Tempat Tinggal Sosiokultural Masyarakat dalam Novel

commit to user 144 turun lagi. Komang, cegat-cegat jangan sampai lepas”. Kutipan lain yang menggunakan bahasa Bali yaitu. “ Lengeh Munyi keketo sing ngidang la ka r mena ng lomba . ..” Meski tak kumengerti, dari nadanya kutahu ia mengomeli aku yang tak menerima penilaiannya atas caraku mengaji. Gumam Yanik tak urung membuatku panas. Rumah di Seribu Ombak, 2011: 53. Arti kalimat yang bertulis miring pada kutipan di atas yaitu, “Bodoh Suara seperti itu mau menang lomba”. Kutipan lain yang menggunakan bahasa Bali yaitu. “ Ma i a be.. la ka r kema tia ng semale ento ,” tiba-tiba, Gede Begoeg si berandal berambut jagung, mengarahkan pemukul kayunya mengincar sema l tangkapanku. ... Langkahnya berhenti ketika didengarnya sentakan dari mulut Yanik. “ Heh lengeh Sing dingeh ca i a ne omonga ne to, ca i bongol ?” Arti bahasa Bali pada kutipan di atas yaitu, “Sini biar kumatikan semal itu. Arti selanjutnya yaitu, Heh bodoh, kau dengar apa yang dia bilang? Apa kau tuli?”. Kutipan yang menggunakan bahasa Inggris yaitu sebagai berikut. “ Andrew, whit our respect. P lease answer my question, clea rly and honest. Did you took Wa ya n Manik to your house a nd push him to do wha t you want ?”. Rumah di Seribu Ombak, 2011: 213. Keanekaragaman dan perpaduan bahasa yang digunakan dalam cerita dapat memperkuat cerita yang tersaji dalam novel Ruma h di Seribu Omba k . menyelipkan bahasa Bali dalam percakapan semakin menguatkan latar belakang cerita pada masa itu.

d. Tempat Tinggal

Tempat tinggal yang dijadikan latar setting penceritaan Erwin Arnada adalah Bali. Khususnya di daerah kawasan Singaraja commit to user 145 Aku Samihi, panggil saja Samii. Aku tinggal di Kalidukuh, dekat kebun anggur,” kataku mengenalkan diri. Sengaja kusebut letak rumahku agar ia langsung tahu kalau aku asli anak kamoung sini. Setidaknya, penolongku ini tahu yang ia tolong bukan berasal dari Desa Temukus. Rumah di Seribu Ombak: 25. Kutipan tersebut menjelaskan bahwa Samii tinggal di Kalidukuh. “Mereka itu asli orang Bali, Samihi. Makanya, nama mereka seperti itu, berbeda dengan kita,” jawab Ayah. Aku masih belum bisa mengerti sepenuhnya tentang perbedaan antara anak asli Bali dengan keluargaku yang datang dari Sumatra. Sampai akhirnya, berulang kali Ayah menerangkan dengan contoh-contoh. Rumah di Seribu Ombak: 34. Ayahku memang merupakan penduduk lama di Kalidukuh. Ia tinggal di sini sepuluh tahun sebelum aku lahir. Tepatnya, dua puluh tahun lalu. Sebagai pendatang dari Sumatra. Rumah di Seribu Ombak: 35. …Kata Ayah di Pariaman, Sumatra Barat diadakan khitan misal di balai desa. Setiap orangtua yang mempunyai anak seumuran itu, pasti mendaftarkan diri ikut khitan massal…Rumah di Seribu Ombak: 65. Kutipan di atas menjelaskan bahwa tempat tinggal yang dijadikan latar penceritaan adalah di Bali. Sementara latar Sumatra tepatnya di Pariaman sebagai tempat tinggal Ayah Samii sebelum bertempat tinggal di Bali. Ayah menganggap Singaraja sebagai kampungnya sendiri. Ia yang berasal dari Sumatra, begitu mencintai tanah Singaraja, yang ia katakana sebagai tempat baru yang damai. Kata ‘damai’ yang disebut ayahku punya banyak makna. Itu yang selalu ia katakana padaku tentang arti damai dan setiap kali kutanya kenapa memilih Singaraja sebagai tempat tinggal. Rumah di Seribu Ombak: 35. Kutipan di atas menjelaskan bahwa Singaraja merupakan tempat tinggal Ayah dan Samii. Yanik dan Meme sempat pindah sementara yaitu bertempat tinggal di Siluktapa dan Padang Bulia. … Aku dan Meme harus tinggal di Siluktapa untuk sementara waktu. Seblumnya, kami ke Padang Bulia dulu beberapa minggu… Rumah di Seribu Ombak: 240. commit to user 146

e. Adat dan Kebiasaan