1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan sebelumnya, maka rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah: “Apa faktor-faktor yang mempengaruhi
penyalahgunaan NAPZA pada residen di Panti Sosial Parmadi Putra “insyaf” Sumut?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penyalahgunaan NAPZA pada Residen di Panti Sosial Parmadi Putra
“insyaf” Sumut.
1.3.2 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai berikut:
a Secara teoritis, dapat menambah wawasan, pengalaman dan pemahaman
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi penyalahgnaan NAPZA pada residen di Panti Sosial Parmadi Putra “Insyaf” Sumut.
b Secara praktis, dapat menjadi bahan masukan dalam pengembangan konsep-
konsep, teori-teori, tentang penyalahgunaan NAPZA bagi penulis sendiri, instansi terkait seperti panti rehabilitasi narkoba, lembaga swadaya
masyarakat yang bergerak di bidang narkoba, orang tua, keluarga, sahabat, dosen atau bahkan pekerja sosial.
c Secara akademis, dapat memberikan kontribusi keilmuan dalam menambah
referensi dan kajian serta studi komparasi bagi peneliti atau mahasiswa yang
Universitas Sumatera Utara
tertarik terhadap penelitian yang berkaitan dengan masalah penyalahgunaan NAPZA.
1.3.3 Sistematika Penulisan
Penulisan penelitian ini disajikan dalam enam bab dengan sistematika sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisikan latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian serta sistematika Penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini, diuraikan secara teoritis variabel-variabel yang diteliti, kerangka pemikiran, defenisi konsep dan defenisi
operasional. BAB III
METODE PENELITIAN Bab ini berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian,
populasi dan sampel, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.
BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini berisikan tentang gambaran umum lokasi penelitian, dimana penulis melakukan penelitian.
BAB V ANALISIS DATA
Bab ini berisikan uraian data yang diperoleh peneliti dari hasil penelitian dan analisisnya.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI PENUTUP
Bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang dilakukan.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah perkembangan NAPZA
Dalam perkembangannya pada tahun 1805, seorang Dokter berkebangsaan Jerman bernama Friedrich Wilhelm menemukan senyawa opium amaniak yang
kemudian diberi nama morfin morphine. Dimana nama morphine itu sendiri diambail dari nama Dewa Yunani yaitu Morphius yang berarti Dewa Mimpi. Morfin
diperkenalkan sebagai pengganti opium sebagai candu mentah. Di India dan Persia candu diperkenalkan oleh Alexander The Great pada 330 SM dimana pada waktu itu
candu dipergunakan untuk bumbu masakan yang bertujuan untuk relaksasi tubuh. Pada tahun 1856 ketika pecahnya perang saudara di A.S. Morphin ini sangat
populer dipergunakan untuk penghilang rasa sakit luka-luka pada saat perang, kemudian sebahagian tahanan-tahanan tersebut “ketagihan” disebut sebagai “penyakit
tentara”. Tahun 1874 seorang ahli kimia bernama Alder Wright dari London, merebus cairan morphin dengan asam anhidrat cairan asam yang ada pada sejenis jamur
campuran ini membawa efek ketika diuji coba kepada anjing yaitu: anjing tersebut tiarap, ketakutan, mengantuk dan muntah-muntah.
Ditemukan dan dikembangnya narkotika tidak lain dan tidak bukan pada dasarnya adalah untuk kepentingan medis pengobatan, namun seiring
berkembangnya hubungan internasional yang menyangkut di dalamnya dunia politik, berkembangnya narkotika tidak lepas menjadi sasaran politik orang-orang yang ingin
meraup keuntungan, menjadikan narkoba sebagai lahan bisnis yang menguntungkan
Universitas Sumatera Utara
dengan menambah zat-zat adiktif yang berbahaya yang tentu dapat mengancam kehidupan masyarakat. Terlihat jelas dengan menambahkan zat adiktif menandakan
awal mulanya penyalahgunaan narkoba yang tadinya dimanfaatkan sebagai penghilang rasa sakit kemudian menjadi obat yang membuat seseorang mengalami
ketergantungan. Penambahan zat adiktif berbahaya dapat memicu sesorang menjadi berhalusinasi semakin tinggi dan kecanduan, dapat merusak jaringan syaraf dan
organ-organ tubuh seseorang sehingga pada akhirnya berimbas pada kematian. Pada tahun 1906, dalam mengatasi penyalahgunaan narkoba, Amerika turut
serta dalam membuat undang-undang yang meminta farmasi memberikan label yang jelas untuk setiap kandungan dari obat yang di produksi. Hal ini dimaksudkan untuk
mengetahui ada atau tidaknya kandungan opium yang ada dalam obat yang di produksi tersebut. Pada tahun 1914, dibuatlah peraturan yang mengharuskan
peraturan pemakai dan penjual narkoba wajib untuk membayar pajak, melarang memberikan narkotika kepada pecandu yang tidak ingin sembuh serta menahan
paramedis dan menutup tempat rehabilitasi. Pada tahun 1923, Amerika juga melarang penjualan bentuk narkotika terutama
heroin. Dilarangnya penjualan narkotika inilah yang menjadi awal penjulanperdagangan gelap terhadap narkotika yang berdiri di Chinatown, New
York. Perdagangan gelap narkotika seiring berkembangnya pasar global maka pada akhirnya menyebar ke seluruh penjuru dunia termasuklah ke Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
2.2 NAPZA Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif 2.2.1 Pengertian NAPZA