Keterbatasan Pembelajaran Tematik Implikasi Pembelajaran Tematik

28 Gambar 3. Pengembangan Tema Untuk Perancangan Aktivitas Pembelajaran S e d a n g k an untukmengetahui kegiatan-kegiatan yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran tematik, dapat dilihat pada gambar 4. Gambar 4. Kegiatan-Kegiatan Yang Dapat Dikembangkan Dalam Pembelajaran Tematik

4. Keterbatasan Pembelajaran Tematik

Andi Prastowo 2013:152-154 mengemukakan bahwa keterbatasan pembelajaran tematik meliputi 6 aspek, yaitu 1 aspek 29 guru; 2 siswa; 3 sarana dan sumber belajar; 4 kurikulum; 5 penilaian; dan 6 suasana pembelajaran. a. Keterbatasan pada aspek guru Dalam pembelajaran tematik, menuntut kemampuan guru baik dari wawasan, kretivitas, keterampilan metodeligis, rasa percaya diri, kemampuan mengemas dan mengembangkan materi. b. Keterbatasan dalam aspek siswa Pembelajaran tematik menuntut kemampuan belajar siswa yang relatif baik baik kemampuan akademik maupun kretivitas. c. Keterbatasan dalam aspek sarana dan sumber belajar Dalam pembelajran tematik membutuhkan bahan bacaan, reverensi, atau sumber informasi yang cukup banyak dan bervariasi. d. Keterbatasan dalam aspek kurikulum Dalam pembelajaran tematik memungkinkan kurikulum harus luwes dan berorientasi pada ketuntasan pemahaman siswa bukan pada target penyampaian materi. Dimana guru perlu diberi kewenangan dalam mengembangkan materi, metode, dan penilaian keberhasilan pembelajaran siswa. e. Keterbatasan dalam aspek penilaian Pembelajaran tematik memerlukan penilaian yang menyeluruh komprehensif, yaitu menetapkan keberhasilan belajar siswa dari beberapa bidang kajian terkait yang dipadukan. 30 Selain itu guru dituntut untuk melakukan koordinasi dengan guru lain apabila materi pelajaran barasal dari guru yang berbeda. f. Keterbatasan dalam aspek suasana pembelajaran Dalam pembelajaran tematik cenderung mengutamakan salah satu bidang kajian dan hilangnya bidang kajian lainnya. Dengan kata lain, kecenderungan guru dalam pembelajaran mengutamakan subtansi gabungan sesuai dengan pemahaman, selera, dan latar belakang pendidikan guru tersebut.

5. Model Pembelajaran Terpadu di Sekolah Dasar

Secara umum model pembelajaran terpadu terdiri dari sepuluh jika ditinjau dari cara memadukan konsep, keterampilan, topik, dan unit tematis seperti yang diungkapkan Robin Fogarty Daryanto 2014: 100-106. Kesepeluh model tersebut adalah 1 fragmented penggalan, 2 connected keterhubungan, 3 nested sarang, 4 sequenced urutanrangkaian, 5 shared bagian, 6 webbed jarring laba-laba, 7 threaded galur, 8 integrated keterpaduan, 9 immersed celupan, 10 networked jaringan. Model-model pembelajaran tematik di atas tidak semua dapat diterapkan pada pendidikan sekolah dasar di Indonesia. Menurut Tim Pengembang PGSD Daryanto 2014: 106-109 ada tiga model pembelajaran terpadu yang dapat diterapkan di sekolah dasar yaitu model webbing, connected, dan integrated. 31

a. Model Webbed jarring laba-laba

Model Webbed dimulai dengan menentukan tema, kemudian dikembangkan menjadi sub tema yang terkait. Dari sub tema diharapkan aktivitas siswa dapat berkembang dengan sendirinya. Tema dapat mengikat kegiatan pembelajaran baik dalam mata pelajaran tertentu maupun dengan mata pelajaran lain. Adapun kelebihan dan kekurangan model jarring laba-laba sebagai berikut. Kelebihan antara lain: 1 adanya faktor motivasional yang dihasilkan dari menyeleksi tema yang sangat diminati; 2 relatif lebih mudah dilakukan guru yang belum berpengalaman; dan 3 mempermudah perencanaan kerja tim untuk mengembangkan tema ke dalam semua bidang isi pelajaran. Sedangkan kekurangan model jarring laba-laba antara lain: 1 kesulitan menyeleksi tema; 2 adanya kecenderungan merumuskan suatu tema yang dangkal, sehingga hanya berguna secara artificial di dalam perencanaan kurikulum; 3 guru dapat menjaga misi kurikulum; 4 guru lebih fokus pada kegiatan dari pada pengembangan konsep. 32 b. Model Connected keterhubungan Model Connected merupakan model pembelajaran terpadu yang secara sengaja diusahakan untuk menghubungkan satu konsep dengan konsep lain, satu topic dengan topik lain, satu keterampilan dengan keterampilan lain, tugas yang dilakukan dengan tugas yang telah dilakukan maupun dengan tugas yang akan dilakukan, bahkan ide yang akan dipelajari pada semester berikutnya. Model keterhubungan memiliki kelebihan dan kelemahan sebagai berikut.Kelebihan antara lain: 1 dengan mengaitkan ide ke dalam satu pembelajaran siswa dapat memiliki gambaran tentang apa akan dipelajari dikemudian hari, 2 konsep-konsep kunci dikembangkan siswa secara terus-menerus sehinga terjadi internalisasi, 3 mengaitkan ide-ide dalam satu pelajaran memungkinkan siswa mengkaji, mengkonseptualisasi, memperbaiki, dan menganalisa, ide secara berangsur-angsur dan memudahkan siswa dalam memecahkan masalah. Sedangakan kelemahan dari model ini antara lain: 1 mata pelajaran tetap terpisah dan nampak tidak terkait, walaupun hubungan dibuat secara interdisiplin, 2 guru tidak didorong untuk bekerja sama sehingga isi pelajaran tetap terfokus tanpa merentangkan konsep-konsep antara mata pelajaran, 33 3 usaha untuk mengintegrasikan ide dalam suatu mata pelajaran dapat mengabaikan kesempatan untuk mengembangkan hubungan global dengan mata pelajaran lain. c. Model Integrated keterpaduan Model keterpaduan merupakan model pembelajaran yang menggabungkan mata pelajaran dengan cara menetapkan prioritas kurikuler dan menentukan keterampilan, konsep, dan sikap yang saling tumpang tindih di dalam mata pelajaran. Langkah awal yang harus dilakukan guru adalah menyeleksi konsep-konsep, keterampilan, dan sikap yang akan diajarkan dalam satu semester dari berbagai mata pelajaran, selanjutnya dipilih beberapa konsep, keterampilan dan sikap yang memiliki keterhubungan yang erat dan tumpang tindih di antara berbagai mata pelajaran. Model keterpaduan pun memiliki kelebihan dan kelemahan. Adapun kelebihan model keterpaduan, adalah: 1 memudahkan siswa untuk mengarahkan keterkaitan dan katerhubungan di antara berbagai mata pelajaran, 2 memungkinkan pemahaman antar mata pelajaran dan memberikan penghargaan terhadap pengetahuan dan keahlian, 3 mampu membangun motivasi bagi siswa. Kelemahan model keterpaduan, antara lain: 1 sulit diterapkan secara penuh, 2 menghendaki guru yang terampil dalam menguasai konsep, 34 3 menghendaki tim antar mata pelajaran yang terkadang sulit dilakukan, baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan.

6. Implikasi Pembelajaran Tematik

Martiyono 2012:179-181 mengemukakan bahwa implikasi pembelajaran tematik di SDMI mempunyai berbagai implikasi, baik bagi guru, siswa, sarana prasarana, pengaturan ruangan, maupun dalam pemilihan metode atau strategi pembelajaran. a. Bagi Guru Pembelajaran tematik memerlukan guru yang kreatif, baik dalam menyiapkan kegiatan pembelajaran, memilih dan mengaturnya agar pembelajaran menjadi lebih bermakna, menarik, menyenangkan, dan utuh. b. Siswa Siswa harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang dalam pelaksanaanya dimungkinkan untuk bekerja, baik secara individual, pasangan, kelompok kecil maupun klasikal. c. Sarana, Prasarana, Sumber Belajar, dan Media 1 pembelajaran tematik menekankan pada siswa, baik secara individual maupun kelompok untuk aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep atau prinsip-prinsip sehingga memerlukan berbagai sara dan prasarana belajar, 35 2 pembelajaran tematik memanfaat berbagai sumber belajar, baik yang sifatnya khusus maupun sumber belajar yang tersedia di lingkungan ynag dapat dimanfaatkan, 3 pembelajaran tematik perlu mengoptimalkan penggunaan media pembelajaran yang bervariasi, sehingga dapat membantu siswa memahami konsep yang abstrak, dan 4 penerapan pembelajaran tematik masih dapat menggunakan buku ajar yang sudah ada dan buku khusus yang memuat bahan ajar terintegrasi. d. Pengaturan Ruangan Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran tematik memerlukan pengaturan ruang yang bervariasi, sehingga dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Rambu-rambu pengaturan ruang, sebagai berikut: 1 tata ruang disesuaikan dengan tema yang sedang dipelajari, 2 susunan tempat duduk siswa disesuaikan dengan keperluan pembelajaran yang sedang berlangsung, 3 siswa tidak selalu duduk di kursi, melainkan dapat duduk di tikar atau karpet, 4 kegiatan pembelajaran hendaknya bervariasi, tidak hanya dilakukan di dalam kelas melainkan dapat di lakukan di luar kelas, 36 5 memanfaatkan dinding kelas, sebagai tempat memajang hasil karya siswa, dan dimanfaatkan sebagai sumber belajar, dan 6 alat, sarana dan sumber belajar hendaknya dikelola dengan baik sehingga mempermudah siswa menggunakan dan menyimpannya kembali.

7. Tahap-tahap Pembelajaran Tematik