commit to user
149 untuk memasrahkan diri kepada Hyan Widi Wasa. Sembahyang tersebut
dilaksanakan di pura dengan mengenakan baju adat Bali. Kutipan lain yaitu: Yang paling ia ingat adalah saat ia dan ibunya berbaring berdua saat Hari
Nyepi dua tahun lalu. Di tengah gulita malam, karena tak setitik pun boleh menyala pada malam sepi itu, Yanik jadi lebih bisa melihat arti yang lebih
penting dari sebuah hubungan anak dan ibu… Rumah di Seribu Ombak:373.
Kutipan di atas menjelaskan bahwa, Yanik dan ibunya sedang merayakan Hari Raya Nyepi. Saat perayaan hari raya Nyepi suasana gelap gulita karena tidak
boleh menyalakan apapun pada malam hari.
g. Kepercayaan dan Keyakinan
Novel
Ruma h di Seribu Omba k
menceritakan kepercayaan dan keyakinan yang dianut oleh masyarakat setempat. Misalnya Wayan Manik mempercayai
dengan permainan ‘mendewa’ yang diperoleh dari temannya yang berasal dari Yunani yang telah diajarkan pada anak dan cucunya. Permainan ‘mendewa’ yaitu
suatu permainan yang dilakukan dengan cara menulis surat dan pesan untuk dewa. Surat tersebut dimasukkan kebatang bambu muda dan dikubur di dalam pasir di
pantai. Dipercaya apabila ombak telah menyeret surat tersebut dan hanyut ke samudra. Berarti dewa laut menerima doa dan permintaan yang tertulis tadi. Hal
tersebut terlihat pada kutipan berikut. di pasir Pantai Lovina, aku juga kerap ikut permainan pantai ciptaan
Wayan Manik yang ia sebut dengan mainan ‘mendewa’. Permainan yang menurutku aneh, tetapi mengasyikkan. Dengan memainkannya, aku bisa
bebas berkhayal dengan cara menulis surat dan pesan-pesan untuk dewa. Sebenarnya, aku tidak mengerti apa maksud dari permainan ini. Namun,
cara mainnya yang unik, membuatku senang memainkannya. Kami menulis surat dan pesan untuk dewa, lalu surat itu kami masukkan ke
batang bambu muda dan menguburnya di dalam pasir di pantai. Kami pun menunggu ombak menyeret surat itu ke lautan. Aku dan Yanik percaya
bahwa jika bambu itu terangkat ombak dan hanyut ke samudra, bersama
commit to user
150 pasir-pasir yang tadi meniupnya, berarti dewa laut menerima doa dan
permintaan tertulis dari kami. Rumah di Seribu Ombak: 4. Selain mempercayai tentang permainan ‘mendewa’, masyarakat Singaraja
juga meyakini bahwa
semal
atau
pedit
tupai yang mati akibat diburu tidak boleh ditinggalkan begitu saja harus dikubur atau di bawa pulang. Kata warga bila
sema l
atau
pedit
yang telah diburu dan mati dibiarkan begitu saja tanpa dikubur, maka teman-teman
sema l
akan makin mengamuk bila menemukan bankai
semal
itu.
Sema l
akan semakin merusak kebun kelapa.
Sema l
mempunyai sifat pendendam. Kudengar juga dari Yanik, ada pantangan yang tidak boleh dilanggar
dalam acara perburuan ini,
sema l
atau
pedit
yang mati tidak boleh ditinggalkan begitu saja tanpa dikubur.
“Kata orang-orang, teman-teman
sema l
yang mati akan makin mengamuk bila menemukan bangkai
sema l
itu. Seperti tikus,
sema l
mempunyai sifat pendendam. Dan ini tidak baik bagi pemilik kebun kelapa,” tuturnya.
Rumah di Seribu Ombak: 80. Masyarakat Bali juga mempunyai kepercayaan sebelum memulai acara
ngulah semal yaitu berburu semal di kebun kelapa. Sebagai pemilik kebun kelapa terlebih dahulu memohon izin dan restu Sang Hyang Widi. Hal tersebut terlihat
pada kutipan berikut. Nyoman Merdika, sebagai pemilik kebun kelapa, memulai acara
ngula h sema l
dengan upacara memohon izin dan restu Sang Hyang Widi. Rumah di Seribu Ombak: 77.
Kepercayaan dan keyakinan tersebut
ngula h sema l
telah dijalankan masyarakat Bali secara turun-temurun.
h. Suku