Nilai Pendidikan Pluralis Nilai Pendidikan dalam Novel

commit to user 154 dianggap hama kebun kelapa. Biasanya, ngula sema l diminati lebih banyak oleh anak-anak dibanding orang dewasa. Karena acara ini lebih sering dijadikan permainan, dibandingkan perburuan serius. Acara pengusiran tupai dari kebun kelapa ini sudah lama kutunggu-tunggu. Waktu kampong kami mengadakan acara pengusiran tupai ini, enam bulan lalu, aku sedang diajak ayah pergi ke rumah temannya yang mengadakan acara selamatan naik haji. Rumah di Seribu Ombak: 74. Ngula h semal yaitu tradisi lama masyarakat desa di Bali yang dilaksanakan satu tahun sekali. Ngula h sema l merupakan gotong-royong untuk mengusir semal atau tupai yang dianggap hama di kebun kelapa. Selain tradisi ngula h sema l . Masyarakat Singaraja Bali juga mempunyai tradisi dan adat Bali yaitu meta jen atau sambung ayam. Kami menyusuri jalan dengan pikiran bermacam-macam. Di tengah jalan, informasi tentang metajen- sambung ayam yang merupakan bagian dari tradisi dan adat Bali dikisahkan Yanik padaku, dengan istilah-stilahnya. Yang ia ceritakan padaku, katanya, persis dengan yang ia dengar dari ayahku dulu, semasa masih senang tajen. Istilah-istilah tajen dan tata cara sambung ayam yang rata-rata berbahasa Bali merupakan hal baru buatku. Dan, ini membuatku makin bingung. Penyebutan jenis ayam saja, ada banyak. Tiap warna punya julukan sendiri. Belum lagi penyebutan pihak-pihak yeng terlibat di dalamnya. Mulai wasit, pemegang uang sampai yang memegang kandang pun, punya sebutan khusus. Rumah di Seribu Ombak: 100-101. Kutipan di atas menjelaskan bahwa, meta jen atau sambung ayam merupakan bagian dari tradisi dan adat Bali.

b. Nilai Pendidikan Pluralis

Pluralis adalah sikap saling toleransi antar umat beragama yang berupa adat, budaya, suku, agama, dan sifat. Novel Ruma h di Seribu Omba k Erwin Arnada menceritakan suatu masyarakat yang hidup bertoleransi antar umat beragama. Hubungan masyarakat Hindu dan Muslim di Singaraja Bali terjalin sangat baik. Masyarakat Hindu dan Muslim saling menghormati kepentingan beragama masing-masing. commit to user 155 Menurut ayahku, ketika ratusan tahun lalu pelaut Muslim mendatangi pulau Bali, daerah Singaraja-lah yang menjadi tempat yang dituju kali pertama. Hingga sekarang, pendatang Islam terus menjadi bagian dari kelompok masyarakat di Singaraja. Akibatnya, berlanjutlah proses menyatunya budaya Hindu dan Islam, yang kemudian melahirkan pola masyarakat yang penuh toleransi antara pemeluk Hindu dan Islam. Rumah di Seribu Ombak: 33. Singaraja merupakan tempat menyatunya budaya Hindu dan Islam, yang kemudian melahirkan pola masyarakat yang penuh toleransi antara pemeluk Hindu dan Islam. “Sebenarnya, orang Bali atau Sumatra hanya beda tanah kelahiran saja. Soal sifat dan hati, sama saja. Meski berbeda keyakinan, tetap mengakui kita yang Muslim sebagai saudara setanah air. Mereka sangat menghormati pemeluk agama lain. Kamu kan lihat sendiri Ayah sering diajak ke kegiatan mereka. Ketika desa ini membangun masjid, yang memberi bantuan juga saudara-saudara kita yang beragama Hindu,” ujar Ayah. “Kenapa begitu, Yah?” “Karena mereka menghargai keberadaan kita meski berbeda agama. Rasa saling hormat itu yang membuat Ayah mencintai desa ini.” Penjelasan Ayah menghapus ketidaktahuanku. Rumah di Seribu Ombak: 34. Nilai pendidikan pluralis yang terdapat pada kutipan tersebut yaitu walaupun sebagai pendatang yang tingal di Bali dan meski beda keyakinan masyarakat Bali tetap mengakui sebagai saudara setanah air. Masyarakat Bali sangat menghormati pemeluk agama lain. Pemeluk Muslim seperti tokoh Ayah sering diajak dalam kegiatan yang diadakan pemeluk agama Hindu. Saat pembangunan masjid masyarakat pemeluk Hindu juga memberi bantuan. “Jadi, orang Islam juga harus berlaku baik dengan mereka juga dong, Yah?” tanyaku polos. “Tentu, Samihi. Kita sebagai Muslim, harus menghormati siapa saja. Karena hubungan yang baik antara pemeluk agama yang berbeda, akan membuat desa kita damai tentram,” lanjut Ayah. Aku hanya mengangguk memberi isyarat bahwa aku mengerti kata- katanya. “Baiknya hubungan masyarakat Hindu dan Muslim seperti yang terjadi di desa kita dan Singaraja ini sulit ditemukan di tempat lain,” tambah ayahku. commit to user 156 Sejak diberi tahu soal ini, aku mulai memperhatikan dan menyadari keunikan yang ada di daerah Kalidukuh, tempat aku dilahirkan. Rumah di Seribu Ombak: 34-35. Nilai pendidikan pluralis yang terdapat pada kutipan tersebut yaitu harus menghormati kepada siapa saja, karena hubungan baik antara pemeluk agama yang berbeda akan membuat suasana desa damai dan tentram. Belum hilang rasa senangku mendapat uang lebaran dari Ayah yang besarnya dua puluh ribu, aku dikagetkan pemandangan di depanku. Di seberang halaman rumah, berdiri Wayan Manik dengan kaus oblong kebanggaannya bertuliskan ‘Dolphin Tour in Lovina’. Yang membuatku kaget dan terkekeh, ketika kulihat di kepalanya bertengger kopiah hitam yang sedikit kegedean. Yanik tersenyum-senyum melihatku melongo di depannya. “Keren tidak, Mi? ini aku pinjam spesial untuk merayakan lebaran bersamamu,” katanya sambil membenarkan letak kopiahnya yang miring setiap kali ia menggerakkan kepala. “Boleh juga, Nik,” balasku sambil ikut membenarkan kopiahnya. Rumah di Seribu Ombak: 63-64. Nilai pendidikan pluralisme yang terkandung dalam kutipan di atas yaitu Yanik pemeluk agama Hindu berkunjung ke rumah Samii memberi ucapan selamat lebaran Mina l Aidin wa l faidzin kepada Samii yang sedang merayakan hari raya Idul fitri. Ngurah panji juga mengenalkan ayahku kepada yang hadil di situ. Ayah, disebutnya sebagai seorang warga Singaraja Muslim, tetapi sangat peduli dengan aturan dan norma-norma masyarakat Bali. Rumah di Seribu Ombak: 250. Kutipan di atas menjelaskan bahwa, tokoh ayah sebagai seorang warga Singaraja Muslim. Tokoh ayah sangat peduli dengan aturan dan norma-norma masyarakat Bali. “Samihi dan Yanik sudah seperti saudara. Saling membantu. Tanpa mereka sadari, mereka mengajarkan kepada kita bagaimana hidup bertoleransi. Mereka menunjukkan dengan perbuatan yang menurut saya mengagumkan. keluar dari jiwa yang tulus,” tutur Ngurah Panji lagi. Rumah di Seribu Ombak: 251. commit to user 157 “Tanpa ada toleransi dan persahabatan yang tulus, rasanya tidak mungkin Samihi dan Wayan Manik bisa saling membantu dan akhirnya mendapatkan prestasi yang membanggakan… Rumah di Seribu Ombak: 251. Sikap pluralis ditunjukan oleh persahabatan antara Sahimi dan Wayan Manik mereka mempunyai kenyakinan berbeda. Tanpa ada sikap pluralis dan persahabatan yang tulus tidak mungkin Samihii dan Wayan Manik bisa saling membantu dan akhirnya mendapatkan prestasi yang membanggakan.

c. Nilai Pendidikan Agama