Pengaruh Persepsi Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja Terhadap kinerja Guru Ekonomi SMA Kota Tegal

(1)

PENGARUH PERSEPSI KEPEMIMPINAN

KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA

TERHADAP KINERJA GURU EKONOMI

SMA KOTA TEGAL

SKRIPSI

Diajukan dalam rangka menyelesaikan Studi Strata Satu Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

Nama : Satria Mulyawan NIM : 3301405633

JURUSAN PENDIDIKAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2011


(2)

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh dosen pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian skripsi pada :

Hari :

Tanggal :

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dra. Margunani, M.P Trisni Suryani, S.E, M.Si

NIP. 195703181986012001 NIP. 197804132001122001

Mengetahui, Ketua Jurusan Akuntansi

Dr. Partono Thomas, M.S NIP. 195212191982031002


(3)

iii Ekonomi Universitas Negeri Semarang pada :

Hari :

Tanggal :

Penguji Skripsi

Rediana Setiyani, S.Pd, M. Si NIP. 197912082006042002

Anggota I Anggota II

Dra. Margunani, MP Trisni Suryani, S.E, M.Si

NIP. 195703181986012001 NIP. 197804132001122001 Mengetahui,

Dekan Fakultas Ekonomi

Drs. S. Martono. M.Si NIP. 196603081989011001


(4)

iv

saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, Juli 2011

Satria Mulyawan NIM. 3301405633


(5)

v

Orang akan mencapai apa pun jika bersedia melakukan yang dibutuhkan untuk mencapainya (Mirio Teguh).

Persembahan

Rasa syukur atas karya ini, Penulis persembahkan untuk.

Ayah dan Ibu atas segala doa, kasih sayang, bimbingan, dan dukungan yang telah diberikan. Adik-adikku tersayang (Melati dan Intan) Seseorang dibalik semangat dan motivasiku. Sahabatku dan teman-teman Asnawi Kos Teman-teman pendidikan akuntansi angkatan

2005.


(6)

vi

Nya maka penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini sebagai salah satu syarat meraih gelar Sarjana Strata I dalam Program Studi Pendidikan Akuntansi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi di Universitas Negeri Semarang. Dalam penyusunan skripsi ini penulis telah banyak menerima masukan, saran, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak sehingga semakin menambah wacana dalam Skripsi ini. Oleh karena itu, perkenankan pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si, Rektor Universitas Negeri Semarang.

2. Bapak Drs. S. Martono, M.Si, Dekan Fakultas Ekonomi yang telah memberikan ijin penelitian.

3. Bapak Dr. Partono Thomas, M.S, Ketua Jurusan Akuntansi yang telah memberikan ijin penelitian.

4. Ibu Dra. Margunani, MP dan Ibu Trisni Suryani S.E M.Si, sebagai Dosen Pembimbing yang telah dengan sabar menyarankan dan membimbing sampai selesainya skripsi ini.

5. Ibu Rediana Setiyani S.Pd M.Si sebagai penguji yang telah memberikan saran sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

6. Bapak Kepala Sekolah SMA Kota Tegal yang telah memberikan ijin penelitian dan membantu penelitian hingga selesai.


(7)

vii

8. Semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu.

Peneliti berharap semoga karya ini bermanfaat bagi kemajuan pendidikan khususnya dalam pengembangan pendidikan Akuntasi.

Penulis


(8)

viii

Motivasi Kerja Terhadap kinerja Guru Ekonomi SMA Kota Tegal. Jurusan Pendidikan Akuntansi. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang.

Kata Kunci: Kepemimpinan Kepala Sekolah, Motivasi dan Kinerja guru Keberhasilan guru dalam proses pembelajaran sangat ditentukan oleh kinerja guru sebagai pendidik. Seorang guru disebut sebagai guru profesional apabila memilki kemampuan dalam mewujudkan kinerja profesi guru dengan sebaik-baiknya dalam mencapai tugas keprofesionalannya. Agar dapat tercapai keprofesionalannya tersebut bukan hanya dibutuhkan kemampuan intelektual yang tinggi, merencanakn pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran saja tetapi persepsi mengenai kepemimpinan Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja juga merupakan faktor penting yang ikut mempengaruhi kinerja seorang guru.. Permasalahan dalam penelitian ini yaitu: 1) Apakah persepsi guru mengenai Kepemimpinan Kepala Sekolah berpengaruh terhadap kinerja guru ekonomi /akuntansi SMA di Kota Tegal. 2) Apakah Motivasi Kerja berpengaruh terhadap kinerja guru ekonomi SMA di Kota Tegal. 3) Apakah persepsi kepemimpinan kepala sekolah dan Motivasi Kerja berpengaruh terhadap kinerja guru ekonomi SMA di Kota Tegal.

Populasi dalam penelitian ini adalah semua guru ekonomi SMA di Kota Tegal yang berjumlah 34 guru. Variabel yang diteliti terdiri dari kinerja guru (Y) ,persepsi kepemimpinan kepala sekolah (XI) dan Motivasi Kerja (X2). Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini menggunakan angket/kuesioner. Setelah data terkumpul kemudian dianalisis secara deskriptif persentase dan analisis regresi berganda.

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa secara parsial kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru, dan motivasi kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru. Kepemimpinan Kepala Sekolah dan motivasi kerja secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru ekonomi SMA Kota Tegal.

Dari hasil penelitian dapat diketahui secara parsial dan simultan persepsi guru mengenai kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja terhadap kinerja guru di SMA Kota Tegal. Dari hasil penelitian ada beberapa guru yang mempunyai motivasi rendah, maka hendaknya guru ekonomi lebih termotivasi dalam pelaksanaan tugas dan tnggung jawabnya yang lebih efektif dengan meningkatkan kreativitasnya dalam mengajar melalaui penggunaan metode dan media mengajar yang lebih bervariasi sesuai dengan pokok bahasan yang diajarkan.


(9)

ix

Motivation Work on the performance of Master of Economics / Accounting high school in Tegal. Accounting Education Programs. Faculty of Economics. State University of Semarang.

Keywords: Principal Leadership, Motivation and Performance teacher. The success of teachers in the learning process is determined by the performance of teachers as educators. A teacher called a professional teacher when have the ability to realize the performance of the teaching profession with the best in achieving the task of professionalism. In order to achieve the professionalism is not only required a high intellectual ability, learning and implementing learning only but the perception of the leadership of the Head of School and Work Motivation is also an important factor that influence the performance of a teacher. The problem in this research are: 1) Is the perception of teachers regarding principal leadership affect the performance of economic teacher / high school accounting in Tegal. 2) What is the motivation of teachers affect the performance of economic / accounting school in the town of Tegal. 3) Does the perception of principal leadership and motivation of teachers affect the performance of economic / accounting high school in Tegal.

The population in this study is that all teachers of economic / accounting high school in Tegal, amounting to 34 teachers. Variables examined consisted of the perception of principal leadership (XI), Work Motivation (X2), and teacher performance (Y). The instrument used to collect data in this study using a questionnaire. After the data collected and analyzed by descriptive percentage and multiple regression analysis.

Based on the results of the study concluded that the headmaster partially contributed to the performance of teachers by, while work motivation contributes to teacher performance that is equal. Principal Leadership and motivation to work together has positive and significant impact on teacher performance economics / accounting high school in Tegal with.

From the results of this research is that economics teacher performance / high school accounting Tegal is good but still needs to be improved because of not optimal. A significant relationship between perception of principal leadership, teacher motivation and performance of economic / accounting school in the town of Tegal need to be considered in order to become functional in improving teacher performance in the years to come.


(10)

x

HALAMAN JUDUL ………. I

PERSETUJUAN PEMBIMBING………... Ii

HALAMAN PENGESAHAN……… iii

PERNYATAAN………. iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN………. V KATA PENGANTAR……… vi

ABSTRAK…………..……… viii

DAFTAR ISI………... X DAFTAR TABEL………... Xi DAFTAR GAMBAR……….. xii

DAFTAR LAMPIRAN………... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II LANDASAN TEORI 9 2.1 Kinerja Guru 9 2.2 Tinjauan Persepsi Mengenai Kepemimpinan Kepala Sekolah... 18

2.3 Motivasi Kerja... 40

2.4 Kerangka Berpikir ... 46


(11)

xi

3.4 Validitas Dan Reliabilitas Instrumen ... 54

3.5 Metode Analisis Data……… 58

3.7 Uji Hipotesis ………. 62

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 64 4.1 Hasil Penelitian ………...………..……… 64

4.1.1 Deskripsi Kinerja Guru ……… 64

4.1.2 Deskripsi Kepemimpinan Kepala Sekolah... 65

4.1.3 Deskripsi Motivasi... 67

4.2 Uji Asumsi Klasik ... 69

4.2.1 Uji Normalitas Data………... 69

4.2.2 Uji Multikolinieritas……… 73

4.2.3 Uji Heteroskedastitas……….………. 73

4.3 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda……..……… 74

4.4 Uji Hipotesis……… 74

4.4.1 Uji Parsial ……… 74

4.4.2 Uji Simultan……….………... 75

BAB V PENUTUP 80 5.1 Simpulan ...………... 80

5.2 Saran……… 80

DAFTAR PUSTAKA………. 82


(12)

xii

Tabel 2.1 Kompetensi Kepala Sekolah... 39 Tabel 3.1 Populasi Penelitian Guru Ekonomi SMA di Kota

Tegal... 51 Tabel 3.2 Hasil Analisis Validitas Instrumen ... 55 Tabel 3.3 Output SPSS Cronbach’s Alpha... 57 Tabel 3.4 Kriteria Deskriptif Persentase Kepemimpinan Kepala Sekolah

dan Kinerja Guru……….… 59

Tabel 3.5 Kriteria Deskriptif Persentase Kategori Skor Kinerja Guru ….... 60 Tabel 4.1 Distribusi Variabel Kinerja Guru ……….…… 64 Tabel 4.2 Distribusi Variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah ………...… 66 Tabel 4.3 Distribusi Motivasi Kerja ... 67 Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas ... 70 Tabel 4.5 Besaran Nilai Toleransi dan Variance Inflatiator Factor (VIF)…. 71 Tabel 4.6 Koefisien Regresi ………..………. 73

Tabel 4.7 Hasil Uji Simultan ……….……… 76


(13)

xiii

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir ……… 49

Gambar 4.1 Diagram Distribusi Kinerja Guru ……… 65

Gambar 4.2 Diagram Distribusi Kepemimpinan Kepala Sekolah ……….. 66

Gambar 4.3 Diagram Distribusi Motivasi Kerja ………. 68

Gambar 4.4 Grafik histogram Kurve Uji Normalitas Data ………. 69

Gambar 4.5 P-P Plot Kenormalan Data ……….. 70


(14)

xiv

Lampiran 1 Angket penelitian ... 84

Lampiran 2 Tabel Data Diolah ... 85

Lampiran 3 Daftar Responden Penelitian ………... 90

Lampiran 4 Reliability dan validitas Penelitian……….. 91

Lampiran 5 Deskripsi hasil penelitian ………... 94

Lampiran 6 Tabulasi hasil Peneliian ... 95

Lampiran 7 Charts ... 96

La mpiran 8 Regression... 98


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Guru adalah figur manusia yang menempati posisi dan memegang peran penting dalam pendidikan. Ketika semua orang mempersoalkan masalah dunia pendidikan, figur guru pasti terlibat dalam agenda pembicaraan terutama yang menyangkut persoalan pendidikan formal di sekolah. Pendidik atau guru merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Hal tersebut tidak dapat disangkal karena lembaga pendidikan formal adalah dunia kehidupan guru. Sebagian besar waktu guru ada di sekolah, sisanya ada di rumah dan di masyarakat (Djamarah, 2000: 105). Guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial dibidang pembangunan, sehingga guru ditantang untuk menciptakan pembelajaran yang menantang, menggairahkan dan menyenangkan bagi peserta didik (Mulyasa, 2005: 125).

Kehadiran guru dalam proses pembelajaran di sekolah masih tetap memegang peranan penting. Peran tersebut belum dapat diganti atau diambil alih oleh apapun, hal ini disebabkan masih banyak unsur manusiawi yang tidak dapat diganti oleh unsur lain. Guru merupakan faktor yang sangat dominan dan paling


(16)

penting dalam pendidikan formal pada umumnya karena bagi siswa, guru sering dijadikan tokoh teladan bahkan menjadi tokoh identifikasi diri (Wijaya dan Rusyan, 1994).

Guru sebagai pendidik harus mempunyai kemampuan yang meliputi penguasaan materi pelajaran, penguasaan profesional keguruan dan pendidikan, penguasaan cara-cara menyesuaikan diri dan berkepribadian untuk melaksanakan tugasnya, disamping itu guru harus merupakan pribadi yang berkembang dan bersifat dinamis. Hal ini sesuai dengan Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban menciptakan suasana pendidikan yang menyenangkan, kreatif, dinamis dan dialogis, mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan, memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.

Kinerja guru adalah usaha yang harus dicapai guru dalam suatu organisasi sekolah sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan, tidak melanggar hukum sesuai dengan moral (Suyanto, 2001: 10). Kepuasan dalam menjalankan tugas merupakan aspek penting bagi kinerja atau produktivitas seseorang, hal ini disebabkan karena sebagian besar waktu guru digunakan untuk bekerja. Pada umumnya pekerjaan guru dibagi dua yakni pekerjaan berhubungan dengan tugas-tugas mengajar, mendidik dan tugas-tugas-tugas-tugas kemasyarakatan (sosial). Di lingkungan sekolah, guru mengemban tugas sebagai pengajar dan pendidik. Sebagai pengajar,


(17)

guru memberikan pengetahuan (kognitif), sikap dan nilai (afektif), dan keterampilan (psikomotorik). Guru memiliki tugas dan tanggung jawab moral yang besar terhadap keberhasilan siswa, namun guru bukanlah satu-satunya faktor penunjang keberhasilan siswa. Faktor lain yang tidak kalah penting adalah faktor perangkat kurikulum, faktor siswa sendiri, faktor dukungan masyarakat dan faktor orang tua sementara sebagai pendidik, guru harus mendidik siswanya untuk menjadi manusia dewasa. Guru tidak mungkin dapat mewujudkan kinerjanya dengan optimal tanpa dukungan dari pihak lain termasuk siswa, orang tua, pemerintah dan masyarakat luas (Tilaar, 2002: 329).

Salah satu hal yang patut dipertimbangkan adalah bagaimana upaya untuk meningkatkan kualitas guru adalah dengan cara meningkatkan kepuasan kerjanya, sebab dengan kepuasan guru yang meningkat maka guru akan berusaha untuk meningkatkan profesi dan mutunya dengan demikian diharapkan keberhasilan pendidikan akan tercapai. Kepuasan kerja guru itu bisa dilaksanakan dengan beberapa cara diantaranya adalah kepemimpinan kepala sekolah yang baik, bisa pula kepuasan ditingkatkan menggunakan faktor motivasi terutama motivasi prestasi guru, karena tugas guru menyangkut keberhasilan siswa yang merupakan keberhasilan pendidikan.

Kepala Sekolah merupakan salah satu komponen yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan (Mulyasa, 2004: 24). Kepala Sekolah diangkat untuk menduduki jabatan yang bertanggung jawab mengkoordinasikan upaya bersama mencapai tujuan pendidikan. Kepala Sekolah adalah orang yang


(18)

berada di garis terdepan yang mengkoordinasikan upaya meningkatkan pembelajaran yang bermutu.

Kepemimpinan Kepala Sekolah memilki peran yang sangat menentukan bagi keberhasilan sekolah.Kepemimpinan Kepala Sekolah yang baik harus mengupayakan peningkatan kinerja guru melalui program pembinaan kemampuan tenaga kependidikan. Oleh karena itu, Kepala Sekolah harus mempunyai kepribadian atau sifat dan kemampuan untuk memimpin sebuah lembaga pendidikan. Dalam peranannya sebagai seorang pemimpin, Kepala Sekolah harus dapat memperhatikan kebutuhan dan perasaan orang-orang yang bekerja sehingga kinerja guru selalu terjaga. Disamping itu kepala sekoalah juga dituntut untuk melakukan fungsinya sebagai manajer dalam meningkatkan proses pembelajaran dengan melakukan supervisi kelas, pembinaan dan memberikan saran-saran positif kepada guru demi meningkatkan kinerja guru.

Witziers (Hoy, 1997; Vail, 2005) dari University of University of Minnesota dalam jurnal penelitiannya mengatakan bahwa kepemimpinan Kepala Sekolah merupakan faktor yang paling kuat untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai oleh sekolah sehingga tercipta suatu sikap yang positif bagi guru dan dapat meningkatkan prestasi siswa. Kondisi tersebut sama halnya yang terjadi di Indonesia bahwa masih banyak penyimpangan yang dilakukan oleh guru seperti yang telah dijelaskan di atas. Oleh karena itu mereka melakukan penelitian tentang “Teacher Perceptions of The Influence of Principal Instructional eadership on School Culture” yang pokok bahasan utamanya adalah mengenai persepsi tindakan Kepala Sekolah terhadap sekolah.


(19)

Faktor lain yang juga berpengaruh terhadap kinerja guru adalah motivasi. Motivasi berasal dari kata latin “movere” yang berarti “dorongan atau daya

penggerak”. Motivasi atau motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk mencapai tujuan tertentu (Sardiman, 2007: 73). Penelitian Bishay (1996) yang berjudul “Teacher Motivation And Job Satisfaction” yang pokok bahasannya mengenai kuat dan lemahnya motivasi guru untuk mengajar siswa berpengaruh terhadap besar kecilnya prestasi yang diraih siswa. Guru sebagai pendidik dituntut mempunyai motivasi atau dorongan yang tinggi untuk mengajar.

Motivasi merupakan faktor yang dominan mempengaruhi guru untuk meningkatkan kinerja, karena motivasi merupakan dorongan secara internal maupun eksternal. Menurut Sardiman (2007:85) motivasi memiliki tiga fungsi yaitu: mendorong manusia untuk berbuat, menetukan arah perbuatan yaitu kearah tujuan yang akan tercapai, menyeleksi perbuatan yaitu dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan-tujuan tersebut.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan Kepala Sekolah dan motivasi kerja guru akan berpengaruh secara psikologis terhadap kinerja guru. Guru yang puas dengan kepemimpinan Kepala Sekolah dan motivasi kerjanya tinggi maka akan bekerja dengan sungguh-sungguh yang akhirnya membuat produktivitas kerja guru meningkat.

Berdasarkan observasi yang dilakukan dengan guru-guru selain guru ekonomi di SMA Negeri 3 Kota Tegal, SMA Negeri 4 Kota, SMA Muhammadiyah Tegal dan SMA NU Tegal dengan mengikuti kegiatan belajar


(20)

mengajar di kelas dapat dilihat ada beberapa guru yang mempunyai kinerja yang kurang optimal. Hal ini dikarenakan adanya guru yang tidak mengadakan persiapan dalam KBM sehingga siswa kurang optimal dalam menerima pelajaran dan dalam mengajar ada beberapa guru yang tidak menggunakan media yang bervariasi sehingga menimbulkan rasa bosan pada siswa dalam menerima pelajaran. Guru ekonomi belum optimal dalam menggunakan metode pembelajaran yang modern, seperti penggunaan media pembelajaran OHP, Laptop, komputer. Disamping itu, masih ada beberapa guru dalam membuat perencanaan pembelajaran kurang mengadakan koordinasi dengan guru sejenis sehingga kadang tidak sesuai dengan program kurikulum yang ada.

Raj (2008) dalam jurnal penelitiannya mengatakan bahwa kepemimpinan Kepala Sekolah yang baik harus mempunyai tanggung jawab yang tinggi melalui program pembinaan kemampuan tenaga kependidikan dan Kepala Sekolah direkomendasikan harus dapat menguasai kurikulum dan dapat menasehati atau memberi bantuan kepada guru. Laeli dalam penelitiannya berjudul ”Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja Guru di SMK Negeri 1 Purbalingga” menyimpulkan ada pengaruh yang signifikan antara supervisi Kepala Sekolah dan motivasi kerja terhadap kinerja guru di SMK Negeri 1 Purbalingga.

Dari tolak titik di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “PENGARUH PERSEPSI KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA GURU EKONOMI SMA KOTA TEGAL”


(21)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah ada pengaruh persepsi guru mengenai kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap kinerja guru ekonomi SMA Kota Tegal?

2. Apakah ada pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja guru ekonomi SMA Kota Tegal?

3. Apakah ada pengaruh persepsi guru mengenai kepemimpinan Kepala Sekolah dan motivasi kerja guru terhadap kinerja guru ekonomi SMA Kota Tegal?

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang dijabarkan di atas, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah:

1. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh persepsi kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap kinerja guru ekonomi SMA Kota Tegal.

2. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh motivasi kerja guru terhadap kinerja guru ekonomi SMA Kota Tegal.

3. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh persepsi kepemimpinan Kepala Sekolah dan motivasi kerja guru terhadap kinerja guru ekonomi SMA Kota Tegal.


(22)

1.4. Manfaat Penelitian

1. Manfaat secara teoritis

Penelitian ini diharapkan berguna dalam menerapkan ilmu pengetahuan dan teori yang diperoleh selama mengikuti perkuliahan serta sebagai saran pengembangan ilmu.

2. Manfaat secara praktis

a. Sebagai bahan masukan bagi Kepala Sekolah agar mampu mengambil langkah-langkah tepat dalam upaya meningkatkan kinerja guru melalui kepemimpinan Kepala Sekolah dan motivasi kerja guru.

b. Memberi dorongan para guru agar mempunyai motivasi kerja dan mendukung kepemimpinan Kepala Sekolah yang nantinya dapat meningkatkan mutu pendidikan.


(23)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kinerja Guru

Kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang terhadap keseluruhan selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terdahulu dan telah disepakati bersama (Rivai, 2005: 14). Jika dilihat dari asal katanya, kata kinerja adalah terjemahan dari kata performance yang artinya adalah prestasi kerja atau pelaksanaan kerja atau pencapaian kerja atau hasil kerja. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1990: 503) kinerja berarti sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan atau kemampuan kerja.

Kinerja menurut Mangkunegara (2000: 67) Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. (Hasibuan, 2001: 34) mengemukakan kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu. Menurut Stolovitch and keeps dalam (Rivai, 2005: 14) kinerja merupakan seperangkat hasil yang dicapai dan merujuk pada tindakan pencapaian serta pelaksanaan yang diminta. Sementara Nawawi (1997: 235) menegaskan bahwa kinerja yang


(24)

diistilahkan sebagai karya adalah hasil pelaksanaan suatu pekerjaan, baik material maupun non material.

Dalam kajian yang berkenaan dengan profesi guru, Anwar (1986: 22) memberikan pengertian kinerja sebagai seperangkat perilaku nyata yang ditunjukkan oleh seorang guru pada waktu memberikan pelajaran kepada siswanya. Kinerja guru dapat dilihat saat dia melaksanakan interaksi belajar-mengajar dikelas termasuk persiapannya baik dalam bentuk program semester maupun persiapan mengajar.

Kinerja guru merupakan usaha yang harus dicapai guru dalam suatu organisasi sekolah sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan, tidak melanggar hukum sesuai dengan moral (Suyanto,2001: 10). Supriadi (1998:45) mengartikan kinerja guru adalah usaha guru dalam meningkatkan prestasi belajar siswa melalui pengajaran.

Dari beberapa penjelasan tentang pengertian kinerja guru di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja guru adalah kemampuan yang ditunjukkan oleh guru dalam melaksanakan tugas atau pekerjaannya. Kinerja dikatakan baik dan memuaskan apabila tujuan yang dicapai sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

2.1.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru

Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar. Menurut Gibson (1987) ada tiga faktor yang berpengaruh terhadap kinerja:


(25)

1. Faktor individual

Yaitu faktor-faktor yang meliputi: kemampuan, keterampilan, latar belakang keluarga, pengalaman kerja, tingkat sosial dan demografi seseorang.

2. Faktor psikologis

Yaitu faktor-faktor yang meliputi: persepsi, peran, sikap, kepribadian, motivasi dan kepuasan kerja.

3. Faktor organisasi

Yaitu faktor-faktor yang meliputi: struktur organisasi, desain pekerjaan, kepemimpinan, sistem penghargaan (reward system).

Menurut Mangkunegara (2005:67) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi kinerja antara lain:

1. Faktor kemampuan Secara psikologis kemampuan (ability) pegawai terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan realita (pendidikan). Oleh karena itu pegawai perlu dtempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahlihannya.

2. Faktor motivasi Motivasi terbentuk dari sikap (attiude) seorang pegawai dalam menghadapi situasi (situation) kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan diri seorang pegawai terarah untuk mencapai tujuan kerja. Sikap mental merupakan kondisi mental yang mendorong seseorang untuk berusaha mencapai potensi kerja secara maksimal.

Menurut Mathis dan Jackson (2001: 82) faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja individu yaitu:


(26)

2. Motivasi.

3. Dukungan yang diterima.

4. Keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan. 5. Hubungan mereka dengan organisasi.

2.1.2. Apek-aspek Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja (performance appraisal) pada dasarnya merupakan faktor kunci guna mengembangkan suatu organisasi secara efektif dan efisien, karena adanya kebijakan atau program yang lebih baik atas sumber daya manusia yang ada dalam organisasi. Penilaian kinerja individu sangat bermanfaat bagi dinamika pertumbuhan organisasi secara keseluruhan, melalui penilaian tersebut maka dapat diketahui kondisi sebenarnya tentang bagaimana kinerja guru.

Penilaian kinerja adalah proses yang dipakai oleh organisasi untuk mengevaluasi pelaksanaan kerja individu karyawan (Simamora, 2004: 338). Menurut Wahyudi (2002: 101) penilaian kinerja adalah suatu evaluasi yang dilakukan secara periodik dan sistematis tentang prestasi kerja/jabatan seorang tenaga kerja, termasuk potensi pengembangannya. Menurut Bernardin dan Russel (1993: 379) “A way of measuring the contribution of individuals to their organization“. Penilaian kinerja adalah cara mengukur konstribusi individu (karyawan) kepada organisasi tempat mereka bekerja.

Dalam kaitannya dengan kinerja guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan guru menurut UU RI No.14 tahun 2005 pasal 20 (a) tentang guru dan dosen adalah merencanakan pembelajaran, melaksanakan program pembelajaran, melaksanakan evaluasi pembelajaran.


(27)

a. Merencanakan program pembelajaran.

Menurut Mulyasa (2005: 99) merencanakan pembelajaran adalah persiapan guru dalam menyiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan pembelajaran. Hal-hal yang termasuk dalam tahap perencanaan pembelajaran adalah penyusunan materi pelajaran, penggunaan media pembelajaran, serta penilaian dalam suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada pembelajaran.

b. Melaksanakan program pembelajaran.

Pelaksanaan pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan sadar dan sengaja dimana pelaksanaannya sesuai dengan apa yang telah direncanakan dalam rencana pengajaran. Dalam pelaksanaan pembelajaran ini guru dituntut untuk mempunyai kemampuan agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik yaitu yang meliputi penguasaan materi pelajaran, penggunaan metode yang bervariasi, memotivasi siswa untuk aktif dalam pembelajaran, pengelolaan kelas dan penggunaan media pembelajaran.

c. Melaksanakan evaluasi pembelajaran.

Dalam pembelajaran evaluasi dilakukan untuk menggambarkan perilaku hasil belajar dengan respon peserta didik yang dapat diberikan berdasarkan apa yang diperoleh dari belajar (Mulyasa, 2005: 99). Tidak ada pembelajaran tanpa penilaian, karena penilaian merupakan proses menetapkan kualitas hasil belajar, atau proses untuk menentukan tingkat pencapaian tujuan pembelajaran oleh peserta didik sebagai suatu proses penilaian dilakukan


(28)

dengan prinsip-prinsip dan teknik yang sesuai dengan tes atau non tes. Penilaian proses belajar ini dapat dilakukan pada pelajaran yaitu memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya pada waktu pelajaran dan dengan melakukan ulangan harian atau semesteran.

2.1.3. Upaya Peningkatan Kinerja Guru

Upaya-upaya yang dilakukan Kepala Sekolah dalam meningkatkan kinerja tenaga kependidikan dan prestasi belajar peserta didik dapat dideskripsikan sebagai berikut (Mulyasa, 2004: 100):

a. Mengikutsertakan guru-guru dalam penataran, untuk menambah wawasan para guru Kepala Sekolah juga harus memberikan kesempatan kepada guru-guru untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dengan belajar ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

b. Kepala Sekolah harus berusaha menggerakkan tim evaluasi hasil belajar peserta didik untuk lebih giat bekerja, kemuadian hasilnya diumumkan secara terbuka.

c. Menggunakan waktu belajar secara efektif di sekolah, dengan cara mendorong para guru untuk memulai dan mengakhiri pembelajaran sesuai waktu yang telah ditentukan, serta memanfaatkanya secara efektif dan efisien untuk pembelajaran.

Sedangkan menurut Mitchell (dalam Mulyasa, 2004: 141) mengatakan upaya yang dapat dilakukan untuk meningktkan kinerja guru adalah dengan: a. Pembinaan kedisiplinan.


(29)

c. Penghargaan, sangat penting untuk meningkatkan produktivitas kerja dan mengurangi kegiatan yang kurang produktif, melalui penghargaan ini agar guru dapat meningkatkan kinrja yang positif.

2.1.4. Tujuan Penilaian Kerja

Menurut Alwi (2001: 187) secara teoritis tujuan penilaian dikategorikan sebagai suatu yang bersifat evaluation dan development.

1. Tujuan penilaian kinerja yang bersifat evaluation harus menyelesaikan: a. Hasil penilaian digunakan sebagai dasar pemberian kompensasi. b. Hasil penilaian digunakan sebagai staffing decision.

c. Hasil penilaian digunakan sebagai dasar meengevaluasi sistem seleksi. 2. Sedangkan yang bersifat development penilai harus menyelesaikan:

a. Prestasi riil yang dicapai individu.

b. Kelemahan-kelemahan individu yang menghambat kinerja. c. Prestasi-pestasi yang dikembangkan.

Manfaat penilaian kinerja kontribusi hasil-hasil penilaian merupakan suatu yang sangat bermanfaat bagi perencanaan kebijakan organisasi. Adapun secara terperinci penilaian kinerja bagi organisasi adalah :

a. Penyesuaian-penyesuaian kompensasi. b. Perbaikan kinerja.

c. Kebutuhan latihan dan pengembangan.

d. Pengambilan keputusan dalam hal penempatan promosi, mutasi, pemecatan, pemberhentian dan perencanaan tenaga kerja.


(30)

f. Membantu diaknosis terhadap kesalahan desain pegawai. 2.1.5. Kinerja Guru Ekonomi

Kinerja guru ekonomi merupakan kemampuan kerja yang dicapai oleh guru dalam kegiatan pengelolaan pembelajaran khususnya pada mata diklat secara efektif ekonomi di sekolah. Ini akan dilihat bagaimana guru ekonomi mempersiapkan program pembelajaran ekonomi, termasuk bagaimana merumuskan tujuan pembelajaran, mempersiapkan metode dan media pembelajaran, serta bagaimana mempersiapkan evaluasi pembelajaran ekonomi.

Menilai kinerja guru, digunakan alat penilaian kemampuan guru (APKG). APKG ini terdiri dari dua perangkat, yaitu APKG I digunakan untuk menilai kemampuan guru dalam merencanakan pembelajaran, sedangkan APKG II digunakan untuk menilai kemampuan guru dalam melaksankan pembelajaran.

Secara umum, APKG dapat dimanfaatkan untuk menilai kemampuan guru atau calon guru. APKG ini tidak hanya berupaya untuk menentukan guru dalam pembelajaran secara kognitif (proses berpikir) tetapi juga menentukan nilai dan sikap serta ketrampilan.

Penilaian kinerja guru dalam hal perencanaan pembelajaran yang terdapat dalam APKG I meliputi :

1. Merumuskan tujuan pembelajaran

2. Mengembangkan dan mengorganisasikan materi, media pembelajaran,dan sumber belajar

3. Merencanakan skenario kegiatan pembelajaran 4. Merancang pengelolaan kelas


(31)

5. merencanakan prosedur, jenis dan penyiapan alat penelitian 6. Tampilan dokumen rencana pembelajaran

APKG II mencakup tujuan komponen dalam pelaksanaan pembelajaran yaitu :

1. Mengelola ruang, waktu dan fasilitas belajar 2. Menggunakan strategi pembelajaran

3. Mengelola interaksi kelas

4. Bersikap terbuka dan luwes serta membantu mengembangkan sikap positif peserta didik terhadap belajar

5. Mendemonstrasikan kemampuan khusus dalam pembelajaran mata pelajaran tertentu

6. Melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar 7. Kesan umum umum pelaksanaan pembelajaran

Ada empat kompetensi guru dalam hubungannya dengan usaha meningkatkan proses dan hasil belajar yaitu : (a) merencanakan program belajar mengajar, (b) melaksanakan dan memimpin atau mengelola proses belajar mengajar, (c) menilai kemajuan proses belajar mengajar, (d) menguasai bahan pelajaran dalam pengertian menguasai bidang studi atau mata pelajaran yang dibinanya (Sudjana 2008 :19).

Dalam UU No 14 Th 2005 BAB IV pasal 20 (a) tentang guru dan dosen dalam melaksnakan tugas keprofesional guru berkewajiban :

1. Merencanakan pembelajaran 2. Melaksanakan proses pembelajaran


(32)

3. Menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran

Sedangkan menurut Hasibuan dalam Handayani (2009) mendefinisikan kinerja guru dapat dilihat dari tugas mengajar guru yang dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu :

1. Tahap sebelum Pengajaran (Preactive) 2. Tahap pengajaran (interactive)

3. Tahap sesudah pengajaran (post active)

Berdasarkan penjelasan yang dipaparkan diatas maka indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja guru adalah:

1. Merencanakan pembelajaran 2. Melaksanakan proses pembelajaran

3. Menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran

2.2 Tinjauan Persepsi Guru Mengenai Kepemimpinan Kepala Sekolah 2.2.1. Pengertian Persepsi

Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Melalui persepsi manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat inderanya yaitu indera penglihatan, pendengar, peraba, perasaan dan penciuman (Slameto, 1995: 105).

Walgito (2004: 89) mengemukakan bahwa, persepsi itu merupakan pengorganisasian, penginterprestasian terhadap stimulus yang diterimanya, sehingga menjadi sesuatu yang berarti dan merupakan respon yang integrated


(33)

dalam diri individu. Persepsi adalah proses dimana individu mengatur dan menginteprestasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi lingkungan mereka (Robbins, 2008: 175) sedangkan Gibson, dkk (1996) yang dikutip oleh Pribernadi (Tesis 2002: 14) menyatakan bahwa persepsi adalah suatu proses dari seseorang dalam memahami lingkungannya yang melibatkan pengorganisasian dan penafsiran sebagai rangsangan dalam suatu pengalaman psikologis. Menurut dua pendapat di atas persepsi terjadi karena hal-hal sebagai berikut: (1) Indera menangkap fakta di sekitar, (2) Fakta-fakta yang tertangkap diorganisasikan dan ditafsirkan. (3) Kesimpulan yang diperoleh diwujudkan dengan perilaku tindakan ataupun sikap sebagai respon terhadap lingkungan.

Persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan (Rahmat, 2003: 51). Menurut badudu (1990: 675) persepsi adalah proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca indera. Dalam The Contemporary English–Indonesia Dictionary, Salim (2002: 184) mengartikan kata "Perception" (persepsi) sebagai: (1) Perasaan. (2) Daya tangkap.

Dari definisi persepsi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa persepsi merupakan suatu proses bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi dan pengalaman-pengalaman yang ada dan kemudian menafsirkannya untuk menciptakan keseluruhan gambaran yang berarti.


(34)

2.2.2. Proses Terjadinya Persepsi

Proses terjadinya persepsi menurut walgito yaitu dari objek yang menimbulkan stimulus, kemudian stimulus mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus yang diterima oleh alat indera diteruskan oleh syaraf sensorik ke otak (proses tersebut disebut proses fisiologis) kemudian terjadilah di otak sebagai pusat kesadaran sehingga individu menyadari apa yang dilihat, atau apa yang didengar, atau diraba. Proses ini merupakan proses terakhir dari persepsi dan merupakan persepsi sebelumnya.

Walgito (dalam Hamka, 2002) menyatakan bahwa terjadinya persepsi merupakan suatu yang terjadi dalam tahap-tahap berikut:

1. Tahap pertama, merupakan tahap yang dikenal dengan nama proses kealaman atau proses fisik, merupakan proses ditangkapnya suatu stimulus oleh alat indera manusia.

2. Tahap kedua, merupakan tahap yang dikenal dengan proses fisiologis, merupakan proses diteruskannya stimulus yang diterima oleh reseptor (alat indera) melalui saraf-saraf sensoris.

3. Tahap ketiga, merupakan tahap yang dikenal dengan nama proses psikologik, merupakan proses timbulnya kesadaran individu tentang stimulus yang diterima reseptor.

4. Tahap ke empat, merupakan hasil yang diperoleh dari proses persepsi yaitu berupa tanggapan dan perilaku.

Lebih luas lagi tentang terjadinya persepsi sebagaimana dipaparkan oleh


(35)

komponen utama dari proses persepsi. Ketiga komponen itu sebagai berikut: (1) Seleksi merupakan proses psikologis yang sangat erat dengan pengamatan atau stimulus yang diterima dari luar. Rangsangan (stimulus) dari luar yang mencapai indera kita terbatas, baik mengenai jenis, maupun mengenai intensitasnya. Namun hanya sebagian kecil stimulus yang mencapai kesadaran kita karena adanya proses penyaringan, disamping faktor intensitas perhatian yang diberikan. (2) Interpretasi yaitu proses mengorganisasikan infornasi sehingga mempunyai arti bagi seorang, Interpretasi tergantung kepada berbagai faktor, seperti pengalaman,sistem nilai, motivasi, kepribadian dan kecerdasan. (3) Interpretasi dari persepsi kemudian diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku.

2.2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi, antara lain sebagai berikut (Robbins, 2001: 89):

1. Pelaku persepsi, yaitu apabila seorang individu memandang dalam suatu objek dan mencoba menafsirkan apa yang dilihatnya. Penafsiran itu sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi yang lebih relevan mempengaruhi persepsi diantaranya: sikap, motif, kepentingan atau minat, pengalaman masa lalu, dan pengharapan.

2. Target atau objek, target yang akan diamati dapat mempengaruhi apa yang dipersepsikan. Misalnya orang keras suaranya lebih mungkin untuk diperhatikan dalam suatu kelompok daripada merekan yang pendiam.


(36)

3. Situasi, dimana mempengaruhi seseorang seperti waktu, keadaan atau tempat kerja dan keadaan social akan mempengaruhi perhatian meskipun pemersepsi dan target tidak berubah.

Menurut Robbins (2008: 176) faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi

Menurut Krech dan Crutcfield dalam Rahmat (2003: 52) faktor yang menentukan persepsi dibagi menjadi dua yaitu faktor fungsional dan faktor struktural.

Faktor pada pemersepsi : Sikap

Motif Kepentingan Pengalaman Penghargaan

Faktor dalam situasi: Waktu

Keadaan/tempat kerja

Keadaan sosial

Persepsi

Faktor dalam diri target: Sesuatu yang baru Gerakan

Suara Ukuran

Latar belakang Kedekatan


(37)

1. Faktor fungsional adalah faktor yang berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang termasuk apa yang kita sebut sebagai faktor personal.

2. Faktor struktural adalah faktor yang semata-mata berasal dari sifat stimulus fisik terhadap obyek-obyek saraf yang ditimbulkan pada saraf individu.

Menurut Teori Geslat, bahwa bila kita mempersepsi sesuatu, kita mempersepsinya sebagai suatu keseluruhan,kita tidak melihat bagian-bagiannya lalu menghimpunnya.

Dalam penelitian ini persepsi guru yang dimaksud adalah proses seorang guru ekonomi dalam mengordinasikan dan menafsirkan kesan indera mereka terhadap kepemimpinan Kepala Sekolah di SMA Kota Tegal.

2.2.4. Pengertian Kepemimpinan Kepala Sekolah

Kepemimpinan (leadership) mempunyai pengertian yang berbeda pada orang-orang yang berbeda. Kata ini merupakan suatu kata yang diambil dari kamus umum dan dimasukkan ke dalam kamus teknis sebuah disiplin ilmiah tanpa didefinisikan dengan tepat. Sebagai konsekuensinya, kata ini mempunyai konotasi-konotasi yang tidak berhubungan yang menciptakan ambivalensi pengertian (Janda, 1960).

Beberapa definisi yang dapat dianggap cukup mewakili pengertian kepemimpinan selama seperempat abad adalah sebagai berikut:

1. Kepemimpinan adalah perilaku dari seorang individu yang memimpin aktivitas-aktivitas suatu kelompok ke suatu tujuan yang ingin dicapai bersama (share good) (Hemhill & Coon, 1957: 7).


(38)

2. Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi, yang dijalankan dalam situasi tertentu, serta diarahkan melalui proses komunikasi, ke arah pencapaian satu atau beberapa tujuan tertentu (Tannenbaum, Wesehler & Massarik, 1961: 24). 3. Kepemimpinan adalah pembentukan awal serta pemeliharaan struktur dalam

harapan dan interaksi (Stogdill, 1974: 411).

4. Kepemimpinan adalah peningkatan pengaruh sedikit demi sedikit pada, dan berada di atas kepatuhan mekanis terhadap pengarahan-pengarahan rutin organisasi (Katz & Kahn, 1978: 528).

Kebanyakan definisi mengenai kepemimpinan mencerminkan asumsi bahwa kepemimpinan menyangkut segala proses pengaruh sosial yang dalam hal ini pengaruh yang disengaja dijalankan oleh seseorang terhadap orang lain untuk menstruktur aktivitas-aktivitas serta hubungan-hubungan di dalam sebuah kelompok atau organisasi. Kepala Sekolah adalah seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah dimana diselenggarakan proses belajar mengajar atau tempat dimana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran (Wahjosumidjo, 2003: 83).

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan Kepala Sekolah adalah bagaimana Kepala Sekolah mampu menolong stafnya untuk memahami tujuan bersama yang akan dicapai, disamping itu Kepala Sekolah juga harus mampu membangkitkan semangat kerja yang tinggi, ia harus menciptakan suasana kerja yang menyenangkan, aman dan penuh semangat dan juga harus mampu mengembangkan staf untuk tumbuh dalam kepemimpinannya.


(39)

1. Kepemimpinan melibatkan orang lain.

Kepemimpinan tidak bisa berdiri sendiri tapi harus ada yang terlibat didalamnya, baik sebagai karyawan atau pengikut yang akan menerima pengarahkan dari pimpinan.

2. Kepemimpinan mengharuskan distribusi kekuasaan.

Dalam kepemimpinan, seorang pemimpin tidak seharusnya memegang kekuasaan secara penuh, tetapi ia harus membagi-bagikan kekuasaannya dengan anggota kelompok di bawahnya. Sekalipun demikian, ia tetap mempunyai kekuasaan lebih besar daripada yang lainnya.

3. Kepemimpinan harus mempunyai pengaruh.

Tanpa pengaruh, kepemimpinan tidak akan berarti apa-apa. Pemimpin yang memiliki kemampuan mempengaruhi kemampuan anggota kelompoknya akan lebih mudah mengarahkan merka ke arah tujuan yang ingin dicapai. 4. Kepemimpinan berkaitan dengan nilai.

Dengan kata lain bahwa seorang pemimpin haruslah bermoral, pemimpin yang mengenyampingkan aspek moral dalam kepemimpinannya cenderung akan bersikap melanggar aturan dan etika-etika yang ada.

Sebuah sekolah tidak lepas dari adanya peran seorang pemimpin. Untuk itu bisa dikatakan suksesnya sebuah sekolah tergantung seberapa besar kapasitas seorang pemimpinnya. Sekolah akan berkembang jika seorang pemimpin mampu mewujudkan tujuan sekolah menjadi kenyataan.

2.2.5. Sifat-sifat Pemimpin


(40)

1. Jujur. 2. Percaya diri. 3. Tanggung jawab.

4. Berani mengambil resiko dan keputusan. 5. Berjiwa besar.

6. Emosi yang stabil. 7. Teladan.

Pengetahuan Kepala Sekolah terhadap tenaga kependidikan akan tercermin dalam kemampuan:

1. Memahami kondisi tenaga kependidikan.

2. Memahami kondisi dan dan karakteristik peserta didik. 3. Menyusun program pengembangan tenaga kependidikan.

4. Menerima masukan, saran dan kritikan dari berbagai pihak untuk meningkatkan sekolah.

Pemahaman terhadap visi dan misi sekolah akan tercermin dari kemampuannya untuk:

1. Mengembangkan visi sekolah. 2. Mengembangkan misi sekolah.

3. Melaksanakan program untuk mewujudkan visi dan misi ke dalam tindakan.

Kemampuan mengambil keputusan akan tercermin dari kemempuannya dalam:


(41)

2. Mengambil keputusan untuk kepentingan internal sekolah. 3. Mengambil keputusan untuk kepentingan eksternal sekolah.

Kemampuan berkomunikasi akan tercermin dari kemampuannya untuk: 1. Berkomunikasi secara lisan dengan tenaga kependidiakn di sekolah. 2. Menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan.

3. Berkomunikasi secara lisan dengan peserta didik.

4. Berkomunikasi secara lisan dengan orang tua dan masyarakat sekitar lingkungan sekolah.

2.2.6. Fungsi Kepala Sekolah

Dinas Pendidikan telah menetapkan bahwa Kepala Sekolah harus mampu melaksanakan pekerjaannya sebagai edukator, manajer, administrator dan supervisor. ,Dalam perkembangan selanjutnya, sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan jaman, Kepala Sekolah harus mampu berperan sebagai leader, innovator, dan motivator di sekolahnya.

Mulyasa (2004: 98) fungsi Kepala Sekolah adalah sebagai berikut : 1. Kepala Sekolah sebagai edukator (Pendidik)

Dalam melakukan fungsinya sebagai edukator, Kepala Sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan di sekolahnya. Menciptakan iklim sekolah yang kondusif, memberikan nasihat kepada warga sekolah, memberikan dorongan kepada seluruh tenaga kependidikan, serta melaksanakan model pembelajaran yang menarik, seperti team teaching, moving class, dan mengadakan program akselerasi (acceleration) bagi peserta didik yang cerdas di atas normal.


(42)

Sumidjo dalam mulyasa (1999: 122) mengemukakan bahwa memahami arti pendidik tidak cukup berpergang pada konotasi yang terkandung dalam definisi pendidik, melainkan harus dipelajari keterkaitannya dengan makna pendidikan, sarana pendidikan, dan bagaimana strategi pendidikan itu dilaksanakan. Untuk kepentingan tersebut, Kepala Sekolah harus berusaha menanamkan, memajukan dan meningkatkan sedikitnya empat macam nilai, yakni pembinaan mental, moral, fisik, dan artistik.

Pembinaan mental yaitu membina para tenaga kependidikan tentang hal-hal yang berkaitan dengan sikap batin dan watak. Dalam hal-hal ini, Kepala Sekolah harus mampu menciptakan iklim yang kondusif agar setiap tenaga kependidikan dapat melaksanakan tugas dengan baik, secara proporsional. Pembinaan moral yaitu membina para tenaga kependidikan tentang hal-hal yang berkaitan dengan ajaran baik buruk mengenai suatu perbuatan, sikap dan kewajiban sesuai dengan tugas masing-masing tenaga kependidikan. Pembinaan fisik yaitu membina para tenga kependidikan tentang hal-hal yang berkaitan dengan kondisi jasmani atau badan, kesehatan dan penampilan mereka secara lahiriah. Pembinaan artistik yaitu membina tenaga kependidikan tentang hal-hal yang berkaitan dengan kepekaan manusia terhadap seni dan keindahan. Hal ini biasanya dilakukan melalui kegiatan karyawisata yang bisa dilakukan setiap akhir tahun pelajaran.

Sebagai edukator Kepala Sekolah harus senantiasa berupaya meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh para guru. Dalam hal ini faktor pengalaman akan sangat mempengaruhi profesionalisme Kepala Sekolah, terutama dalam mendukung terbentuknya pemahaman tenaga kependidikan


(43)

terhadap pelaksanaan tugasnya. Pengalaman semasa menjadi guru, menjadi wakil Kepala Sekolah, atau menjadi anggota organisasi kemasyarakatan sangat mempengaruhi kemampuan Kepala Sekolah dalam melaksanakan pekerjaannya, demikian halnya pelatihan dan penataran yang pernah diikutinya.

2. Kepala Sekolah sebagai manajer

Manajemen pada hakekatnya merupakan suatu proses merencanakan, mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan usaha para anggota organisasi serta mendayagunakan seluruh sumber daya organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai manajer, Kepala Sekolah harus memiliki strategi sebagai berikut:

1. Memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerja sama atau koopertif dimaksudkan bahwa dalam peningkatan profesionalisme tenaga kependidikan di sekolah, Kepala Sekolah bafus memntingkan kerja sama dengan tenaga kependidiakan dan pihak lain yang terkait dalam melaksanakan setiap kegiatan.

2. Memberi kesempatan kepada para tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya, sebagai manajer Kepala Sekolah harus meningkatkan profesi secara persuasif dan dari hati ke hati. Dalam hal ini, Kepala Sekolah harus bersikap demokratis dan memberikan kesempatan kepada seluruh tenaga kependidikan untuk mengembangkan potensinya secara optimal. Misalnya memberi kesempatan kepada bawahan untukmeningkatkan profesinya melalui berbagai penataran dan lokakarya sesuai dengan bidangnya masing-masing.


(44)

3. Mendorong keterlibatan seluruh tenagakependidikan, dimaksudkan bahwa Kepala Sekolah harus berusaha untuk mendorong keterlibatan semua tenaga kependidiakan dalam setiap kegiatan di sekolah (partisipatif). Dalam hal ini Kepala Sekolah bisa berpedoman pada asas tujuan, asas keunggulan, asas mufakat, asas kesatuan, asas persatuan, asas empirisme, asas keakraban, dan asas integritas.

3. Kepala Sekolah sebagai administrator

Kepala Sekolah sebagai administrator memiliki hubungan yang sangat erat dengan berbagai aktivitas pengelolaan administrasi yang bersifat pencatatan, penyusunan dan pendokumenan seluruh program sekolah. Secara spesifik, Kepala Sekolah harus memiliki kemampuan untuk mengelola kurikulum, mengelola administrasi peserta didik, mengelola administrasi personalia, mengelola administrasi sarana dan prasarana, mengelola administrasi kearsipan, dan mengelola administrasi keuangan. Kegiaran tersebut perlu dilakukan secara efektif dan efisien agar dapat meninjang produktivitas sekolah. Untuk itu, Kepala Sekolah harus mampu menjabarkan kemampuan di atas dalam tugas-tugas opersional.

4. Kepala Sekolah sekabagai supervisor

Kegiatan utama pendidikan di sekolah dalam rangka mewujudkan tujuannya adalah kegiatan pembelajaran, sehingga seluruh aktivitas organisasi sekolah bermuara pada pencapaian efisiensi dan efektivitas pembelajaran. Oleh karena itu, salah satu tugas Kepala Sekolah adalah sebagai supervisor, yaitu menyupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kependidikan. Sergio dan


(45)

starrat (1993) menyatakan bahwa “supervixion is a process designed to help teacher and supervisor learn more about therir practice; to better able to use theri knowledge and skills to better serve parrents and schools; and to make the school a more effective learning community”. Yang artinya bahwa supervisi merupakan suatu proses yang dirancang secara khusus untuk membantu para guru dan supervisor dalam mempelajari tugas sehari-hari di sekolah, agar dapat menggunakan pengetahuan dan kemampuannya untuk memberikan layanan yang lebih baik pada orang tua peserta didik dan sekolah, serta berupaya menjadikan sekolah sebagai masyarakat belajar yang lebih efektif.

Pengawasan dan pengendalian yang dilakukan Kepala Sekolah terhadap tenaga kependidikannya khususnya guru, disebut supervisi klinis, yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan profesional guru dan meningkatkan kualitas pembelajaran melalui pembelajaran yang efektif. Salah supervisi akademik yang populer adalah supervisi klinis, yaitu memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Supervisi diberikan berupa bantuan (bukan perintah), sehinnga inisiatif tetap berada di tangan tenaga kependidikan.

2. Aspek yang disupervisi berdasarkan usul guru, yang dikaji bersama Kepala Sekolah sebagai supervisor untuk dijadikan kesepakatan.

3. Instrumen dan metode observasi dikembangkan bersama oleh guru dan Kepala Sekolah.

4. Mendiskusikan dan menafsirkan hasil pengamatan dengan mendahulukan interprestasi guru.


(46)

5. Supervisi dilakukan dalam suasana terbukan secara tatap muka, dan supercisor lebih banyak mendengarkan serta menjawab pertanyaan guru daripada member saran dan pengarahan.

6. Supervisi klinis sedikitnya memiliki tiga tahap, yaitu pertemuan awal, pengamatan, dan umpan balik.

7. Adanya penguatan dan umpan balik dari Kepala Sekolah sebagai supervisor terhadap perubahan perilaku guru yang positip sebagai hasil pembinaan.

8. Supervisi dilakukan secara berkelanjutan untuk meningkatkan suatu keadaan dan memecahkan suatu masalah.

5. Kepala Sekolah sebagai leader

Kepala Sekolah sebagai leader harus mampu memberikan petunjuk dan pengawasan, meningkatkan kemauan tenaga kependidikan, membuka komunikasi dua arah, dan mendelegasikan tugas. Wahjosumijo (1999: 110) mengemukakan bahwa Kepala Sekolah sebagai leader harus memiliki karakteristik khusus yang mencakup kepribadian, keahlian dasar, pengalaman dan pengetahuan profesional, serta pengetahuan administrasi dan pengawasan.

Kemampuan Kepala Sekolah yang harus diwujudkan Kepala Sekolah sebagai leader dapat dianalisis dari kepribadian, pengetahuan terdadap tenaga kependidikan, visi dan misi Kepala Sekolah, kemampuan mengambil keputusan, dan kemampuan berkomunikasi.


(47)

6. Kepala Sekolah sebagai inovator

Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai inovator, Kepala Sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan, mencari gagasan baru, mengintegrasikan setiap kegiatan, memberikan teladan kepada seluruh tenaga kependidikan di sekolah, dan mengembangkan model-model pembelajaran yang inovatif.

Kepala Sekolah sebagai inovator akan tercermin dari cara-cara ia melakukan pekerjaannya secara konstruktif, kreatif, delegatif, integratif, rasional dan objektif, pragmatis, keteladanan, disiplin, serta adaptabel dan fleksibel.

1. Konstruktif, kepala sekoalah harus berusaha mendorong dan membina setiap tenaga kependidikan agar dapat berkembang secara optimal dalam melakukan tugas-tugas yang diembankan kepada masing-masing tenaga kependidikan.

2. Kreatif, Kepala Sekolah harus mencari gagasan dan cara-cara baru dalam melaksanakan tugasnya.

3. Delegatif, Kepala Sekolah harus barusaha mendelegatifkan tugas kepada tenaga kependidikan sesuai dengan deskripsi tugas, jabatan serta kemampuan masing-masing.

4. Integratif, Kepala Sekolah harus berusaha mengintergasikan semua kegiatan sehingga dapat menghasilkan sinergi untuk mencapai tujuan sekolah secara efektif, efisien dan produktif.

5. Rasional dan objektif, Kepala Sekolah harus bertindak berdasarkan pertimbangan rasio dan objektif.


(48)

6. Pragmatis, dimaksudkan bahwa dalam meningkatkan profesionalisme tenaga kependidiakn di sekolah, Kepala Sekolah harus berusaha menetapkan kegiatan atau target berdarsarkan kondisi dan kemampuan yang dimiliki sekolah.

7. Adaptabel dan fleksibel, Kepala Sekolah harus mampu beradaptasi dan fleksibel dalam menghadapi situasi baru, sera berusaha menciptakan situasi kerja yang menyenangkan dan memudahkan para tenaga kependidikan untuk berdaptasi dalam melaksanakan tugasnya.

7. Kepala Sekolah sebagai motivator

Sebagai motivator, Kepala Sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberikan motivasi pada para tenaga kependidikan dalam melakukan berbagai tugas dan fungsinya. Motivasi ini dapat ditumbuhkan melaluai pengaturan lingkungan fisik, pengaturan suasana kerja, disiplin, dorongan, penghargaan secara efektif, dan penyediaan berbagai sumber belajar melalaui pengembangan pusat sumber belarar (PSB).

2.2.7. Tanggung Jawab Kepala Sekolah

Kemampuan kepemimpinan Kepala Sekolah merupakan faktor penentu utama pemberdayaan guru dan peningkatan mutu proses dan produk pembelajaran. Kepala Sekolah adalah orang yang bertanggung jawab apakah guru dan staf sekolah dapat bekerja secara optimal. Kultur sekolah dan kultur pembelajaran juga dibangun oleh gaya kepemimpinan Kepala Sekolah dalam berinteraksi dengan komunitasnya (Kepala Sekolah, guru, dan staf). Besarnya tanggung jawab Kepala Sekolah digambarkan oleh Sergiovani, Burlingame,


(49)

Coombs, dan Thurston (1987) dalam Danim (2003: 197), bahwa Kepala Sekolah untuk jenjang dan jenis sekolah apapun, merupakan orang yang memiliki tanggung jawab utama, yaitu apakah guru dan staf dapat bekerja sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Tugas-tugas Kepala Sekolah bersifat ganda, yang satu sama lain memiliki kaitan erat, baik langsung atau tidak langsung. Tugas-tugas dimaksud adalah mengkoordinasi, mengarahkan, dan mendukung hal-hal yang berkaitan dengan tugas pokoknya yang sangat kompleks, yaitu:

1. merumuskan tujuan dan sasaran-sasaran sekolah. 2. mengevaluasi kinerja guru.

3. mengevaluasi kinerja staf sekolah.

4. menata dan menyediakan sumber-sumber organisasi sekolah.

5. membangun dan menciptakan iklim psikologis yang baik antar komunitas sekolah.

6. menjalin hubungan dan ketersentuhan kepedulian terhadap masyarakat. 7. membuat perencanaan bersama staf dan komunitas sekolah.

8. menyusun penjadualan kerja.

9. mengatur masalah-masalah pembukuan. 10. melakukan negosiasi dengan pihak eksternal.

11. memecahkan konflik antarsesama guru dan antarpihak pada komunitas sekolah.

12. menerima masukan dari guru-guru dan staf sekolah untuk persoalan-persoalan yang tidak dapat mereka selesaikan.


(50)

14. melakukan fungsi supervisi pembelajaran atau pembinaan profesional. 15. melaksanakan kegiatan lain yang mendukung operasi sekolah.

(http://smp1rangkasbitung.wordpress.com/2009/04/07/peranan-dan-tugas-kepala-sekolah-dan-guru/)

2.2.8. Dampak Kepala Sekolah Profesional

Menurut Mulyasa (2004: 89) dampak Kepala Sekolah profesional adalah sebagai berikut:

1. Efektivitas Proses Pendidikan

Peningkatan profesionalisme tenaga kependidikan memiliki efektivitas pendidikan yang tinggi, yang tampak dari sifat pendidikan yang menekankan pada pemberdayaan peserta didik. Pembelajaran bukan sekedar memorasi dan recall, bukan sekedar penekanan pada penguasaan pengetahuan tentang apa yang diajarkan (logos), akan tetapi lebih menekankan pada internelisasi tentang apa yang diajarkan sehingga tertanam dan berfungsi sebagai muatan kehidupan oleh peserta didik (etos) bahkan, pembelajaran juga lebih menekankan pada bagaimana supaya peserta didik mampu belajar dan cara belajar (learning to learn)

2. Tumbuhnya Kepemimpinan Sekolah yang Kuat

Kepala Sekolah mempunyai peran yang kuat dalam mengkoordinasikan, menggerakkan dan menyerasikan semua sumber daya pendidikan yang tersedia di sekolah. Kepemimpinan Kepala Sekolah merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong sekolah untuk dapat mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran sekolah melalui program-program yang dilaksanakan secara terencana dan bertahap.


(51)

3. Pengelolaan Tenaga Kependidikan yang Efektif

Tenaga kependidikan, terutama guru, merupakan jiwa dari sekolah. Oleh karena itu, peningkatan profesionalisme tenaga kependidikan mulai dari analisis kebutuhan, perencanaan, pengembangan, evaluasi kinerja, hubungan kerja, sampai pada imbal jasa, merupakan garapan penting bagi seorang Kepala Sekolah. 4. Budaya Mutu

Budaya mutu tertanam di sanubari semua warga sekolah, sehingga setiap perilaku selalu didasari oleh profesionalisme.

5. Team Work Yang Kompak, Cerdas, dan Dinamis

Kebersamaan (teamwork) merupakan karakteristik yang dituntut oleh profesionalisme Kepala Sekolah, karena out put pendidikan merupakan hasil kolektif waga sekolah, bukan hasil individual.

6. Kemandirian

Kepala Sekolah memiliki kemandirian untuk melakukan yang terbaik bagi sekolahnya, sehingga dituntut untuk memiliki kemampuan dan kesanggupan kerja yang tidak selalu menggantungkan pada atasan.

7. Partisipasi Warga Sekolah dan Masyarakat

Peningkatan profesionalisme tenaga kependidikan di sekolah memiliki karakteristik bahwa partisipasi warga sekolah dan masyarakat marupakan bagian kehidupannya.


(52)

8. Transparansi Manajemen

Dalam wacana demokrasi pendidikan, transparasi pengelolaan sekolah merupakan karakteristik sekolah yang harus diwujudkan dalam meningkatakan profesionalisme tenaga kependidikan.

9. Kemauan untuk Berubah

Perubahan harus menjadi kenikmatan bagi semua warga sekolah menuju peningkatan ke arah yang lebih baik. Dalam hal ini, setiap perubahan harus menghasilkan sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya, demikian halnya mutu pendidikan di sekolah.

10. Evaluasi dan Perbaikan Berkelanjutan

Evaluasi terhadap profesionalisme tenaga kependidikan harus dilakukan secara teratur bukan hanya ditujukan untuk mengetahui tingkat kemampuan setiap tenaga kependidikan, tetapi yang terpenting adalah bagaimana menanfaatkan tenaga kependidikan tersebut untuk memperbaiki dan menyempurnakan proses pendidikan di sekolah.

11. Tanggap Terhadap Kebutuhan

Sekolah tanggap terhadap berbagai aspirasi yang muncul bagi peningkatan mutu, karena selalu membaca lingkungan dan menanggapinya secara cepat dan tepat, bahkan sekolah tidak hanya mampu menyesuaikan terhadap perubahan dan tuntutan, tetapi juga ikut menciptakan perubahan, dan mengantisipasi hal-hal yang mungkin terjadi.


(53)

12. Akuntanbilitas

Akuntanbilitas ini berbentuk laporan prestasi yang dicapai baik kepada pemerintah maupun kepada orang tua peserta didik dan masyarakat.

13. Sustainabilitas

Paradigma baru Kepala Sekolah professional dalam konteks MBS dan KBK memiliki sustianabilitas yang tinggi karena di sekolah akan terjadi proses akumulasi peningkatan mutu sumber daya manusia, diversifikasi sumber dana, pemilikan aset sekolah yang mempu meningkatkan kekayaan sekolah, serta partisipasi dan dukungan masyarakat yang tinggi terhadap ekstensi sekolah.

Dalam kaitannya dengan tugas dan tanggung jawab Kepala Sekolah, menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No. 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah, maka Kepala Sekolah harus memiliki beberapa kompetensi yang harus dipenuhi. Kompetensi tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Kompetensi–kompetensi Kepala Sekolah

NO DIMENSI

KOMPETENSI KOMPETENSI

Kepribadian

Manajerial

a. Berakhlak mulia, mengembangkan budaya dan tradisi akhlak mulia, dan menjadi teladan akhlak mulia bagi komunitas di sekolah / madrasah

b. Memiliki integritas kepribadian sebagai pemimpin c. Memiliki keinginan yang kuat dalam

pengembangan diri sebagai Kepala Sekolah / madarasah

d. Bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi

e. Mengendalikan diri dalam menghadapi masalah dalam pekerjaan sebagai Kepala Sekolah

f. Memiliki bakat dan minat jabatan sebagai pemimpin pendidikan

a. Menyusun perencanaan sekolah / madrasah untuk nerbagai tingkat perencanaan


(54)

Kewirausahaan

b. Mengembangkan organisasi sekolah / madrasah sesuai dengan kebutuhan

c. Memimpin sekolah / madrasah dalam rangka pendayagunaan sumber daya sekolah secara optimal d. Mengelola perubahan dan pengembangan sekolah/madrasah menuju organisasi pembelajar yang efektif

e. Menciptakan budaya dan iklim sekolah / madrasah yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran peserta didik

f. Mengelola guru dan staff dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia secara optimal

g. Mengelola sarana dan prasarana sekolah / madrasah dalam rangka pendayagunaan secara optimal h. Mengelola hubungan sekolah / madrasah dan

masyarakat dalam rangka pencarian dukungan ide, sumber belajar dan pembiayaan sekolah atau madrasah

i. Mengelola peserta didik dalam rangka penerimaan peserta didik baru, penempatan dan pengembangan kapasitas peserta didik

j. Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran sesuai dengan arah dan tujuan pendidikan nasional

k. Mengelola keuangan sekolah / madrasah sesuai prinsip pengelolaan yang akuntabel, transparan dan efisien

l. Mengelola ketatausahaan sekolah / madrasah dalam mendukung pencapaian tujuan sekolah / madrasah m.Mengelola unit layanan khusus sekolah / madrasah

dalam rangka mendukung kegiatan pembelajaran dan kegiatan peserta didik di sekolah / madrasah n. Mengelola system informasi sekolah / madrasah

dalam mendukung penyusunan progam dan pengambilan keputusan

o. Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi peningkatan pembelajaran dan manajemen sekolah / madrasah

p. Melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan progam kegiatan sekolah / madrasah dengan prosedur yang tepat, serta merencanakan tindak lanjutnya

a. Menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan sekolah / madrasah

b. Bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah / madrasah sebagai organisasi pembelajar yang efektif

c. Memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai pemimpin sekolah

d. Pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam menghadapi kendala yang dihadapi sekolah / madrasah


(55)

Supervisi

Sosial

kegiatan produksi jasa sekolah / madrasah sebagai sumber belajar peserta didik

a. Merencanakan progam supervisi akademik dalam rangka peningkatan profesionalisme guru

b. Melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat

c. Menindaklanjuti hasil supervis akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan profesionalisme guru

a. Bekerja sama dengan pihak lain untuk kepentingan sekolah / madrasah

b. Berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan

c. Memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau kelompok lain

Sumber: Permendiknas (2007)

(http//:www.depdiknas.go.id/produk_hukum/.../permen_12_2007.pdf)

2.3. Motivasi Kerja Guru

Motivasi berasal dari kata “motif” yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan didalam subyek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Berawal dari kata “motif”, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat tertentu bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan mendesak (Sardiman,2005: 73).

Menurut Terry dalam Hasibuan (2005: 145), motivasi adalah keinginan yang terdapat pada diri seseorang individu yang merangsangnya untuk melakukan tindakan-tindakan. Menurut As’ad (1995: 45), motivasi kerja adalah Sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan kerja. Motivasi merupakan pemberian atau penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang agar mau bekerja sama bekerja secara efektif dan terintegrasi dan segala daya upaya untuk mencapai kepuasan. Ada pendapat lain yang mengatakan bahwa motivasi adalah suatu


(56)

perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai oleh timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan (Hamalik, 2002: 121).

Motivasi merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, karena guru akan mengajar dengan sungguh-sungguh apabila memiliki motivasi yang tinggi. Dengan motivasi akan tumbuh dorongan untuk melakukan sesuatu dalam kaitannya dengan pencapaian tujuan. Motivasi yang ada pada setiap orang tidaklah sama antara yang satu dengan yang lain. Untuk itu, diperlukan pengetahuan mengenai pengertian dan hakikat motivasi, serta kemampuan teknik menciptakan situasi sehingga menimbulkan motivasi/dorongan bagi mereka untuk berbuat atau berperilaku sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh individu lain/organisasi.

Dari beberapa definisi motivasi tersebut, pada dasarnya mengandung arti yang sama yaitu bahwa motivasi adalah dorongan yang menyebabkan terjadinya suatu perbuatan guna mencapai suatu tujuan. Motivasi dalam hal ini adalah motivasi mengajar, yaitu suatu dorongan atau kemauan seseorang untuk melakukan aktivitas mengajar agar tujuan pembelajaran yang efektif dapat dicapai.

Maslow dalam Need Hierarchy Theory menyatakan bahwa kebutuhan dan kepuasan manusia bersifat jamak yaitu kebutuhan psikologis dan biologis berupa material. Maslow menggolongkan adanya lima kebutuhan manusia dalam (Hasibuan, 2003: 104).

Adapun tingkat kebutuhan manusia yang mendorong manusia untuk bekerja menurut Maslow adalah:


(57)

1. Kebutuhan fisik

Kebutuhan fisik adalah kebutuhan yang diperlukan untuk mempertahankan kelangsungan hidup seseorang seperti sandang, pangan, papan. Organisasi membantu individu dengan menyediakan gaji yang baik, keuntungan serta kondisi kerja untuk memuaskan kebutuhannya.

2. Kebutuhan akan keamanan dan keselamatan

Jika kebutuhan psikologis sudah sedikit terpenuhi maka kebutuhan ini dapat menjadi motivasi. Kebutuhan ini merupakan rasa aman dari kecelakaan dan keselamatan dalam melaksankan pekerjaan. Kebutuhan ini mengarah pada bentuk kebutuhan akan keamanan dan keselamatan jiwa di tempat kerja pada saat mengerjakan pekerjaan pada waktu jam-jam tertentu.

3. Kebutuhan Afiliasi

Kebutuhan afiliasi adalah kebutuhan sosial misalnya berteman, mencintai serta diterima dalam pergaulan lingkungan kerjanya. Manusia pada dasarnya selalu ingin hidup berkelompok dan tidak seorangpun manusia ingin hidup menyendiri. Kebutuhan ini terdiri dari:

a) Kebutuhan akan perasaan diterima oleh orang lain di tempat ia bekerja. b) Kebutuhan akan perasaan dihormati. Karena manusia merasa dirinya

penting. Serendah-rendahnya pendidikan dan kedudukan seseorang tetap merasa dirinya penting.

c) Kebutuhan akan perasaan kemajuan dan tidak sanggup menyenangi kegagalan. Kemajuan di segala bidang merupakan keinginan dan kebutuhan yang menjadi idaman setiap orang.


(58)

d) Kebutuhan akan perasaan ikut serta. Setiap karyawan akan merasa senang jika diikutkan dalam berbagai kegiatan dan mengemukakan saran atau pendapat pada pimpinan.

4. Kebutuhan akan penghargaan diri/status

Merupakan kebutuhan akan pengakuan serta penghargaan prestise dari karyawan dan masyarakat lingkungannya. Idealnya prestise timbul karena adanya prestasi, tetapi tidak selamanya demikian.

5. Kebutuhan aktualisasi diri

Kebutuhan aktualisasi diri dipenuhi dengan menggunakan kecakapan, kemampuan, ketrampilan, dan potensi optimal untuk mencapai prestasi kerja yang sangat memuaskan atau luar biasa yang sulit dicapai orang lain. Kebutuhan aktualisasi diri ini berbeda dengan kebutuhan lain dalam dua hal. Kebutuhan aktualisasi diri hanya dapat dipenuhi atas usaha individu itu sendiri. Aktualisasi diri berhubungan dengan pertumbuhan individu. Kebutuhan ini berlangsung terus-menerus terutama sejalan dengan meningkatnya jenjang karir seorang individu.

2.3.1. Faktor yang Mempengaruhi Tinggi Rendahnya Motivasi Kerja

Dalam kegiatan administrasi pendidikan motivasi kerja yang tinggi dari setiap personal yang terlibat didalamnya merupakan faktor yang memuaskan bagi tercapainya tujuan-tujuan pendidikan diantaranya:

1. Minat atau perhatian terhadap pekerjaan berpengaruh terhadap motivasi seseorang merasa bahwa minat atau perhatiannya sesuai dengan jelas sifat dan pekerjaan yang dilakukan maka akan meningkatkan motivasi kerjanya.


(59)

2. Faktor upah/gaji yang tinggi dipandang sebagai faktor yang dapat memepertinggi motivasi kerja.

3. Faktor status sosial dari pekerjaan dapat mempengaruhi motivasi kerja. Pekerjaan yang mendapat status sosial/posisi yang tinggi atau baik.

4. Tujuan yang mulia atau pekerjaan yang mengandung pengabdian merupakan faktor yang dapat memepertinggi motivasi kerja. Tujuan serta sifat pengabdian diri dalam suatu pekerjaan mengakibatkan terwujudnya pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya.

5. Faktor suasana kerja dan hubungan kemanusiaan yang lebih sehingga setiap orang merasa diterima dan dihargai dalam kelompoknya dapat memepertinggi motivasi kerja.

2.3.2. Ciri-ciri Motivasi Kerja

Menurut Sardiman (2005: 83) dalam buku interaksi dan motivasi belajar mengajar bahwa motivasi yang ada pada diri setiap orang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Tekun menghadapi tugas (dapat menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).

2. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). 3. Menunjukkan minat terhadap bermcam-macam masalah. 4. Lebih senang bekerja sendiri.

5. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif).


(60)

7. Tidak pernah mudah melepaskan hal yang diyakini. 8. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.

Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa seseorang yang memiliki motivasi kerja, memiliki ciri tersebut di atas. Apabila seseorang memiliki ciri-ciri tersebut, berarti orang itu memiliki motivasi yang cukup kuat. Ciri-ciri-ciri motivasi seperti itu akan sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar. Karena kegiatan belajar mengajar akan berhasil baik, kalau gurunya tekun melaksanakan pekerjaannya, ulet dalam memecahkan masalah dan hambatan secara mandiri. guru yang produktif tidak akan terjebak pada sesuatu yang rutinitas. Selain itu, juga harus berani mempertahankan pendapatnya kalau memang yakin dan rasional. Bahkan peka dan responsive terhadap berbagai masal’’h umum dan berpikir bagaimana cara pemecahannya. Kesimpulan yang dapat diambil dari motivasi kerja guru adalah dorongan bagi seorang guru untuk melakukan pekerjaan dalam kegiatan belajar mengajar tercapai agar tercapai tujuan sesuai rencana.

2.3.3. Motivasi Kerja Guru Ekonomi

Menurut Sardiman (2005: 83) dalam buku interaksi dan motivasi belajar mengajar bahwa, guru yang mempunyai motivasi adalah yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: Tekun menghadapi tugas (dapat menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai), ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa), menunjukkan minat terhadap bermcam-macam masalah, lebih senang bekerja sendiri, cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif, dapat


(61)

mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu, tidak pernah mudah melepaskan hal yang diyakini, senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal. Motivasi kerja guru ekonomi dalam hal ini adalah motivasi mengajar, yaitu suatu dorongan atau kemauan seseorang untuk melakukan aktivitas mengajar agar tujuan pembelajaran yang efektif dapat dicapai.

2.4. Kerangka Berpikir

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah untuk mengajar kebudayaan melewati generasi.

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah (peraturan pemerintah republik Indonesia Nomor 41 tahun 2009 tentang tunjangan profesi guru dan dosen, tunjangan kehormatan profesor bab 1 pasal 1).

Kinerja guru merupakan hasil yang dicapai oleh seorang guru dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya di sekolah sebagai pendidik


(62)

dan pengajar dalam rangka mencapai tujuan yaitu mewujudkan lulusan/prestasi belajar siswa yang optimal. Suyanto (2001: 10). Kinerja dikatakan baik dan memuaskan apabila tujuan yang dicapai sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Menurut Hasibuan (dalam mangkunegara, 2007: 17) bahwa kinerja guru dipengaruhi oleh beberapa aspek diantaranya adalah kepemimpinan dan motivasi.

Kepemimpinan Kepala Sekolah mempunyai peranan penting dalam meningkatkan kinerja guru. Dalam kepemimpinan yang baik maka suatu organisasi dapat mencapai tujuan dengan baik. Karena pemimpin merupakan motor penggerak bagi roda kegiatan administrasi suatu organisasi. Kepemimpinan akan membawa kearah mana suatu organisasi akan dibawa guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kemimpinan Kepala Sekolah yang baik akan menjadikan guru bekerja penuh semangat dan bertanggung jawab. Sehingga dapat diambil kesimpulan Kepala Sekolah adalah salah satu komponen pendidikan yang berpengaruh dalam meningkatkan kinerja guru.

Selain kepemimpinan Kepala Sekolah, motivasi juga mempunyai peranan penting dalam kegiatan mengajar. Motivasi merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, karena guru akan mengajar dengan sungguh-sungguh apabila memiliki motivasi yang tinggi. Dengan motivasi akan tumbuh dorongan untuk melakukan sesuatu dalam kaitannya dengan pencapaian tujuan.

Adapun tujuan dan manfaat dari motivasi menurut Sowatno (2001: 147), diantaranya sebagai berikut: mendorong gairah dan semangat kerja, meningkatkan


(63)

moral dan kepuasan kerja pegawai, meningkatkan produktifitas kerja pegawai, mempertahankan loyalitas dan kestabilan pegawai perusahaan, meningkatkan kedisiplinan dan menurunkan tingkat absensi pegawai, mengefektifan pengadaan pegawai menciptakan hubungan kerja dan suasana yang baik, meningkatkan kreatifitas dan partisipasi pegawai, meningkatkan kesejahteraan pegawai, mempertinggi rasa tanggung jawab karyawan terhadap tugas-tugasnya, menigkatkan efisiensi penggunaan alat-alat dan bahan baku, dan sebagainya.

Untuk memperjelas ketiga variabel tersebut dibawah ini digambarkan kerangka berpikir sebagai berikut:

H1 H3 H2 Gambar 2.2 Kerangka Berpikir

Kepemimpinan Kepala Sekolah: a. Kepribadian

b. Manajerial c. Kewirausahaan d. Supervisi e. Sosial

(Permendiknas) No. 13 Tahun 2007 Motivasi kerja guru:

a. Tekun menghadapi tugas b. Ulet menghadapi kesulitan c. Menunjukkan minat terhadap

bermacam-macam masalah d. Lebih senang bekerja mandiri e. Cepat bosan pada tugas-tugas yang

rutin

f. Dapat mempertahankan pendapatnya

g. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini

h. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.

(Sardiman 2006: 83)

Kinerja guru:

a. Pembuatan rencana pembelajaran b. Pelaksanaan

pembelajaran c. Pelaksanaan

evaluasi

(Undang-undang No.14 Tahun 2005)


(1)

Ca se Pr oce ss ing Su mmar y

20 10 0.0

0 .0

20 10 0.0

Va lid

Exclu deda

Tota l Ca se s

N %

Listwise de letion ba se d on a ll va ria bles in the proce du re . a.

Re liab ility Statis tic s

.91 2 .92 2 16

Cron ba ch's Alp ha

Cron ba ch's Alp ha Ba se d

on

Stan da rd ize d

Ite ms N of Ite ms

Hasil Uji Validitas dan Realibilitas Kinerja

Ite m-Total Statistics

24.2500 33.882 .864 .878 .936

25.0000 37.053 .584 .708 .954

24.4000 34.358 .878 .852 .936

24.5500 36.261 .851 .926 .940

24.5000 33.737 .761 .800 .944

24.6500 32.239 .889 .885 .935

24.8500 32.661 .868 .887 .936

24.8500 34.766 .821 .815 .939

52 53 54 55 56 57 58 59

Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Squared Multiple Correlation Cronbach's Alpha if Item

Deleted

Ca se Pr oc e ss ing Su mmar y

20 10 0.0

0 .0

20 10 0.0

Va lid

Exclu deda

To ta l Ca se s

N %

Listwise de letion ba se d on a ll va r ia bles in the pr oce du re . a.

Re liab ility Statis tic s

.94 7 .94 9 8

Cron ba ch's Alp ha

Cron ba ch's Alp ha Ba se d

on

Stan da rd ize d


(2)

Chart

Grafik Kepemimpinan Kepala Sekolah


(3)

(4)

Regression

Correlations

1.000 .817 .808

.817 1.000 .751

.808 .751 1.000

. .000 .000

.000 . .000

.000 .000 .

34 34 34

34 34 34

34 34 34

Kinerja Guru Kepemimpinan Kepala Sekolah Motivasi kerja Kinerja Guru Kepemimpinan Kepala Sekolah Motivasi kerja Kinerja Guru Kepemimpinan Kepala Sekolah Motivasi kerja Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N Kinerja Guru Kepemimpi nan Kepala

Sekolah Motivasi kerja

M odel Summaryb

.869a .754 .738 2.48370 .000

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of

the Estimate Sig. F Change Change Statistics

Predictors: (Constant), Motivasi kerja, Kepemimpinan Kepala Sekolah a.

Dependent Variable: Kinerja Guru b.

ANOVAb

587.150 2 293.575 47.590 .000a

191.232 31 6.169

778.382 33 Regression Residual Total Model 1 Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), Motivasi kerja, Kepemimpinan Kepala Sekolah a.

Dependent Variable: Kinerja Guru b.


(5)

Coefficietns

a

Model 1

(Constant) X1 X2 Unstandardized

Coefficients

B 2.623 .116 .199

Std. Error 2.951 .032 .060

Standardized Coefficients Beta .481 .447

T .889 3.569 3.320

Sig. .381 .001 .002

Correlations Zero-order .817 .808

Partial .540 .512

Part .318 .296

Collinearity Statistics Tolerance .437 .437

VIF 2.291 2.291

a Dependent Variable: Y

Charts

Histogram

Dependent variabel: Kinerja Guru

Normal P-P Plot of Regression Standarized

Residual


(6)

Dependent Variable: Kinerja Guru

Scatterplot