TAFSIR AYAT-AYAT EKONOMI AL-QUR’AN al-iqtishad), harta atau sumber daya itu sesungguhnya terbatas dan
70 TAFSIR AYAT-AYAT EKONOMI AL-QUR’AN al-iqtishad), harta atau sumber daya itu sesungguhnya terbatas dan
keinginan atau syahwat (al-hajat, al-syahwat) manusia itu tidak ter- batas. 4
Adalah menarik bahwa Rafiq Yunus Al-Mishri juga mengulas pemikiran Baqir Shadr seperti yang terdapat di dalam magnum opusnya, Iqtishaduna. Menurutnya, Baqir Shadr menjadikan surah Ibrahim ayat 32-34 sebagai landasan pemikirannya.
z⎯ÏΒ ⎯ÏμÎ ylt÷zr'sù [™!tΒ Ï™!yϑ¡¡9 š∅ÏΒ tΑt“Ρruρ uÚö‘F{uρ ÏN≡uθ≈yϑ¡¡9 t,n=y{ “Ï©! ª! ãΝä3s9 t¤‚y™uρ ( ⎯ÍνÌøΒr'Î Ìóst7ø9 ’Îû y“ÌôftGÏ9 šù=àø9 ãΝä3s9 t¤‚y™uρ ( öΝä3©9 ]ø—Í‘ ÏN≡tyϑ¨V9 ∩⊂⊂∪ u‘pκ¨]9uρ Ÿ≅ø‹©9 ãΝä3s9 t¤‚y™uρ ( È⎦÷⎫t7Í←!yŠ tyϑs)ø9uρ }§ôϑ¤±9 ãΝä3s9 t¤‚y™uρ ∩⊂⊄∪ t≈yγ÷ΡF{ χÎ) 3 !yδθÝÁøtéB Ÿω «! |Myϑ÷èÏΡ (ρ‘‰ãès? βÎ)uρ 4 çνθßϑçGø9r'y™ tΒ Èe≅à2 ⎯ÏiΒ Νä39s?u™uρ ∩⊂⊆∪ Ö‘¤Ÿ2 ×Πθè=sàs9 z⎯≈|¡ΣM}
32. Allah-lah yang Telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, Kemudian dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezki untukmu; dan dia Telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu, berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan dia Telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai.
33. Dan dia Telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya); dan Telah menundukkan bagimu malam dan siang.
34. Dan dia Telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).
Menurut Baqir Shadr, ayat di atas menjelaskan bahwasanya Allah SWT telah menyiapkan bagi manusia di alam raya yang luas ini segala sesuatu yang memberikan kemaslahatan dan kemanfaatan.
4 Rafiq Yunus Al-Mishri, Al-Ijaz al-Iqtishadi h. 26
TAFSIR AYAT-AYAT EKONOMI AL-QUR’AN
Sumber daya alam ini sebenarnya cukup untuk memenuhi kebutuhan manusia. Sayangnya, manusia itu sendiri karena kekufuran dan kezalimannya membuatnya menjadi ingkar terhadap nikmat Allah SWT. Manusialah yang membuat hidupnya mejadi sulit. Baqir Shadr menyatakan manusialah sesungguhnya membuat kezaliman di dalam kehidupannya sendiri, mengingkari nikmat ketuhanan dan dua faktor inilah yang menimbulkan musykilat al-iqtishadiyyah di dalam kehidupannya.
Sampai di sini, Baqir Shadr memiliki paradigma yang berbeda dengan ahli-ahli ekonomi lainnya. Seperti yang sudah disebut di muka, peroblema ekonomi sesungguhnya adalah kelangkaan (al-nadir). Keinginan manusia tidak terbatas sedangkan sumber daya sangat terbatas. Akhirnya muncullah kelangkaan. Seolah-olah, sumber daya ini tidak dapat lagi memenuhi keinginan manusia. Akhirnya, manusia harus menggunakan pilihan rasionalnya di antara materi yang langka itu.
Sedangkan Baqir Shadr berbeda dalam melihat kelangkaan ini. Baginya, sumber daya alam ini tidak terbatas. Pada dasarnya tidak ada yang disebut dengan al-nadir (kelangkaan). Hanya saja, karena ketamakan dan keingkaran manusia kepada Allah, akhirnya muncullah kelangkaan. Dalam pandangan Baqir Sadr, Islam sama sekali tidak mengenal konsep sumber daya ekonomi yang terbatas, sebab alam semesta ini maha luas. Allah telah menciptakan alam semesta yang tiada terhingga luasnya, sehingga jika manusia mampu memanfaatkannya niscaya tidak akan pernah habis. Jangan-jangan sampai saat ini manusia baru mengelola hanya sebagian kecil dari sumber daya alam tersebut. Itupun masih terbatas di bumi ini saja. Padahal di luar bumi masih banyak terdapat planet dan galaksi lainnya. Sampai di sini, kekuatan ilmu dan tekhnologi untuk mengeksplorasi sumber daya alam tersebut menjadi sebuah keniscayaan.
Sampai di sini, tampak di dalam pikiran Baqir Sadr bertolak belakang dengan pemikiran yang berkembang dalam pemikiran ekonomi konvensional. Sungguh sumber daya tak terbatas. Sebaliknya, keinginan manusia terbatas. Tidak benar jika disebut keingian manusia tak berbatas. Keinginan manusia terhadap materi terbatas. Justru jika ia tidak membatasinya atau melanggar batas-batas yang telah digariskan, baik dalam konteks