Sifat-sifat Pemimpin Fungsi Kepala Sekolah

1. Kepemimpinan melibatkan orang lain. Kepemimpinan tidak bisa berdiri sendiri tapi harus ada yang terlibat didalamnya, baik sebagai karyawan atau pengikut yang akan menerima pengarahkan dari pimpinan. 2. Kepemimpinan mengharuskan distribusi kekuasaan. Dalam kepemimpinan, seorang pemimpin tidak seharusnya memegang kekuasaan secara penuh, tetapi ia harus membagi-bagikan kekuasaannya dengan anggota kelompok di bawahnya. Sekalipun demikian, ia tetap mempunyai kekuasaan lebih besar daripada yang lainnya. 3. Kepemimpinan harus mempunyai pengaruh. Tanpa pengaruh, kepemimpinan tidak akan berarti apa-apa. Pemimpin yang memiliki kemampuan mempengaruhi kemampuan anggota kelompoknya akan lebih mudah mengarahkan merka ke arah tujuan yang ingin dicapai. 4. Kepemimpinan berkaitan dengan nilai. Dengan kata lain bahwa seorang pemimpin haruslah bermoral, pemimpin yang mengenyampingkan aspek moral dalam kepemimpinannya cenderung akan bersikap melanggar aturan dan etika-etika yang ada. Sebuah sekolah tidak lepas dari adanya peran seorang pemimpin. Untuk itu bisa dikatakan suksesnya sebuah sekolah tergantung seberapa besar kapasitas seorang pemimpinnya. Sekolah akan berkembang jika seorang pemimpin mampu mewujudkan tujuan sekolah menjadi kenyataan.

2.2.5. Sifat-sifat Pemimpin

Kepribadian Kepala Sekolah sebagai leader akan tercermin dalam sifat-sifat: 1. Jujur. 2. Percaya diri. 3. Tanggung jawab. 4. Berani mengambil resiko dan keputusan. 5. Berjiwa besar. 6. Emosi yang stabil. 7. Teladan. Pengetahuan Kepala Sekolah terhadap tenaga kependidikan akan tercermin dalam kemampuan: 1. Memahami kondisi tenaga kependidikan. 2. Memahami kondisi dan dan karakteristik peserta didik. 3. Menyusun program pengembangan tenaga kependidikan. 4. Menerima masukan, saran dan kritikan dari berbagai pihak untuk meningkatkan sekolah. Pemahaman terhadap visi dan misi sekolah akan tercermin dari kemampuannya untuk: 1. Mengembangkan visi sekolah. 2. Mengembangkan misi sekolah. 3. Melaksanakan program untuk mewujudkan visi dan misi ke dalam tindakan. Kemampuan mengambil keputusan akan tercermin dari kemempuannya dalam: 1. Mengambil keputusan bersama tenaga kependidikan di sekolah. 2. Mengambil keputusan untuk kepentingan internal sekolah. 3. Mengambil keputusan untuk kepentingan eksternal sekolah. Kemampuan berkomunikasi akan tercermin dari kemampuannya untuk: 1. Berkomunikasi secara lisan dengan tenaga kependidiakn di sekolah. 2. Menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan. 3. Berkomunikasi secara lisan dengan peserta didik. 4. Berkomunikasi secara lisan dengan orang tua dan masyarakat sekitar lingkungan sekolah.

2.2.6. Fungsi Kepala Sekolah

Dinas Pendidikan telah menetapkan bahwa Kepala Sekolah harus mampu melaksanakan pekerjaannya sebagai edukator, manajer, administrator dan supervisor. ,Dalam perkembangan selanjutnya, sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan jaman, Kepala Sekolah harus mampu berperan sebagai leader, innovator, dan motivator di sekolahnya. Mulyasa 2004: 98 fungsi Kepala Sekolah adalah sebagai berikut : 1. Kepala Sekolah sebagai edukator Pendidik Dalam melakukan fungsinya sebagai edukator, Kepala Sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan di sekolahnya. Menciptakan iklim sekolah yang kondusif, memberikan nasihat kepada warga sekolah, memberikan dorongan kepada seluruh tenaga kependidikan, serta melaksanakan model pembelajaran yang menarik, seperti team teaching, moving class, dan mengadakan program akselerasi acceleration bagi peserta didik yang cerdas di atas normal. Sumidjo dalam mulyasa 1999: 122 mengemukakan bahwa memahami arti pendidik tidak cukup berpergang pada konotasi yang terkandung dalam definisi pendidik, melainkan harus dipelajari keterkaitannya dengan makna pendidikan, sarana pendidikan, dan bagaimana strategi pendidikan itu dilaksanakan. Untuk kepentingan tersebut, Kepala Sekolah harus berusaha menanamkan, memajukan dan meningkatkan sedikitnya empat macam nilai, yakni pembinaan mental, moral, fisik, dan artistik. Pembinaan mental yaitu membina para tenaga kependidikan tentang hal- hal yang berkaitan dengan sikap batin dan watak. Dalam hal ini, Kepala Sekolah harus mampu menciptakan iklim yang kondusif agar setiap tenaga kependidikan dapat melaksanakan tugas dengan baik, secara proporsional. Pembinaan moral yaitu membina para tenaga kependidikan tentang hal-hal yang berkaitan dengan ajaran baik buruk mengenai suatu perbuatan, sikap dan kewajiban sesuai dengan tugas masing-masing tenaga kependidikan. Pembinaan fisik yaitu membina para tenga kependidikan tentang hal-hal yang berkaitan dengan kondisi jasmani atau badan, kesehatan dan penampilan mereka secara lahiriah. Pembinaan artistik yaitu membina tenaga kependidikan tentang hal-hal yang berkaitan dengan kepekaan manusia terhadap seni dan keindahan. Hal ini biasanya dilakukan melalui kegiatan karyawisata yang bisa dilakukan setiap akhir tahun pelajaran. Sebagai edukator Kepala Sekolah harus senantiasa berupaya meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh para guru. Dalam hal ini faktor pengalaman akan sangat mempengaruhi profesionalisme Kepala Sekolah, terutama dalam mendukung terbentuknya pemahaman tenaga kependidikan terhadap pelaksanaan tugasnya. Pengalaman semasa menjadi guru, menjadi wakil Kepala Sekolah, atau menjadi anggota organisasi kemasyarakatan sangat mempengaruhi kemampuan Kepala Sekolah dalam melaksanakan pekerjaannya, demikian halnya pelatihan dan penataran yang pernah diikutinya. 2. Kepala Sekolah sebagai manajer Manajemen pada hakekatnya merupakan suatu proses merencanakan, mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan usaha para anggota organisasi serta mendayagunakan seluruh sumber daya organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai manajer, Kepala Sekolah harus memiliki strategi sebagai berikut: 1. Memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerja sama atau koopertif dimaksudkan bahwa dalam peningkatan profesionalisme tenaga kependidikan di sekolah, Kepala Sekolah bafus memntingkan kerja sama dengan tenaga kependidiakan dan pihak lain yang terkait dalam melaksanakan setiap kegiatan. 2. Memberi kesempatan kepada para tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya, sebagai manajer Kepala Sekolah harus meningkatkan profesi secara persuasif dan dari hati ke hati. Dalam hal ini, Kepala Sekolah harus bersikap demokratis dan memberikan kesempatan kepada seluruh tenaga kependidikan untuk mengembangkan potensinya secara optimal. Misalnya memberi kesempatan kepada bawahan untukmeningkatkan profesinya melalui berbagai penataran dan lokakarya sesuai dengan bidangnya masing- masing. 3. Mendorong keterlibatan seluruh tenagakependidikan, dimaksudkan bahwa Kepala Sekolah harus berusaha untuk mendorong keterlibatan semua tenaga kependidiakan dalam setiap kegiatan di sekolah partisipatif. Dalam hal ini Kepala Sekolah bisa berpedoman pada asas tujuan, asas keunggulan, asas mufakat, asas kesatuan, asas persatuan, asas empirisme, asas keakraban, dan asas integritas. 3. Kepala Sekolah sebagai administrator Kepala Sekolah sebagai administrator memiliki hubungan yang sangat erat dengan berbagai aktivitas pengelolaan administrasi yang bersifat pencatatan, penyusunan dan pendokumenan seluruh program sekolah. Secara spesifik, Kepala Sekolah harus memiliki kemampuan untuk mengelola kurikulum, mengelola administrasi peserta didik, mengelola administrasi personalia, mengelola administrasi sarana dan prasarana, mengelola administrasi kearsipan, dan mengelola administrasi keuangan. Kegiaran tersebut perlu dilakukan secara efektif dan efisien agar dapat meninjang produktivitas sekolah. Untuk itu, Kepala Sekolah harus mampu menjabarkan kemampuan di atas dalam tugas-tugas opersional. 4. Kepala Sekolah sekabagai supervisor Kegiatan utama pendidikan di sekolah dalam rangka mewujudkan tujuannya adalah kegiatan pembelajaran, sehingga seluruh aktivitas organisasi sekolah bermuara pada pencapaian efisiensi dan efektivitas pembelajaran. Oleh karena itu, salah satu tugas Kepala Sekolah adalah sebagai supervisor, yaitu menyupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kependidikan. Sergio dan starrat 1993 menyatakan bahwa “supervixion is a process designed to help teacher and supervisor learn more about therir practice; to better able to use theri knowledge and skills to better serve parrents and schools; and to make the school a more effective learning com munity”. Yang artinya bahwa supervisi merupakan suatu proses yang dirancang secara khusus untuk membantu para guru dan supervisor dalam mempelajari tugas sehari-hari di sekolah, agar dapat menggunakan pengetahuan dan kemampuannya untuk memberikan layanan yang lebih baik pada orang tua peserta didik dan sekolah, serta berupaya menjadikan sekolah sebagai masyarakat belajar yang lebih efektif. Pengawasan dan pengendalian yang dilakukan Kepala Sekolah terhadap tenaga kependidikannya khususnya guru, disebut supervisi klinis, yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan profesional guru dan meningkatkan kualitas pembelajaran melalui pembelajaran yang efektif. Salah supervisi akademik yang populer adalah supervisi klinis, yaitu memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. Supervisi diberikan berupa bantuan bukan perintah, sehinnga inisiatif tetap berada di tangan tenaga kependidikan. 2. Aspek yang disupervisi berdasarkan usul guru, yang dikaji bersama Kepala Sekolah sebagai supervisor untuk dijadikan kesepakatan. 3. Instrumen dan metode observasi dikembangkan bersama oleh guru dan Kepala Sekolah. 4. Mendiskusikan dan menafsirkan hasil pengamatan dengan mendahulukan interprestasi guru. 5. Supervisi dilakukan dalam suasana terbukan secara tatap muka, dan supercisor lebih banyak mendengarkan serta menjawab pertanyaan guru daripada member saran dan pengarahan. 6. Supervisi klinis sedikitnya memiliki tiga tahap, yaitu pertemuan awal, pengamatan, dan umpan balik. 7. Adanya penguatan dan umpan balik dari Kepala Sekolah sebagai supervisor terhadap perubahan perilaku guru yang positip sebagai hasil pembinaan. 8. Supervisi dilakukan secara berkelanjutan untuk meningkatkan suatu keadaan dan memecahkan suatu masalah. 5. Kepala Sekolah sebagai leader Kepala Sekolah sebagai leader harus mampu memberikan petunjuk dan pengawasan, meningkatkan kemauan tenaga kependidikan, membuka komunikasi dua arah, dan mendelegasikan tugas. Wahjosumijo 1999: 110 mengemukakan bahwa Kepala Sekolah sebagai leader harus memiliki karakteristik khusus yang mencakup kepribadian, keahlian dasar, pengalaman dan pengetahuan profesional, serta pengetahuan administrasi dan pengawasan. Kemampuan Kepala Sekolah yang harus diwujudkan Kepala Sekolah sebagai leader dapat dianalisis dari kepribadian, pengetahuan terdadap tenaga kependidikan, visi dan misi Kepala Sekolah, kemampuan mengambil keputusan, dan kemampuan berkomunikasi. 6. Kepala Sekolah sebagai inovator Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai inovator, Kepala Sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan, mencari gagasan baru, mengintegrasikan setiap kegiatan, memberikan teladan kepada seluruh tenaga kependidikan di sekolah, dan mengembangkan model-model pembelajaran yang inovatif. Kepala Sekolah sebagai inovator akan tercermin dari cara-cara ia melakukan pekerjaannya secara konstruktif, kreatif, delegatif, integratif, rasional dan objektif, pragmatis, keteladanan, disiplin, serta adaptabel dan fleksibel. 1. Konstruktif, kepala sekoalah harus berusaha mendorong dan membina setiap tenaga kependidikan agar dapat berkembang secara optimal dalam melakukan tugas-tugas yang diembankan kepada masing-masing tenaga kependidikan. 2. Kreatif, Kepala Sekolah harus mencari gagasan dan cara-cara baru dalam melaksanakan tugasnya. 3. Delegatif, Kepala Sekolah harus barusaha mendelegatifkan tugas kepada tenaga kependidikan sesuai dengan deskripsi tugas, jabatan serta kemampuan masing-masing. 4. Integratif, Kepala Sekolah harus berusaha mengintergasikan semua kegiatan sehingga dapat menghasilkan sinergi untuk mencapai tujuan sekolah secara efektif, efisien dan produktif. 5. Rasional dan objektif, Kepala Sekolah harus bertindak berdasarkan pertimbangan rasio dan objektif. 6. Pragmatis, dimaksudkan bahwa dalam meningkatkan profesionalisme tenaga kependidiakn di sekolah, Kepala Sekolah harus berusaha menetapkan kegiatan atau target berdarsarkan kondisi dan kemampuan yang dimiliki sekolah. 7. Adaptabel dan fleksibel, Kepala Sekolah harus mampu beradaptasi dan fleksibel dalam menghadapi situasi baru, sera berusaha menciptakan situasi kerja yang menyenangkan dan memudahkan para tenaga kependidikan untuk berdaptasi dalam melaksanakan tugasnya. 7. Kepala Sekolah sebagai motivator Sebagai motivator, Kepala Sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberikan motivasi pada para tenaga kependidikan dalam melakukan berbagai tugas dan fungsinya. Motivasi ini dapat ditumbuhkan melaluai pengaturan lingkungan fisik, pengaturan suasana kerja, disiplin, dorongan, penghargaan secara efektif, dan penyediaan berbagai sumber belajar melalaui pengembangan pusat sumber belarar PSB.

2.2.7. Tanggung Jawab Kepala Sekolah