Deiksis Persona Deiksis Eksofora dan Deiksis Endofora

Dalam kegiatan berbahasa. kata-kata atau frasa-frasa yang mengacu kepada beberapa hal tersebut penunjukannya berpindah-pindah atau berganti- ganti, tergantung pada siapa yang menjadi pembicara, saat dan tempat dituturkannya kata-kata itu. Kata-kata seperti saya, dia, kamu rnerupakan kata- kata yang penunjukannya berganti-ganti. Rujukan kata-kata tersebut barulah dapat diketahui jika diketahui pula siapa, di mana, dan pada waktu kapan kata-kata itu diucapkan. Dalam bidang linguistik istilah penunjukan semacam itu disebut deiksis Yule, 2006:13.

2.3.2 Deiksis Persona

Istilah persona berasal dari kata Latin, persona sebagai terjemahan dari kata Yunani prosopon, yang artinya topeng topeng yang dipakai seorang pemain sandiwara, berarti juga peranan atau watak yang dibawakan oleh pemain sandiwara. Istilah persona dipilih oleh ahli bahasa waktu itu disebabkan oleh adanya kemiripan antara peristiwa bahasa dan permainan bahasa. Deiksis perorangan person deixis ; menunjuk peran dari partisipan dalam peristiwa percakapan misalnya pembicara, yang dibicarakan, dan entitas yang lain. Kata ganti persona pertama dan kedua rujukannya bersifat eksoforis. Hal ini berarti bahwa rujukan pertama dan kedua pada situasi pembicaraan. Oleh karenanya, untuk mengetahui siapa pembicara dan lawan bicara kita harus mengetahui situasi waktu tuturan itu dituturkan. Apabila persona pertama dan kedua akan dijadikan endofora, maka kalimatnya harus diubah, yaitu dari kalimat langsung menjadi Universitas Sumatera Utara kalimat tidak langsung. Bentuk pronomina persona pertama jamak bersifat eksofora. Deiksis persona adalah sistem pronomina yang meliputi sistem tutur sapa terms of addressee dan sistem tutur acuan terms of reference yaitu : Persona Tunggal Jamak Pertama Aku, saya Kami, kita Kedua Engkau, kamu, anda Kalian Ketiga Dia, ia, beliau Mereka Pronomina persona pertama dan kedua yang selalu menyatakan orang, sedangkan pronomina persona ketiga dapat menyatakan orang atau benda termasuk binatang. Seperti dinyatakan terdahulu, ada empat macam pronomina persona yang mengacu kepada pembicara; masing-masing berbentuk sebagai berikut Moeliono, 1969 yaitu : a Aku, yang digunakan dapat corak bahasa keakraban kalau pembicara tidak menggunakan faktor ketakziman. Dalam corak bahasa ini terdapat „jarak psikologis‟ antara pembicara dengan yang diajak bicara kawan bicara. Kata aku dan saya berbeda, karena saya tak bermarkah unmarked sedangkan kata aku bermarkah keintiman marked intimacy. Penelitian dengan membandingkan pronomina persona dalam bahasa-bahasa rumpun Austronesia menunjukkan bahwa bentuk asli proto pronomina persona pertama adalah aku. Universitas Sumatera Utara b Saya, yang dipakai dalam corak bahasa akrab ataupun yang adab, kalau pembicara menyertakan faktor ketakziman. Dalam corak bahasa itu di indahkan „jarak psikologis‟ di antara pembicara dengan kawan bicara. Aku sebagai bentuk pronomina persona pertama yang asli dalam bahasa Indonesia lebih fleksibel dari saya sebab aku mempunyai bentuk terikat-ku, sedangkan saya tidak c Kami, yang tidak saja mengacu kepada orang pertama jamak, tetapi juga dapat dipakai untuk mengacu kepada orang pertama tunggal, dan yang dipakai dalam corak bahasa yang resmi, kalau pembicara sadar mengindahkan „jarak psikologis‟ yang lebih besar lagi. Dengan sikap itu ; ia seakan-akan hendak menyembunyikan kepribadiannya. Ia tidak ingin mengacu dirinya secara langsung ia tidak mau menonjolkan dirinya. d Kita, yang tidak saja mengacu kepada orang pertama jamak, tetapi juga dapat dipergunakan untuk mengacu orang pertama tunggal. Bentuk pronomina persona kedua engkau dan kamu hanya dapat digunakan di antara peserta ujaran yang sudah akrab hubungannya, atau dipakai oleh orang yang berstatus sosial lebih tinggi untuk menyapa kawan bicara yang berstatus sosial lebih rendah atau di antara pihak yang berstatus sosial sama. Bandingkanlah kalimat 1 dan 2 berikut ini : 1 Abi berkata kepada Bini, “Saya sudah membaca buku Etika Umum” 2 Bini menyahut, “Saya belum membacanya”. Pada kalimat 1 Abi berperan sebagai pembaca. Abi menyebut diri saya, Sedangkan pada kalimat 2 Abi sudah bukan pembicara lagi, melainkan Bini yang berperan sebagai pembicara. Bini menyebut diri saya. Dengan demikian, Universitas Sumatera Utara acuan saya berpindah-pindah. Kata saya mengacu dan menunjuk kepada peran pembicara. Penunjukan oleh pronomina orang persona acuannya tidak tetap, bergantung kepada hadir tidaknya peserta dalam tuturan. Deiksis persona adalah sistem pronomina yang meliputi sistem tutur sapa terms of addressee dan sistem tutur acuan terms of reference dalam bahasa Batak Toba yaitu : Persona Tunggal Jamak Pertama Ahu, iba Hami, hita Kedua Ho Hamu Ketiga Ibana Nasida Contoh deiksis inti : Persona tunggal ; 1. Hatoban do ahu. akulah hamba 2. Ahu do dalan hangoluan akulah jalan kehidupan 3. Dokter do ho. engkau adalah dokter 4. Guru do ibana. Dia adalah guru Persona jamak ; Universitas Sumatera Utara 1. Hami do tamu na ro kamilah tamu yang datang a Mambuat gadong hami. kami mengambil ubi b Gadong ibuat hami. diambil kami ubi c Na dijouna do hita. kita yang dipanggilnya d Mambuat sira do hita. kami mengambil garam 2. Pardengke do hamu. kamulah pemilik ikan 3. Hamu do mambuat hau gadong. kamu yang mengambil kayu ubi 4. Piso ibuat nasida. pisau diambil mereka 5. Parhauma do nasida. mereka adalah pemilik ladang

2.3.3 Deiksis Tempat