Adat dan Kebiasaan Sosiokultural Masyarakat dalam Novel

commit to user 146

e. Adat dan Kebiasaan

Adat dan kebiasaan yang ada dalam novel Ruma h di Seribu Ombak adalah suatu adat yang biasa dilakukan oleh masyarakat setempat yang bersifat kuat dan mengikat. Seperti sanksi kesepeka n yang merupakan adat masyarakat Bali di Singaraja. “Gede, coba ceritakan semua yang kamu tahu. Ingat, saya tahu kamu ada di rumah Andrew sore itu. Aku membuntuti kamu saat keluar dari rumahnya. Daripada kamu kena masalah di desa ini, lebih baik kau berkata jujur pada kami. Apa kamu mau kena sanksi kesepeka n dari adat kita? Kau tidak kasihan dengan Wayan Manik?” kata Ngurah Panji kepada Gede Begoek, si Rambut Jagung. Nada suaranya kali ini makin tinggi. Berandalan dari kampung Temukus itu terjepit di antara aturan adat, serta hormatnya kepada Bendesa Adat dan Kelia n ba njar , dan pertemanannya dengan orang asing. Ia kelihatan bingung dan salah tingkah. Mana yang harus ia pilih? Apalagi ia tahu bisa terkena ancaman sanksi dikucilkan dari desa adat-bila dianggap telah melanggar adat…Rumah di Seribu Ombak: 216. Masyarakat Bali mempunyai adat yaitu sanksi kesepeka n . Kesepeka n merupakan hukuman dikucilkan dari masyarakat dan desa adat apabila dianggap telah melanggar adat. Ba ndesa Adat yaitu orang yang menjadi pemimpin adat di desa pekraman. Kelia n ba nja r yaitu orang yang menjadi pemimpin adat di banjar adat. Penuturan Yanik, ibarat bom waktu yang meledak di tengah orang banyak. Para pemuka desa- Kelia n Adat, Kelia n Ba njar dan Bendesa Adat tercengang, nyaris tak mempercayai bahwa salah satu kera manya - warganya menjadi korban pencabulan orang asing. Dan, itu sudah berlangsung dua tahun. Kejadian ini tentu saja menjadi perhatian serius, karena secara adat Bali, bertentangan dengan a wig-a wig desa dan yang lebih berat lagi, melanggar hukum di negeri ini. Rumah di Seribu Ombak: 215. Yanik yang merupakan kera ma anggota banjar atau desa adat yang mendiami desa atau banjar telah menjadi korban pencabulan orang asing. Yang telah berlangsung selama dua tahun. Secara adat Bali kejadian tersebut telah commit to user 147 bertentangan dengan a wig-a wig desa. Awig-a wig yaitu peraturan atau hukum adat desa. Kebiasaan lain yang dilaksanakan di Singaraja yaitu acara ngula h sema l . Nyoman Merdika, sebegai pemilik kebun kelapa, memulai acara ngula h sema l dengan upacara memohon izin dan restu Sang Hyang Widi. Lima menit kemudian, Nyoman Merdika memberi aba-aba memulai perburuan dengan memukul kulkul -kentongan khas Bali, di tangannya, lalu disusul tetabuhan yang dibunyikan anak-anak lain. Suara gaduh tiba-tiba menguasai area seluas enam petak sawah itu. Ada yang berteriak keras- keras, memukul tetabuhan, ada juga yang meniup peluit dengan nyaring sambil menggoncang batang pohon kelapa. Beberapa orang menarik tali yang sudah dikaitkan di daun dan pelepah pohon agar bergoyang keras dan bisa menakuti tupai-tupai. Rumah di Seribu Ombak, 2011: 77. Acara ngulah semal sudah menjadi kebiasaan bagi warga Singaraja. Ngulah semal dilakukan untuk mengusir tupai yang dianggap hama kebun kelapa. Ngulah semal dilakukan setiap setahun sekali.

f. Agama