commit to user
152
4. Nilai Pendidikan dalam Novel
Rumah di Seribu Ombak
Nilai pendidikan merupakan hal yang penting untuk diintegrasikan dalam novel. Dengan tujuan untuk meningkatkan harkat dan martabat serta menjadikan
manusia berbudaya. Nilai pendidikan yang dapat diambil dari novel
Ruma h di Seribu Ombak
adalah nilai pendidikan Adat Tradisi Budaya, Pluralisme, agama, sosial, moral. Nilai pendidikan tersebut dijelaskan secara tersirat maupun tersurat
melalui dialog antartokoh dan juga melalui penjelasan pengarang.
a. Nilai Pendidikan Adat Tradisi Budaya
Suatu sistem nilai budaya biasanya berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia. Nilai-nilai budaya yang terkandung di dalam cerita dapat
diketahui malalui penelaahan terhadap karakteristik dan perilaku tokoh-tokoh dalam cerita.
Cerita novel sebagai salah satu bentuk karya sastra dapat memberikan gambaran yang jelas tentang sistem nilai atau sistem budaya masyarakat pada
suatu tempat dan suatu masa. Nilai-nilai itu mengungkapkan perbuatan yang dipuji atau dicela, pandangan hidup manusia yang dianut atau yang dijauhi, dan
hal-hal apa yang dijunjung tinggi. Erwin Arnada melalui novel
Ruma h di Seribu Omba k
menjelaskan adat tradisi budaya yang ada di Bali. Meliputi
gegurita n
cara berpantun orang Bali dengan suara-suara yang dimainkan ritmenya atau pantun yang dilagukan,
mengkidung
nyanyian yang isinya puji-pujian yang ditujukan kepada Tuhan dan dewa-dewa yang dihormati bagi pemeluk Hindu,
ngula h semal
tradisi lama masyarakat desa di Bali mengusir tupai yang dianggap hama di kebun kelapa,
commit to user
153
meta jen
atau sambung ayam merupakan bagain dari tradisi dan adat Bali, pemakaian nama untuk masyarakat asli Bali.
“Kau pernah dengar istilah
gegurita n
Bali?” Tanya Yanik, yang langsung kubalas dengan gelengan.
“
Gegurita n
? Aku tahunya jejeritan,” kataku enteng setengah bercanda. “jejeritan seperti ini nih, Nik.
Aa a a eee ooooo
,” tambahku, aku pun menirukan suara orang menjerit, di depan kupingnya. Aku bermaksud
membalas olok-oloknya. Skalian biar terasa pekak telinganya. Itu balasan karena dia mengejek suaraku saat mengaji.
“Ah, kau ini sudah berapa lama sih, tinggal di Singaraja?” balas Yanik. Tanpa diminta menjelaskan, ia mengguruiku dengan cerocosnya tentang
gegurita n
. Katanya,
gegurita n
itu cara berpantun orang Bali, dengan suara- suara yang dimainkan ritmenya. Jadi, bukan sekadar berpantun.
Gegurita n
lebih mirip nyanyian kidung yang bisa menjadi lagu. Rumah di Seribu Ombak: 55.
Gegurita n
merupakan adat dan tradisi budaya di Bali.
Gegurita n
yaitu cara berpantun orang Bali, dengan suara-suara yang dimainkan ritmenya,
gegurita n
disebut juga sebagai pantun yang dilagukan. “Intinya,
gegurita n
itu pantun yang dilagukan,” jelasnya. Bertambah sedikit pengetahuanku hari ini. Dari Yanik, aku juga tahu
bahwa di kalangan pemeluk Hindu Bali, ada kegiatan yang mirip lomba mengaji atauqiraah. Namanya lomba
mengkidung
. Biasanya, peserta acara ini adalah murid-murid sekolah dasar sampai menengah. Peserta lomba
harus memperdengarkan nyanyian yang isinya puji-pujian akan Tuhannya pemeluk Hindu, juga kepada dewa-dewa yang harus dihormati.
Kegiatan ini, menurut Yanik, merupakan tradisi lama orang Hindu Bali. Rumah di Seribu Ombak: 55-56.
Mengkidung
yaitu nyanyian yang isinya puji-pujian yang ditujukan kepada Tuhan dan dewa-dewa yang dihormati bagi pemeluk Hindu.
Mengkidung
dinyanyikan pada saat upacara keagamaan. Selain
gegurita n
dan
mengkidung
, di Bali terdapat pula tradisi
ngula h semal
. Setetah berbasa-basi sebentar dengan ‘Me Yanik, kususul si Penyusup ke
pemandian di dekat kebun kelapa milik Nyoman Merdika. Aku sempat mengumpat dalam hati karena Yanik ikut acara
ngula h sema l
tanpa mengajakku.
Ngula h sema l
adalah acara yang merupakan tradisi lama masyarakat desa di Bali berupa gotong-royong mengusir tupai yang
commit to user
154 dianggap hama kebun kelapa. Biasanya,
ngula sema l
diminati lebih banyak oleh anak-anak dibanding orang dewasa. Karena acara ini lebih
sering dijadikan permainan, dibandingkan perburuan serius. Acara pengusiran tupai dari kebun kelapa ini sudah lama kutunggu-tunggu.
Waktu kampong kami mengadakan acara pengusiran tupai ini, enam bulan lalu, aku sedang diajak ayah pergi ke rumah temannya yang mengadakan
acara selamatan naik haji. Rumah di Seribu Ombak: 74.
Ngula h semal
yaitu tradisi lama masyarakat desa di Bali yang dilaksanakan satu tahun sekali.
Ngula h sema l
merupakan gotong-royong untuk mengusir
semal
atau tupai yang dianggap hama di kebun kelapa. Selain tradisi
ngula h sema l
. Masyarakat Singaraja Bali juga mempunyai tradisi dan adat Bali yaitu
meta jen
atau sambung ayam. Kami menyusuri jalan dengan pikiran bermacam-macam.
Di tengah jalan, informasi tentang metajen- sambung ayam yang merupakan bagian dari tradisi dan adat Bali dikisahkan Yanik padaku,
dengan istilah-stilahnya. Yang ia ceritakan padaku, katanya, persis dengan yang ia dengar dari ayahku dulu, semasa masih senang tajen. Istilah-istilah
tajen dan tata cara sambung ayam yang rata-rata berbahasa Bali merupakan hal baru buatku. Dan, ini membuatku makin bingung.
Penyebutan jenis ayam saja, ada banyak. Tiap warna punya julukan sendiri. Belum lagi penyebutan pihak-pihak yeng terlibat di dalamnya.
Mulai wasit, pemegang uang sampai yang memegang kandang pun, punya sebutan khusus. Rumah di Seribu Ombak: 100-101.
Kutipan di atas menjelaskan bahwa,
meta jen
atau sambung ayam merupakan bagian dari tradisi dan adat Bali.
b. Nilai Pendidikan Pluralis