Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Guru adalah figur manusia yang menempati posisi dan memegang peran penting dalam pendidikan. Ketika semua orang mempersoalkan masalah dunia pendidikan, figur guru pasti terlibat dalam agenda pembicaraan terutama yang menyangkut persoalan pendidikan formal di sekolah. Pendidik atau guru merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Hal tersebut tidak dapat disangkal karena lembaga pendidikan formal adalah dunia kehidupan guru. Sebagian besar waktu guru ada di sekolah, sisanya ada di rumah dan di masyarakat Djamarah, 2000: 105. Guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial dibidang pembangunan, sehingga guru ditantang untuk menciptakan pembelajaran yang menantang, menggairahkan dan menyenangkan bagi peserta didik Mulyasa, 2005: 125. Kehadiran guru dalam proses pembelajaran di sekolah masih tetap memegang peranan penting. Peran tersebut belum dapat diganti atau diambil alih oleh apapun, hal ini disebabkan masih banyak unsur manusiawi yang tidak dapat diganti oleh unsur lain. Guru merupakan faktor yang sangat dominan dan paling 1 penting dalam pendidikan formal pada umumnya karena bagi siswa, guru sering dijadikan tokoh teladan bahkan menjadi tokoh identifikasi diri Wijaya dan Rusyan, 1994. Guru sebagai pendidik harus mempunyai kemampuan yang meliputi penguasaan materi pelajaran, penguasaan profesional keguruan dan pendidikan, penguasaan cara-cara menyesuaikan diri dan berkepribadian untuk melaksanakan tugasnya, disamping itu guru harus merupakan pribadi yang berkembang dan bersifat dinamis. Hal ini sesuai dengan Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban menciptakan suasana pendidikan yang menyenangkan, kreatif, dinamis dan dialogis, mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan, memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya. Kinerja guru adalah usaha yang harus dicapai guru dalam suatu organisasi sekolah sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan, tidak melanggar hukum sesuai dengan moral Suyanto, 2001: 10. Kepuasan dalam menjalankan tugas merupakan aspek penting bagi kinerja atau produktivitas seseorang, hal ini disebabkan karena sebagian besar waktu guru digunakan untuk bekerja. Pada umumnya pekerjaan guru dibagi dua yakni pekerjaan berhubungan dengan tugas- tugas mengajar, mendidik dan tugas-tugas kemasyarakatan sosial. Di lingkungan sekolah, guru mengemban tugas sebagai pengajar dan pendidik. Sebagai pengajar, guru memberikan pengetahuan kognitif, sikap dan nilai afektif, dan keterampilan psikomotorik. Guru memiliki tugas dan tanggung jawab moral yang besar terhadap keberhasilan siswa, namun guru bukanlah satu-satunya faktor penunjang keberhasilan siswa. Faktor lain yang tidak kalah penting adalah faktor perangkat kurikulum, faktor siswa sendiri, faktor dukungan masyarakat dan faktor orang tua sementara sebagai pendidik, guru harus mendidik siswanya untuk menjadi manusia dewasa. Guru tidak mungkin dapat mewujudkan kinerjanya dengan optimal tanpa dukungan dari pihak lain termasuk siswa, orang tua, pemerintah dan masyarakat luas Tilaar, 2002: 329. Salah satu hal yang patut dipertimbangkan adalah bagaimana upaya untuk meningkatkan kualitas guru adalah dengan cara meningkatkan kepuasan kerjanya, sebab dengan kepuasan guru yang meningkat maka guru akan berusaha untuk meningkatkan profesi dan mutunya dengan demikian diharapkan keberhasilan pendidikan akan tercapai. Kepuasan kerja guru itu bisa dilaksanakan dengan beberapa cara diantaranya adalah kepemimpinan kepala sekolah yang baik, bisa pula kepuasan ditingkatkan menggunakan faktor motivasi terutama motivasi prestasi guru, karena tugas guru menyangkut keberhasilan siswa yang merupakan keberhasilan pendidikan. Kepala Sekolah merupakan salah satu komponen yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan Mulyasa, 2004: 24. Kepala Sekolah diangkat untuk menduduki jabatan yang bertanggung jawab mengkoordinasikan upaya bersama mencapai tujuan pendidikan. Kepala Sekolah adalah orang yang berada di garis terdepan yang mengkoordinasikan upaya meningkatkan pembelajaran yang bermutu. Kepemimpinan Kepala Sekolah memilki peran yang sangat menentukan bagi keberhasilan sekolah.Kepemimpinan Kepala Sekolah yang baik harus mengupayakan peningkatan kinerja guru melalui program pembinaan kemampuan tenaga kependidikan. Oleh karena itu, Kepala Sekolah harus mempunyai kepribadian atau sifat dan kemampuan untuk memimpin sebuah lembaga pendidikan. Dalam peranannya sebagai seorang pemimpin, Kepala Sekolah harus dapat memperhatikan kebutuhan dan perasaan orang-orang yang bekerja sehingga kinerja guru selalu terjaga. Disamping itu kepala sekoalah juga dituntut untuk melakukan fungsinya sebagai manajer dalam meningkatkan proses pembelajaran dengan melakukan supervisi kelas, pembinaan dan memberikan saran-saran positif kepada guru demi meningkatkan kinerja guru. Witziers Hoy, 1997; Vail, 2005 dari University of University of Minnesota dalam jurnal penelitiannya mengatakan bahwa kepemimpinan Kepala Sekolah merupakan faktor yang paling kuat untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai oleh sekolah sehingga tercipta suatu sikap yang positif bagi guru dan dapat meningkatkan prestasi siswa. Kondisi tersebut sama halnya yang terjadi di Indonesia bahwa masih banyak penyimpangan yang dilakukan oleh guru seperti yang telah dijelaskan di atas. Oleh karena itu mereka melakukan penelitian tentang “Teacher Perceptions of The Influence of Principal Instructional eadership on School Culture ” yang pokok bahasan utamanya adalah mengenai persepsi tindakan Kepala Sekolah terhadap sekolah. Faktor lain yang juga berpengaruh terhadap kinerja guru adalah motivasi. Motivasi berasal dari kata latin “movere” yang berarti “dorongan atau daya penggerak”. Motivasi atau motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk mencapai tujuan tertentu Sardiman, 2007: 73. Penelitian Bishay 1996 yang berjudul “Teacher Motivation And Job Satisfaction” yang pokok bahasannya mengenai kuat dan lemahnya motivasi guru untuk mengajar siswa berpengaruh terhadap besar kecilnya prestasi yang diraih siswa. Guru sebagai pendidik dituntut mempunyai motivasi atau dorongan yang tinggi untuk mengajar. Motivasi merupakan faktor yang dominan mempengaruhi guru untuk meningkatkan kinerja, karena motivasi merupakan dorongan secara internal maupun eksternal. Menurut Sardiman 2007:85 motivasi memiliki tiga fungsi yaitu: mendorong manusia untuk berbuat, menetukan arah perbuatan yaitu kearah tujuan yang akan tercapai, menyeleksi perbuatan yaitu dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan-tujuan tersebut. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan Kepala Sekolah dan motivasi kerja guru akan berpengaruh secara psikologis terhadap kinerja guru. Guru yang puas dengan kepemimpinan Kepala Sekolah dan motivasi kerjanya tinggi maka akan bekerja dengan sungguh-sungguh yang akhirnya membuat produktivitas kerja guru meningkat. Berdasarkan observasi yang dilakukan dengan guru-guru selain guru ekonomi di SMA Negeri 3 Kota Tegal, SMA Negeri 4 Kota, SMA Muhammadiyah Tegal dan SMA NU Tegal dengan mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas dapat dilihat ada beberapa guru yang mempunyai kinerja yang kurang optimal. Hal ini dikarenakan adanya guru yang tidak mengadakan persiapan dalam KBM sehingga siswa kurang optimal dalam menerima pelajaran dan dalam mengajar ada beberapa guru yang tidak menggunakan media yang bervariasi sehingga menimbulkan rasa bosan pada siswa dalam menerima pelajaran. Guru ekonomi belum optimal dalam menggunakan metode pembelajaran yang modern, seperti penggunaan media pembelajaran OHP, Laptop, komputer. Disamping itu, masih ada beberapa guru dalam membuat perencanaan pembelajaran kurang mengadakan koordinasi dengan guru sejenis sehingga kadang tidak sesuai dengan program kurikulum yang ada. Raj 2008 dalam jurnal penelitiannya mengatakan bahwa kepemimpinan Kepala Sekolah yang baik harus mempunyai tanggung jawab yang tinggi melalui program pembinaan kemampuan tenaga kependidikan dan Kepala Sekolah direkomendasikan harus dapat menguasai kurikulum dan dapat menasehati atau memberi bantuan kepada guru. Laeli dalam penelitiannya berjudul ”Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja Guru di SMK Negeri 1 Purbalingga” menyimpulkan ada pengaruh yang signifikan antara supervisi Kepala Sekolah dan motivasi kerja terhadap kinerja guru di SMK Negeri 1 Purbalingga. Dari tolak titik di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “PENGARUH PERSEPSI KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA GURU EKONOMI SMA KOTA TEGAL ”

1.2. Rumusan Masalah