Penyakit HIVAIDS telah menimbulkan berbagai masalah yang cukup luas pada individu yakni meliputi masalah fisik, sosial, dan emosional
Smeltzer Bare, 2005. Masalah secara fisik terjadi akibat penurunan daya tahan tubuh progresif yang mengakibatkan ODHA rentan terhadap berbagai
penyakit terutama penyakit infeksi oportunistik dan keganasan Price Wilson, 2005. Manifestasi klinis dalam bentuk keganasan dan infeksi
oportunistik yang khas meliputi: 1
Keganasan: Sarkoma Kaposi SK, Limfoma Maligna, Kanker Serviks Invasive, Mieloma Multiple, Leukimia Limfositik akut sel B, Karsinoma
2 Infeksi: Pneumonia Pneumocystis carinii PPC, Cryptosporidium,
Microsporidium, Isospora Belli menginfeksi saluran cerna, Myobacterium Tuberculosis, Kandiidasis, Kriptokokosis, Virus Herpes Simpleks Price
Wilson, 2005. Infeksi oportunistik yang menyertai di Indonesia tercatat sejak tahun
2007 sampai September 2012 tertinggi yaitu tuberkulosis 3.874 kasus, kandidiasis 3.593 kasus, dan diare 3.356 kasus Kemenkes RI, 2012.
2.3.2 Etiologi
HIV yang dahulu disebut virus limfotrofik sel T manusia tipe III HTVL-III human T Cell Limfadenopati virus tipe III atau virus
limfadenopati LAV adalah suatu retrovirus manusia sitopatik dari famili
lentivirus. Retrovirus mengubah asam ribonukleatnya RNA menjadi asam deoksiribonukleat DNA setelah masuk kedalam sel panjamu. HIV 1 dan
HIV 2 adalah lentivirus siptopatik, dengan HIV1 menjadi penyebab utama
Universitas Sumatera Utara
diseluruh dunia Price Wilson, 2005. Menurut Smeltzer Bare 2005 penyebab AIDS adalah virus HIV.
Murtiastutik 2008 menambahkan walaupun sudah jelas dinyatakan bahwa HIV sebagai penyebab AIDS, tetapi asal-usul virus ini masih belum
diketahui secara pasti. Mula-mula dunamakan Lymphadenopathy Associated Virus LAV. HIV adalah retrovirus yang mampu mengkode enzim khusus,
reverse transcriptase , yang memungkinkan DNA ditranskripsi dari RNA.
Sehingga HIV dapat menggandakan gen mereka sendiri, sebagai DNA, di dalam sel inang hospes=host seperti limfosit helper CD4. DNA virus
bergabung dengan gen limfosit dan hal ini adalah dasar dari infeksi kronis HIV. Penggabungan gen virus HIV pada sel inang merupakan rintangan
untuk pengembangan antivirus terhadap HIV.
2.3.3 Cara Penularan HIV
Penularan HIV hanya terjadi bila melewati empat jalur, yaitu: 1 hubungan seksual, 2 melalui darah atau transfusi darah, 3 Jarum kotor:
penggunaan narkoba suntik, alat medis dan tusuk lain seperti tato, pisau cukur dan lain-lain yang sudah tercemar HIV, dan 3 melalui seorang ibu pada
janinnya dalam kandungan atau bayi yang disusui Smeltzer Bare, 2005. Cara penularan yang terbanyak adalah hubungan seks yang tidak
aman pada heteroseksual 81,9, penggunaan jarum suntik tidak steril pada penasun 7,2, dari ibu positif HIV ke anak 4,6 dan LSL lelaki seks
lelaki 2,8 Kemenkes RI, 2012. Sampai saat ini juga belum terbukti penularan melalui gigitan serangga, minuman, makanan, batukbersin,
Universitas Sumatera Utara
merawat pasien, atau kontak biasa seperti bersalaman, bersentuhan, berpelukan dalam keluarga, sekolah, kolam renang, WC umum, atau tempat
kerja dengan penderita AIDS Sudoyo, dkk , 2007 dalam Kusuma, 2011. Cairan tubuh yang paling banyak mengandung HIV adalah air mani
semen, cairan vaginaserviks, dan darah sehingga penularan utama HIV adalah melalui 4 jalur yang melibatkan cairan tubuh tersebut:
a. Jalur hubungan seksual homoseksualheterseksual
b. Jalur pemindahan darah atau produk seperti transfusi darah, alat suntik,
alat tusuk tato, tindik, alat bedah, dokter gigi, alat cukur, dan melalui luka kecil di kulit termasuk lesi mikro.
c. Jalur transplantasi alat tubuh
d. Jalur transplasental, janin dalam kandungan ibu hamil dengan infeksi
HIV dan infeksi perinatal Murtiastutik, 2008.
2.3.4 Perjalanan penyakit HIVAIDS