Deiksis Person Deiksis Eksofora Dalam Bahasa Batak Toba

tuturan itu muncul dari ibunya atau bapaknya, dalam c sebagai persona ketiga, karena tuturan itu muncul dari ibunya atau bapaknya yang masing-masing memberikan informasi tentang kegiatan atau keberadaan ahu “ aku ”.

4.1.1 Deiksis Person

Menurut pendapat Becker dan Oka dalam Purwo 1984 : 21 bahwa deiksis persona merupakan dasar orientasi bagi deiksis ruang dan tempat serta waktu. Deiksis orang memakai istilah kata ganti diri ; dinamakan demikian karena fungsinya yang menggantikan diri orang. Leksem-leksem yang menjadi bahan pembicaraan dalam deiksis persona adalah bentuk-bentuk nomina dan pronominal persona Purwo, 1984 : 22. Dalam bahasa Batak Toba, hanya mengenal pembagian pronominal persona atau kata ganti persona menjadi tiga. Ada dua bentuk kata ganti persona pertama : ahu dan iba, masing-masing memiliki perbedaan dalam pemakaian. Kata ahu dapat dipakai dalam situasi informal, misalnya di antara dua peserta tindak ujaran yang saling mengenal atau sudah akrab hubungannya. Sedangkan kata iba, dipakai dalam situasi formal dan kadangkala informal. Tetapi, dalam bahasa Batak Toba kata ahu lebih sering dipakai dalam kegiatan sehari-hari. Kata ahu merupakan bentuk kata ganti persona pertama yang asli dalam bahasa Batak Toba tampak dalam kefleksibelannya yang tidak dimiliki oleh bentuk iba ahu mempunyai bentuk klitik -hu “ ku ”, -mi “ mu ”, dan -na “ nya ”, sedangkan iba tidak. Universitas Sumatera Utara Contoh bentuk klitik -hu : 1. bungkuhu bukuku 2. obukhu rambutku 3. salawarhu celanaku 4. sipatuhu sepatuku 5. pathu kakiku Contoh bentuk klitik -mi : 1. bungkumi bukumu 2. obukmi rambutmu 3. salawarmi celanamu 4. sipatumi sepatumu 5. patmi kakimu Universitas Sumatera Utara Contoh bentuk klitik –na : 1. bungkuna bukunya 2. obukna rambutnya 3. salawarna celananya 4. sipatuna sepatunya 5. patna kakinya Bentuk klitik persona, yang berada dalam konstruksi posesif, dapat pula dirangkaikan dengan kata on “ ini ”, i “ itu ” dalam bahasa Batak Toba. Contoh bentuk klitik –hu yang dirangkaikan dengan kata on dan i : 1. bungkuhu on bukuku ini 2. bungkuhu i bukuku itu 3. obukhu on rambutku ini 4. obukhu i rambutku itu 5. salawarhu on celanaku ini Universitas Sumatera Utara 6. salawarhu i celanaku itu 7. sipatuhu on sepatuku ini 8. sipatukki sepatuku itu 9. pathu on kakiku ini 10. pathu i kakiku itu Contoh bentuk klitik –mi yang dirangkaikan dengan kata on dan i : 1. bungkumi on bukumu ini 2. bungkumi i bukumu itu 3. obukmi on rambutmu ini 4. obukmi i rambutmu itu 5. salawarmi on celanamu ini 6. salawarmi i celanamu itu 7. sipatumon Universitas Sumatera Utara sepatumu ini 8. sipatukki sepatuku itu 9. patmi on kakimu ini 10. patmi kakimu itu Contoh bentuk klitik –na yang dirangkaikan dengan kata on dan i : 1. bungkuna on bukunya ini 2. bungkuna i bukunya itu 3. obukna on rambutnya ini 4. obukna i rambutnya itu 5. salawarna on celanamu ini 6. salawarna i celananya itu 7. sipatuna on sepatunya ini 8. sipatuna i sepatunya itu Universitas Sumatera Utara 9. patna on kakinya ini 10. patna i kakinya itu Bentuk persona kedua ho dan hamu, hanya dapat dipergunakan di antara peserta ujaran yang sudah akrab hubungannya, atau dipakai oleh orang yang mempunyai status sosial lebih tinggi untuk menyapa lawan bicara yang berstatus sosial lebih rendah. Bentuk ho sangat bermakna kasar tinggi. Tetapi, di dalam bahasa Batak Toba bentuk hamu merupakan sebutan ketakziman untuk persona kedua. Contoh : 1. Sip ho Diam kau 2. Sip hamu Diam kamu. Bentuk persona ketiga ibana, nasida mengacu kepada orang ketiga dan yang dipakai dalam corak bahasa yang resmi. Dipergunakan di antara peserta ujaran yang sudah akrab hubungannya, atau dipakai oleh orang yang mempunyai status yang lebih tinggi lagi untuk menyapa lawan bicara. Universitas Sumatera Utara

4.1.1.1. Verbal di- dan Bentuk Persona

Verba di- dalam bahasa Indonesia dapat juga diikuti pelaku persona pertama dan kedua, seperti bahasa Batak Toba : a. bungku i nungnga dijaha ho buku itu sudah dibaca oleh kau. b. Bungku i nungnga dijaha hamu Buku itu sudah dibaca oleh kamu c. Lamari i nungnga dituhor ahu Lemari itu sudah dibeli oleh aku d. Lamari i nungnga dituhor hamu Lemari itu sudah dibeli oleh kamu Namun, dalam bahasa Batak Toba bentuk di- dapat diikuti pelaku persona kedua hamu “ kamu ” dan persona ketiga ibana “ dia ” tetapi tidak dapat disusul pelaku persona pertama ahu “ aku ”, contoh : 1. dituhor ahu aku beli dituhor hamu Kamu beli dituhor ibana Dia beli dituhor nasida Mereka beli 2. dijaha ahu Aku baca Universitas Sumatera Utara dijaha hamu Kamu baca dijaha ibana Dia baca dijaha nasida Mereka baca 3. disurat ahu Aku tulis disurat hamu Kamu tulis disurat ibana Dia tulis disurat nasida Mereka tulis 4. dijou ahu Aku panggil dijou hamu Kamu panggil dijou ibana Dia panggil dijou nasida Mereka panggil 5. dijama ahu Aku pegang Universitas Sumatera Utara dijama hamu Kamu pegang dijama ibana Dia pegang dijama nasida Mereka pegang Alasan kejanggalan, itu menurut kuno dikarenakan oleh adanya hirarki dalam empat empathy paling mudah bagi si pembicara untuk mengutarakan pandangannya dengan dirinya sendiri. Si pembicara dapat pula mengutarakan pandangannya dengan lawan bicaranya, tetapi paling sukar baginya bahkan mustahil untuk mengungkapkan pandangannya dengan persona ketiga. Menurut pengamatan Mess, 1950 : 113, Poerwadarminta 1979 : 72 dan Slametmuljana 1969 : 97 verba di- hanya dapat disusul dengan pelaku persona ketiga saja. Dalam rangkaian dengan bentuk di- itu persona ketiga dapat berupa bentuk pronominal atau tidak. Jadi, didalam bahasa Batak Toba kata i “ itu ” dapat diartikan ke dalam bentuk kata i- “ di ” apabila i- “ di ” diikuti dengan persona ketiga yang dapat berupa bentuk pronominal e atau tidak f dan bentuk pronominal g atau tidak h, contohnya : e. bungku i nungnga ijaha ibana buku itu sudah dibaca dia. - Bungku i nungnga ijahana Buku itu sudah dibacanya. Universitas Sumatera Utara - Bungku i nungnga ijahana marulak-ulak Buku itu sudah dibacanya beberapa kali. f. Bungku i nungnga ijaha si Ali Buku itu sudah dibaca si Ali - Bungku i nungnga ijaha si Ali marulak-ulak. Buku itu sudah dibaca si Ali beberapa kali. g. Sipatu i nungnga ituhor nasida Sepatu itu sudah dibeli mereka - Sipatu i nungnga ituhorna Sepatu itu sudah dibelinya h. Sipatu i nungnga ituhor si Andi - Sepatu itu sudah dibeli si Andi Di antara kata ganti persona hanya bentuk person ketiga, ibana “ dia ” yang dapat dirangkaikan dengan adjektiva 1 atau dengan nama diri 2 contoh : 1. Si birong Si hitam Si balga Si besar Si tagelleng Si paling kecil 2. Si Ali Si Tuti Si Andi Universitas Sumatera Utara

4.1.2 Deiksis Tempat