Ia kelihatan memiliki semangat yang cukup untuk melakukan pekerjaan tersebut, karena Pirto ingin merubah hidupnya menjadi lebih baik.
5.1.5 Informan Tambahan
Informan tambahan yang saya jadikan dalam penelitian ini adalah salah satu dari pegawai di seksi rehabilitasi sosial, yaitu seorang psikolog bernama pak Dody,
S.Psi. Alasan saya memilih pak Dody sebagai informan tambahan adalah karena Beliau memiliki ilmu Psikologi yang ia tamatkan dari Universitas Padjajaran,
Bandung, yang meyakinkan saya bahwa pak Dody mampu memahami permasalahan dan faktor-faktor mengapa seseorang itu menyalahgunakan pemakaian NAPZA.
Pak dody banyak bercerita hingga tidak semua penulis rangkumkan hanya yang paling penting dan urgen saja saya paparkan dalam penelitian ini. Setiap calon
Residen yang akan masuk ke panti akan selalu berhadapan kepada pak Dody dan membicarakan segala sesuatunya yang akan disiapkan dan dipenuhi. Berdasarkan
pengamatan dan hasil wawancara yang dilakukan pak Dody terhadap beberapa Residen, maka mereka yang ketergantungan NAPZA adalah mereka yang sejak usia
remaja, yang masih memiliki sifat labil. Pada usia ini cenderung seseorang itu mencari jati diri, bergabung dan bergaul dengan teman-teman sebaya, membentuk
kelompok-kelompok bermain. Dalam pergaulan sehari-hari mereka di dalam kelompok itu tertutup kepada
teman-teman yang lain yang dianggap mereka tidak cocok bergabung terhadap mereka, contohnya orang-orang baik dan masih polos. Dalam interaksi sehari-hari
mereka hanya berkelompok dan mulai mencoba hal-hal yang belum pantas mereka
Universitas Sumatera Utara
lakukan. Contohnya mulai merokok bersama teman-teman di sekolah, bolos pada jam yang mereka tidak suka Guru atau pelajarannya. Kelompok-kelompok dari sekolah
yang satu bergabung diluaran dengan kelompok sekolah yang lainnya sehingga mereka semakin kuat dan membentuk komunitas. Akhirnya di dalam komunitas ini
menimbulkan berbagai faktor maupun pengaruh-pengaruh yang menjadikan mereka bertindak salah.
Banyak tindakan yang salah yang dilakukan oleh anak remaja masa sekarang, seperti di dalam lingkungan sekolah adalah, bolos dari jam pelajaran lalu lari ke
warnet bermain Game atau sebagainya, terlambat datang ke sekolah karena disengaja, menghabiskan uang sekolah, berantam di sekolah hingga tawuran antar sekolah dan
berbagai tindakan yang melanggar norma-norma. Pada usia remaja, dimulai dari mengkonsumsi rokok, akan lebih mudah naik
kepada pemakaian Ganja dengan rasa ingin tahu dan coba-coba bersama teman-teman lainnya. Tidak sedikit pada jaman sekarang ini anak SMP yang merokok dan pada
tingkat SMA sudah memakai Ganja. Mereka mendapatkan Ganja bisa jadi dari teman-teman mereka yang memiliki kenalan penjual ganja dan sudah pernah
mengkonsumsi sebelumnya. Rokok adalah pintu masuk ke dalam pemakaian Narkoba, dengan kebiasaan
merokok maka si anak ingin mencoba memakai Ganja, ingin mengetahui bagaimana sebenarnya rasa akan barang tersebut. Di luar kesadaran seseorang itu dan tidak
dengan sepengetahuannya maka mereka mengalami ketagihan diakibatkan Zat yangb ada didalamnya. Sehingga seseorang itu ketagihan untuk mengkonsumsi Narkoba.
Universitas Sumatera Utara
Remaja menilai Narkoba itu adalah hal yang positif karena mereka belum mengetahui apa bahaya yang diakibatkan Zat berbahaya tersebut. Karena mereka
melihat teman-temannya juga mengkonsumsi maka timbul rasa ikut-ikutan juga sehingga mereka menganggap itu suatu kebutuhan dan enak bila dikonsumsi, karena
anggapan itulah mereka banyak mengkonsumsi Narkoba. Alasan lain mengapa remaja mau mengkonsumsi Narkoba adalah ketika ia
memiliki berbagai masalah-masalah yang sangat sulit untuk dipecahkan, sehingga masalah tersebut merupakan beban yang sangat berat dalam dirinya, misalnya adalah
masalah yang dialaminya di sekolah, atau di bangku perkuliahan. Banyak permasalahan yang dapat menimbulkan remaja mengalami frurtasi seperti masalah
percintaan, perkelahian dengan teman sekolah, sebaya, dan teman bermain, dendam yang sudah lama dibawakan dalam dirinya dan lain sebagainya. Masalah-masalah
yang dihadapi jika penyelesaiannya tidak ada maka seseorang itu akan semakin stress, jenuh, bingung tidak tahu untuk bertindak, ditambah lagi teman-teman yang
pengguna Narkoba yang kurang perduli ajkan masalah yang dihadapi. Pemakaian Narkoba akhirnya dianggap seseorang itu menjadi solusi yang utama, seakan-akan
masalahnya selesai jika sudah mengkonsumsi Narkoba tersebut. Keluarga mempunyai peranan yang sangat penting di dalam membentuk
kepribadian si anak, karena keluargalah tempat sosialisasi primer. Dengan pola asuh yang baik dan benar yang dilakukan oleh orang tua, maka kepribadian dan karakter si
anak akan lebih baik di dalam keluarga. Sebaliknya apabila dalam keluarga itu tidak ditanamkan hal-hal yang baik dan positi terhadap anak, keluarga kurang mengenal
akan Tuhan, kurangnya dorongan dan bimbingan terhadap anak, tidak mengenal rasa
Universitas Sumatera Utara
cinta dan kasih sayang, maka hal ini dapat menjadi faktor yang mempengaruhi kejiwaan atau secara emosi si anak tidak berkembang dengan baik. Karena
perkembangan emosi si anak tidak baik, maka cenderung memiliki sifat yang sangat labil, tidak mampu menentukan pilihan mana yang baik dan kurang baik untuk
dilakukan, akibatnya anak sering melakukan tindakan bodoh seperti kenakalan remaja saat ini dan terjerumus dalam pemakaian Narkoba.
Uang merupakan hal yang paling penting untuk memenuhi kebutuhan juka seseorang itu sudah mulai dan ketergantungan terhadap NAPZA. Pecandu Narkoba
yang masih duduk di bangku sekolah dan perkuliahan memperoleh uang dari orang tuanya, jika merasa kurang mereka tidak enggan meminta dengan cara memaksa,
mencuri uang orang tua, mencuri harta benda milik orang lain, menjual apa yang ia miliki seperti HP, laptop dan sebagainya. Pemakai Narkoba tidaklah hanya bagi
mereka yang masih duduk di bangku sekolah dan di perkuliahan, melainkan pengangguran juga banyak yang mengkonsumsi barang tersebut, mereka memperoleh
barang bisa saja dari teman bergaul, orang tua, juga melakukan tindakan kejahatan seperti menodong, mencuri harta barang milik orang lain, sehingga tidak jarang kita
dengar berita seorang pencuri demi memperoleh Narkoba. Kalangan pekerja yang mengkonsumsi Narkoba menghabiskan sebagian dari
penghasilannya untuk membeli Narkoba dan hidup foya-foya, seperti para pemborong, pengusaha, pebisnis, sebagian dari pejabat-pejabat pemerintah kita, yang
selalu minum minuman keras, memakai Narkoba, bahkan memakai jasa perempuan bayaran di cafe, bar, ataupun diskotik. Sehingga tidak jarang kita dengar berita yang
Universitas Sumatera Utara
mengabarkan seorang pejabat terlibat dalam pesta Narkoba, perselingkuhan dan sebagainya.
Lingkungan tempat tinggal atau lingkungan sosial yang rata-rata masyarakatnya banyak memakai Narkoba, terjadi peredaran yang sangat keras, dengan mudahnya
seseorang memperolehnya akan mengakibatkan seseorang itu terjerumus. Lingkungan yang dimaksudkan dalam hal ini adalah lingkungan sekolah, lingkungant
tempat tinggal, lingkungan hiburan-hiburan malam, lingkungan yang memang khusus untuk peredaran Narkoba seperti di Medan ini yang terkenal tempatnya adalah di
Kampung kubur dan daerah-daerah pinggiran kota seperti di Belawan, Tembung, Helvetia, Sunggal, Pancur Batu, pancing, dan banyak wilayah Lainnya.
Berbicara sosal pergaulan sehari-hari maka kembali lagi berbicara tentang lingkungan dimana tempat seseorang itu tinggal dan bagaimana interaksi sosial yang
terjadi di lingkungannya tersebut. Seseorang dapat terjerumus dan ikut-ikutan untuk memakai Narkoba karena melihat dan mengetahui bagaimana kondisi sekitarnya,
gambaran kondisi lingkungannya, dengan siapa ia bergaul, dan adanya kesempatan baginya bergabung bersama pemakai yang lainnya. Dengan adanya interaksi antara
seseorang dan pemakai yang lainnya akan menimbulkan suatu kesempatan untuk mencoba-coba dan mengkonsumsinya.
Orang tua yang mengetahui anaknya telah terlibat mengkonsumsi dan ketergantungan terhadap NAPZA lebih cenderung untuk menutup-nutupi keadaan
yang terjadi sebenarnya. Masalah Narkoba ini dinilai aib oleh semua orang. Sangatlah malu orang tua jika anaknya terlibat dalam penyalahgunaan Narkoba, akan tetapi
Universitas Sumatera Utara
bagaimanapun juga orang tua dalam langkah awalnya akan selalu menutupi dan merahasiakan tentang apa yang telah terjadi.
Orang tua yang perduli terhadap anaknya akan selalu melakukan pengawasan dan pendekatan personal kepada anaknya agar tidak mengkonsumsi Narkoba lagi,
akan tetapi yang sering terjadi adalah si anak selalu mengaku dan berjanji untuk tidak lagi mengkonsumsi Narkoba, padahal setelah di luar rumah ia kembali
mengkonsumsinya. Melihat perilaku anaknya yang bisa pura-pura baik, orang tua tidak terlalu khawatir sehingga pengawasan semakin berkurang. Dengan melemahnya
pengawasan dan rasa percaya orang tua sudah timbul kepada anak yang berbohong dengan pura-pura baik dan berubah tersebut, maka disitulah kesempatan si anak
untuk kembali memakai Narkoba lagi. Bagaimanapun cara si anak untuk berusaha menutup-nutupi dirinya yang
sebagai pecandu Narkoba, suatu saat pasti orang tua mengetahuinya, karena ciri-ciri orang yang ketergantungan Narkoba akan dengan sendirinya muncul pada diri si anak
dan orang tua dapat melihatnya. Reaksi orang tua setelah mengetahui anaknya terkena Narkoba adalah mencari jalan keluar dengan mencari pengobatan, ada yang
mencoba ke pengobatan medis, ada juga membawa anaknya ke rehabilitasi Narkoba. Pada jaman sekarang ini, masalah penggunaan, perdagangan Narkoba sudahlah
diketahui hampir semua kalangan, jadi solusi untuk penyalahguna Narkoba sudah ada dengan membawa si korban menjalani Rehabilitasi. Masalah yang terbesar adalah,
hanya sedikit yang masuk ke rehabilitasi dan berhasil diobati, selebihnya adalah pengguna Narkoba yang secara sembunyi-sembunyi dan tidak ingin mengobati
dirinya. Berita baru-baru ini jumlah korban penyalahgunaan NAPZA mencapai 4,9
Universitas Sumatera Utara
juta jiwa, hal ini ditegaskan oleh Kepala Badan Narkotika Nasional Irjen Pol Anang Iskandar.
Residen di Panti Sosial Parmadi Putra “ Insayf” Sumut masuk rehabilitasi karena orang tua, keluarga, atau karena hukum. Jarang diantara mereka yang dengan
keinginan atau kemauan sendiri ingin mengikuti rehabilitasi dan berusaha untuk dirinya sembuh dari Narkoba. Bagi mereka Narkoba itu adalah solusi dan penyakit
mereka itu dirasakannya enak dan nikmat. Kebanyakan mereka masuk dengan cara terpaksa dan dipaksa, banyak diantara mereka tertangakap mengkonsumsi Narkoba
oleh kepolisian, lalu tidak ingin dipenjarakan dan mereka memilih untuk di rehabilitasi karena status mereka adalah pemakai bukan pengedar Narkoba.
Masuk rehabilitasi sosial ini memiliki aturan dan tidak bisa sesuka hati kelayan untuk keluar masuk, jadi perasaan Residen yang menjalani program rehabilitasi ini
adalah mengikuti program-program yang diberikan selama masa rehabilitasi selama 9 bulan penuh. Memang pada awal-awal menjalani rehabilitasi banyak Residen yang
tidak terima menjalani program rehabilitasi yang ada karena memang menyakitkan bagi mereka, tetapi setelah menjalani beberapa bulan maka mereka banyak yang
sadar dan ingin berubah, mengobati dirinya. Mereka bisa terima berhenti karena pemutusan hubungan dengan zat telah
dilakukan selama di rehabilitasi. Sehingga tubuh mereka selama di rehabilitasi tidak meminta akan zat tersebut. Lain halnya jika mereka setelah keluar dari rehabilitasi,
akibat pengaruh teman lama atau lingkungan kembali lagi untuk mengkonsumsi narkoba. Karena banyak penyalahguna NAPZA yang menjalani rehabilitasi setelah
pulang rehabilitasi kembali lagi terjerumus dalam pemakaian Narkoba.
Universitas Sumatera Utara
Rencana masa depan Residen adalah berupaya untuk kembali ke kehidupan yang normal atau biasa, tidak lagi memakai Narkoba, memikirkan hal-hal yang positif
guna membangun diri dan keluarganya. Jika yang sudah menikah akan kembali ke jalan yang benar dan memperhatikan keluarga seperti anak dan istrinya, yang masih
lajang berusaha menjadi lebih baik dan mencari pekerjaan yang sesuai dengan bakat dan kemampuan yang dimilikinya dan yang masih usia sekolah akan kembali
melanjutkan sekolahnya.
5.2 Analisis Data