menjaga hubungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk empati, kepedulian, adanya kepercayaan, perhatian keluarga
Friedman, 1998. Menurut House Smet 1994, dalam Setiadi, 2008 dukungan
emosional mempunyai ciri-ciri antara lain: setiap orang pasti membutuhkan bantuan afeksi dari orang lain, dukungan ini dapat berupa dukungan simpati
dan empati, cinta, kepercayaan, dan penghargaan. Dengan demikian seseorang yang menghadapi persoalan merasa dirinya tidak menanggung
beban sendiri tetapi masih ada orang lain yang memperhatikan, mau mendengar segala keluhan, empati terhadap persoalan bahkan mampu
memecahkan masalah yang dihadapinya.
2.1.6 Dukungan keluarga pada pasien HIVAIDS
Dukungan keluarga mempunyai efek terhadap kesehatan dan kesejahteraan. Secara lebih spesifik, keberadaan dukungan keluarga yang
adekuat terbukti berhubungan dengan menurunnya mortalitas, lebih mudah sembuh dari sakit, fungsi kognitif, fisik, dan kesehatan emosi. Disamping itu,
pengaruh positif dari dukungan keluarga adalah penyesuaian terhadap kejadian dalam kehidupan yang penuh stres Setiadi, 2008.
Dukungan keluarga sangat diperlukan pada pasien HIV Nursalam, 2007. Respon psikologis pasien terhadap hasil tes yang sero positif dapat
mencakup perasaan panik, depresi dan putus asa. Oleh karena itu pasien memerlukan dukungan baik finansial, medis dan psikologis Smeltzer, 2005.
Dalam hal ini keluarga merupakan unit sosial terkecil yang berhubungan
Universitas Sumatera Utara
paling dekat dengan pasien. Keluarga menjadi unsur penting dalam kehidupan karena keluarga merupakan suatu sistem yang didalamnya terdapat anggota
keluarga yang saling berhubungan dan ketergantungan. Individu yang termasuk dalam memberikan dukungan meliputi pasangan suamiistri,
orangtua, anak, dan sanak keluarga Friedman, 1998 dalam Nursalam, 2007. Sebagai satu diantara fungsi pertalianikatan sosial, segi fungsional
keluarga pada pasien HIV mencakup dukungan emosional, mendorong adanya ungkapan perasaan positif dukungan penghargaan, memberi nasihat atau
informasi dukungan informasi, pemberian bantuan material dukungan instrumentalfinansial Smet, 1994 dalam Nursalam, 2007.
Gallant 2010 menambahkan dukungan keluarga juga berupa perhatian keluarga dalam mengatur gaya hidup pasien HIVAIDS.
Diantaranya 1 menghindari makanan yang diolah setengah matang atau mentah seperti daging, telur, susu dan lain-lain, 2 makan buah dan sayur
segar setiap hari, 3 konsumsi vitamin, 4 minum air putih yang sudah dimasak, 5 tidak mengkonsumsi alkohol dan rokok, 5 berolahraga, 6 dan
selalu menjaga kebersihan diri dan lingkungan untuk mengurangi infeksi akibat imun yang semakin menurun.
Faktor yang berhubungan dengan depresi adalah dukungan sosial social support yang tersedia bagi individu bila berhadapan dengan stres. Ada
bukti bahwa individu yang memiliki keluarga dan teman-teman yang akrab kurang mengalami depresi bila mereka berhadapan dengan stres. Sedangkan
Universitas Sumatera Utara
individu yang memperoleh dukungan sosial kecil kemungkinan akan mengalami depresi Semiun, 2010.
Dukungan keluarga sangat dibutuhkan oleh pasien HIVAIDS sebagai support system
atau sistem pendukung yang utama sehingga ia dapat mengembangkan respon atau koping yang efektif untuk beradaptasi dengan
baik dalam menangani stressor yang ia hadapi terkait penyakitnya baik fisik, psikologis, maupun sosial Lasserman Perkins, 2001 dalam Kusuma, 2011.
Khairurahmi 2009 menambahkan dukungan keluarga berpengaruh pada pemanfaatan fasilitas kesehatan pada pasien HIVAIDS.
2.2 Konsep Depresi