penelitian hukumkebijakan
kami mengamati perkembangan yang terjadi dalam kurun tahun 2007 - 2010. Dalam  kenyataannya,  ada  fakta-fakta  sebelum  tahun  2007  yang  terpaksa
harus  diungkapkan  karena  kuatnya  keterkaitannya  dengan  periode  yang diteliti.  Rentang  tahun  2007  –  2010  dipilih  karena  dalam  rentang  tahun
inilah  perbincangan  soal  perubahan  iklimREDD  masuk  di  dalam  wacana publik dan  pemerintah  Indonesia  mulai  serius  menanggapinya.
Dalam  menjalankan  penelitian  ini  kami  mendapati  sejumlah  kendala, baik  dari  sisi  substansi  maupun  teknis.  Kehilangan  salah  satu  anggota
peneliti  di  lapangan  dan  data  yang  tidak  terkumpul  sesuai  dengan  yang diharapkan harus kami hadapi dan carikan solusinya. Selain itu mengingat
REDD  merupakan  skema  yang  belum  solid  sehingga  sangatlah  sulit memperkirakan  tanggapan pemerintah atau dampaknya pada  masyarakat.
Oleh sebab itu kami hanya mampu mengidentiikasi tanggapan-tanggapan pemerintah  pusat  dan  daerah  yang  telah  mewujud  dalam  peraturan
perundang-undangan.  Adapun  untuk  memprediksi  kemungkinan dampak REDD pada masyarakat kami mencoba menarik analoginya dengan melihat
beberapa proyek pembangunan ekonomi atau lingkungan hidup yang masuk ke dalam  masyarakat desa.
1.4  Konsep-konsep
Dalam penelitian ini ada banyak istilah yang kami gunakan dan masing- masing  merujuk  pada  konsep yang  khusus, yakni:
i Perubahan iklim. Menurut deinisi UNFCCC, perubahan iklim adalah
perubahan pada iklim yang disebabkan langsung atau tidak langsung oleh  aktivitas  manusia  yang  menyebabkan  perubahan  komposisi
atmosfer  global.  Dengan  demikian,  UNFCCC  membagi  perubahan iklim  akibat  aktivitas  manusia  dan  akibat  alami.  Sebenarnya,
perubahan  iklim  sudah  terjadi  sejak  pertama  kali  bumi  terbentuk dan  secara  alami  terjadi  dalam  jangka  waktu  yang  lama.  Namun,
sejak  revolusi  industri  pada  abad  ke  sembilan  belas,  pertama  kali dalam  sejarah  manusia,  aktivitas  manusia  mempengaruhi  iklim.
Perubahan iklim itu terjadi karena adanya perubahan kandungan gas- gas yang ada di atmosfer bumi yang disebabkan oleh meningkatnya
gas  rumah  kaca.  Perubahan  iklim  mencakup  perubahan  pada  pola
10 Seri Hukum Dan Keadilan Iklim: REDD di Indonesia, ke mana akan melangkah?
angin, tekanan udara, pola curah hujan dan suhu permukaan bumi. Perubahan iklim kadang disamakan dengan istilah pemanasan global,
padahal istilah pemanasan global hanya mencakup bagian kecil dari pengertian  perubahan  iklim.
ii Pemanasan  global.  Secara  saintifik  pemanasan  global  adalah
fenomena atmosfer bumi dalam melindungi bumi agar tetap hangat dengan menahan sebagian pantulan sinar inframerah matahari tetap
di  bawah  selimut  atmosfer  bumi.  Istilah  ini  lebih  tepat  dikatakan sebagai
efek  rumah  kaca.  Ada  beberapa  gas  di  atmosfer  yang
berperan  penting  terjadinya  efek  rumah  kaca,  yakni  uap  air  H
2
O, karbon dioksida CO
2
, metan CH
4
, nitrogen oksida N
2
O dan ozon O
3
. Sampai saat ini ada dua perjanjian internasional yang mengatur mengenai gas-gas di atmosfer ini. Protocol Montreal mengatur emisi
rumah  kaca  yang  dihasilkan  manusia,  yakni  halocarbon  CFCs, HCFCs, dan lain-lain, dan gas yang mengandung clorin dan bromin.
Sedangkan  Protokol  Kyoto,  mengatur  gas-gas  rumah  kaca  berupa CO
2
,  N
2
O,  CH
4
,  SF
6
,  HFCs dan  PFCs.
iii  Emisi Gas Rumah Kaca. Konsep itu terdiri dari kata “emisi” dan frase
“gas  rumah  kaca”  atau  GRK.  Emisi  merupakan  zat, energi danatau komponen lain yang dihasilkan dari suatu kegiatan yang masuk dan
atau dimasukkannya ke dalam udara ambien yang mempunyai dan atau  tidak  mempunyai  potensi  sebagai  unsur  pencemar.  Sementara
GRK, dalam deinisi IPCC merupakan gas-gas di atmosfer, baik berupa gas alami maupun yang dihasilkan oleh manusia, yang menyerap dan
memancarkan  radiasi  pada  panjang  gelombang  tertentu  di  dalam spektrum  radiasi  panas  yang  dipancarkan  oleh  permukaan  bumi,
oleh atmosfer itu sendiri maupun oleh awan. Gas rumah kaca inilah yang menyebabkan lahirnya
efek rumah kaca. Gas-gas rumah kaca
alami antara lain adalah uap air H
2
O, karbon dioksida CO
2
, metan CH
4
,  nitrogen  oksida  N
2
O  dan  ozon  O
3
.  Sementara  gas  rumah kaca  yang  dihasilkan  oleh  manusia  antara  lain  adalah  halocarbon
CFCs,  HCFCs,  dan  lain-lain,  gas  yang  mengandung  clorin  dan bromin  Solomon dkk.,  2007.
iv  REDD. Kepanjangan REDD dalam perdebatan di UNFCCC tidak selalu
konsisten. Ia bisa kepanjangan dari pengurangan emisi dari deforestasi dan  degradasi  hutan  di  negara  berkembangReducing  Emissions
from  Deforestation  and  forest  Degradation  in  developing  countries atau kepanjangan dari Pengurangan emisi dari deforestasi di negara
berkembangReducing  Emissions  from  Deforestation  in  developing Countries.  Kepanjangan  REDD  yang  pertama  itu  merupakan  istilah
yang diperkenalkan oleh Indonesia pada COP 13, Desember 2007, di
11 REDD di Indonesia, kebijakan pemerintah dan kerentanan masyarakat: sebuah pengantar
Bali.  Deinisi  resmi  Indonesia  tentang  REDD  adalah  semua  upaya pengelolaan hutan dalam rangka pencegahan dan atau pengurangan
penurunan kuantitas tutupan hutan dan stok karbon yang dilakukan melalui berbagai kegiatan untuk mendukung pembangunan nasional
yang  berkelanjutan.
REDD  dalam  pelaksanaannya  merujuk  pada  dua  hal.  Pertama, proses  pembentukan  mekanisme  pembayaran  kepada  negara
berkembang yang telah mengurangi emisinya lewat pengurangan laju deforestasi  dan  degradasi  hutan.  Kedua,  ia  merujuk  pada  aktivitas
persiapan  bagi  negara  agar  terlibat  dalam  mekanisme  REDD,  yang setidaknya akan melakukan pengujian dan pengembangan metodologi,
teknologi dan institusi pengelolaan hutan secara berkelanjutan yang berupaya  untuk  mengurangi  emisi  karbon.  Di  Indonesia,  rujukan
kedua  itu dikenal dengan  istilah  Demonstration  Activities  DA.
v Carbon  Ofset.  Merupakan  kredit  pengurangan  emisi  rumah  kaca
yang berasal dari proyek atau organisasi lain yang melakukan praktik pengeluaran  emisi  gas  rumah  kaca  yang  rendah  di  tempat  lain.
Dengan demikian, biarpun bernama carbon, ia tidak hanya terbatas pada  karbon  saja,  namun  juga  mencakup  emisi  rumah  kaca  lain
di  luar  karbon.  Pengaturan
Carbon	 Ofset  ini  diatur  dalam  CO
2
-eq atau
carbon	dioxide-equivalent.	Carbon	Ofset memungkinkan calon pembeli  kredit  membayar  pihak  lain  untuk  membuat  proyek  yang
mengurangi  emisi  dengan  atas  nama  calon  pembeli  kredit  itu. Istilah  ini  muncul  bersamaan  dengan  lahirnya  Protokol  Kyoto  yang
memberikan  pilihan  kepada  negara  maju  –  daripada  melakukan pengurangan  emisi  di  dalam  negerinya  –  membiayai  sebuah  atau
beberapa  proyek  pengurangan  emisi  di  negara  berkembang  yang hasil  pengurangan  emisi  itu  akan  dianggap  sebagai  pelaksanaan
kewajiban pengurangan emisi negara maju Bullock, Childs, Picken, 2009.  Dalam  perkembangannya  aktor  yang  terlibat  dalam  Carbon
Ofset ini tidak hanya negara, namun juga individu dan perusahaan privat.
vi  Perdagangan  karbon.  Carbon	 Ofset	 ini  biasanya  berjalan  lewat
mekanisme  perdagangan  karbon  yang  terdiri  dari  dua  tipe,  yaitu compliance  dan  voluntary.  Pada  perdagangan  karbon  yang  bersifat
compliance, para aktor individu, perusahaan, pemerintah atau bentuk lembaga  lain  membeli  kredit  karbon  berdasarkan  suatu  batasan
“Cap” karbon yang boleh dikeluarkan, sementara dalam perdagangan karbon yang bersifat voluntary – yang jumlahnya jauh lebih kecil dari
yang  compliance  –  para  aktor  membeli  kredit  pengurangan  emisi untuk  memitigasi  pengeluaran emisi  karbonnya  sendiri.