TAFSIR AYAT-AYAT EKONOMI AL-QUR’AN digunakan untuk menolong dan meringankan beban orang lain.

96 TAFSIR AYAT-AYAT EKONOMI AL-QUR’AN digunakan untuk menolong dan meringankan beban orang lain.

  Jika institusi tersebut tidak ada, dikhawatirkan manusia akan terjerumus ke dalam sifat-sifat rakus, tamak dan senang mengumpul-ngumpulkan harta.

  Di dalam Alquran, Allah SWT telah mengingatkan umat Muhammad untuk berhati-hati terhadap harta. Di dalam Q.S Al-Takasur ayat 1-4, Allah SWT berfirman:

  t∃ôθy™ ξx. §ΝèO ∩⊂∪ tβθßϑn=÷ès? š’ôθy™ ξx. ∩⊄∪ tÎs)yϑø9 ãΛänö‘ã— 4©®Lym ∩⊇∪ ãèOs3−G9 ãΝä39yγø9r ∩⊆∪ tβθßϑn=÷ès?

  1. Bermegah-megahan Telah melalaikan kamu,

  2. Sampai kamu masuk ke dalam kubur.

  3. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu),

  4. Dan janganlah begitu, kelak kamu akan Mengetahui. Para mufassir memahami kata al-takasur pada ayat di atas dalam

  arti harta (al-amwal) dan anak (al-awlad). Tafsir ayat di atas adalah, manusia disibukkan dan dilalaikan oleh harta dan anak-anak atau sesuatu yang menyenangkannya di dalam kehidupan dunia. Selanjutnya, larutnya manusia dalam taksir al-‘iddah (meningkatkan kuantitas harta) membuatnya lalai dari mengingat Allah dan beribadah kepadanya. 24

  Bint Syathi’ memulai menafsirkan ayat ini dengan mengatakan, al-lahwu menurut bahasa adalah apa yang melalaikan manusia. mungkin asal penggunaannya al-lahwah, apa yang dilemparkan penggiling ke mulut penggilingan, dan menyibukkannya, sehingga ia berputar. Ayat di atas menjelaskan bahwa kelalaian di dalamnya karena berlebih- lebihan. Secara bahasa, ia adalah interaksi dari al-kasrah (banyak) lawan al-qillah (sedikit) dan bertambahnya jumlah. Pendapat Al-Asfahani di dalam Mufradat, al-qillah dan al-kasrah digunakan untuk kuantitas

  24 Thabattabha’i, Al-Mizan fi Tafsir Al-Qur’an, Vol 15-20, Qum Al-Muqaddasah, Mansyurat Jama’at Al-Mudarrisin fi al-hauzat al-‘Ilmiyyah, h.351

  TAFSIR AYAT-AYAT EKONOMI AL-QUR’AN

  terperinci, seperti bilangan. Sebagaimana al-‘izham (besar) dan al- sighar (kecil) digunakan bagi tubuh. 25

  Sebagaimana yang telah disebut di muka, Bint Syathi’ juga mengatakan al-takastur di dalam ayat di atas bermakna harta benda dan anak- anak. Khitab seruan ayat ini adalah untuk siap saja yang lalai karena rakus, tamak dan loba akan perhisan dunia, berupa harta dan anak- anak, meskipun kekhususan sebab tentang di mana ayat turun. 26

  Yunan Yusuf dalam tafsirnya menuliskan, salah satu perbuatan yang merusak kehidupan manusia adalah saling bermegah-megah dan saling membangga-banggakan kehebatan sendiri, sehingga melalaikan seseorang dari perbuatan utama dan mulia yang semestinya ia kerjakan. Apa yang dibangga-banggakan itu ? bisa jadi anak keturunan, harta benda, pangkat dan jabatan, ilmu dan pengetahuan yang dimiliki. 27

  Akibat dari berbangga-bangga itu manusia lalai dari tugas hidup dan tujuan yang hendak dicapai. Terlalai dari jalan yang harus ditempuh agar selamat hidup baik di dunia maupun di akhirat. Terlengah dari arti dan makna perbuatan yang mengantarkan manusia kepada kehormatan dan kemuliaan. Bahkan terlalai dari pengabdian kepada Allah Tuhan Yang Maha Kuasa yang menciptakan manusia itu sendiri.

  Pada ayat yang lain, tepatnya pada surah al-Lumazah ayat 1-4 Allah SWT berfirman:

  …çνts÷{r ÿ…ãs!tΒ ¨βr Ü=|¡øts† ∩⊄∪ …çνyŠ£‰tãuρ ZωtΒ yìuΗsd “Ï©! ∩⊇∪ >οt“yϑ—9 ;οt“yϑèδ Èe≅à6Ïj9 ×≅÷ƒuρ ∩⊆∪ ÏπyϑsÜçtø: ’Îû ¨βx‹t6.⊥ãŠs9 ( ξx. ∩⊂∪

  1. Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela,

  2. Yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitung [1600] ,

  3. Dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengkekalkannya,

  25 Aisyah Abdurrahman, Tafsir Bintusy –Syathi’, Bandung, Mizan, 1996, h. 320 26 Ibid. h. 322-323. 27 Yunan Yusuf, Tafsir Juz ‘Amma: AS-Siraju al-Wahhaj, Jakarta, Az-Zahrah-