TAFSIR AYAT-AYAT EKONOMI AL-QUR’AN QS. Thaha:6

32 TAFSIR AYAT-AYAT EKONOMI AL-QUR’AN QS. Thaha:6

  ∩∉∪ 3“u©Y9 |MøtrB tΒuρ yϑåκs]÷t tΒuρ ÇÚö‘F{ ’Îû tΒuρ ÏN≡uθ≈yϑ¡¡9 ’Îû tΒ …çμs9

  6. Kepunyaan-Nya-lah semua yang ada di langit, semua yang di bumi, semua yang di antara keduanya dan semua yang di bawah tanah.

  T

  auhid adalah inti ajaran Islam, bahkan juga inti ajaran semua agama samawi. Para Nabi dan Rasul silih berganti di utus Allah ke muka bumi sesungguhnya bertugas untuk menyampaikan

  paham tauhid ini. Tauhid –dalam banyak tempat di tulis tawhid- merupakan kata benda kerja (verbal noun) sebuah derivasi atau tashrif dari kata-kata “wahid” yang artinya “satu” atau “esa.” Maka makna harfiah tauhid adalah “menyatukan,” atau “mengesakan.” Bahkan dalam makna generiknya juga digunakan untuk arti memper- satukan hal-hal yang terserak-serak atau terpecah-pecah, seperti peng- gunaan dalam bahasa Arab “tauhid al-kalimah” yang kurang lebih berarti “mempersatukan paham”, dan dalam ungkapan “tauhid al-quwwah,” berarti “mempersatukan kekuatan.” 1

  Dalam konteks penggunaan kata tauhid seperti di dalam ilmu kalam (Theologi) kata tauhid dimaknai dengan paham “me-Maha- Esa-kan Tuhan”, atau secara lebih sederhananya, paham “Ketuhanan Yang Maha Esa,” atau “Monoteisme”. Meskipun bentuk harfiah kata- kata “tauhid” itu sendiri tidak terdapat di dalam Alquran. Di dalam Alquran kita hanya menemukan kata “ahad” dan “wahid”. Kendati demikian, istilah tauhid sebagai istilah yang dirumuskan oleh para mutakallimin merupakan istilah yang sudah tepat dan dapat menggambarkan tentang konsep ketuhanan yang ingin diajarakan Alquran.

  Kajian ini tentu tidak bermaksud untuk membahas konsep tauhid seperti terdapat di dalam ilmu kalam atau Theologi. Juga tidak membahas bagaimana konsep tauhid di dalam Alquran. Di samping bukan pada

  1 Nurcholish Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban: Sebuah Tela’ah Kritis Tentang Keimanan, Kemanusiaan dan Keindonesiaan, Jakarta, Paramadina, 1992,

  h. 72

  TAFSIR AYAT-AYAT EKONOMI AL-QUR’AN

  tempatnya, hal ini juga bukan pekerjaan mudah. Jika konsep tauhid kita rujuk dengan melacak akar kata Allah, rabb, ilah dan kata-kata yang memiliki kedekatan makna, niscaya kita akan menemukan ribuan kata di dalam Alquran. Kata Allah saja seperti yang disebut Fazlur Rahman, jumlahnya lebih kurang 2500 kali di ulang di dalam Alquran. Tidak terhitung lagi kalau diikutkan kata rabb¸rahman, rahim, dan lainnya. 2

  Oleh sebab itu, pada bagian ini hanya membahas implikasi tauhid atau paham Ke-Esa-an Allah terhadap persoalan ekonomi. Satu hal yang perlu di catat, sebagaimana dijelaskan di bagian akhir pembahasan ini, pakar dan ahli ekonomi Islam tidak berbeda pendapat (khilaf) dalam

  menentukan tauhid sebagai asas atau prinsif ekonomi Islam. 3 Bahkan

  salah seorang pakar akuntansi Syari’ah, Prof. Sofyan Syafri Harahap (alm) kerap mengatakan, ekonomi Islam itu hakikatnya adalah sebuah aktivitas yang membawa Tuhan di dalam kehidupan ekonomi dan bisnis.

  Kendati demikian, satu hal yang perlu digaris bawahi adalah, tauhid sesungguhnya bukanlah sekedar sikap percaya kepada Allah. Jika tauhid dimaknai sebagai sikap sekedar percaya, maka kaum kuffar Makkah adalah mereka yang percaya kepada Allah bahkan sadar bahwa Allah-lah yang menciptakan langit dengan segala isinya. Di dalam Alquran surah Al-Zumar39:38 Allah berfirman:

  tβθããô‰s? ¨Β ΟçF÷ƒu™tsùr ö≅è 4 ª! ∅ä9θà)u‹s9 uÚö‘F{uρ ÏN≡uθ≈yϑ¡¡9 t,n=y{ ô⎯¨Β ΟßγtFø9r'y™ ⎦Í.s!uρ ö≅yδ >πyϑômtÎ ’ÎΤyŠu‘r ÷ρr ÿ⎯ÍνÎhàÑ àM≈xϱ≈x. £⎯èδ ö≅yδ AhÛØÎ ª! u’ÎΤyŠu‘r ÷βÎ) «! Èβρߊ ⎯ÏΒ

  ∩⊂∇∪ tβθè=Ïj.uθtGßϑø9 ã≅2uθtGtƒ Ïμø‹n=tã ( ª! z©É<ó¡ym ö≅è 4 ⎯ÏμÏGuΗ÷qu‘ àM≈s3Å¡ôϑãΒ ∅èδ

  2 Fazlur Rahman, Tema Pokok Al-Qur’an, terj. Anas Mahyuddin, Bandung: Pustaka Salman, 1993, h.

  3 Lihat lebih mendalam di dalam Isma’il Raji’ Al-Faruqi, Tauhid, terj. Rahmani Astuti, Bandung, Pustaka Salman, 1995, khususnya Bab XI tentang