TAFSIR AYAT-AYAT EKONOMI AL-QUR’AN di dunia ini, begitu juga dalam kehidupan rohani kita pada hari kemudian.

78 TAFSIR AYAT-AYAT EKONOMI AL-QUR’AN di dunia ini, begitu juga dalam kehidupan rohani kita pada hari kemudian.

  Adanya kesan, bahwa kalau hanya sedikit tidak berbahaya, kita dituntut untuk memikirkannya kembali baik-baik dari segala segi-seginya, segi

  sosial atau perorangan dalam arti jasmani dan rohani. 8 Demikian

  pula halnya dengan khamar yang penjelasan tentang ini sudah dipahami dan banyak dibahas khususnya di dalam buku-buku akhlak. Intinya perbuatan-perbuatan yang disebut pada ayat di atas tidak hanya menimbulkan kemudharatan bagi pelakunya pribadi tetapi dapat berimbas kepada orang lain, mulai dari keluarga sampai masyarakat pada umumnya.

  Ayat di atas menjadi menarik karena diujungnya Allah menegaskan, jauhilah perbuatan-perbuatan tersebut agar kamu mendapat kebahagiaan. Beberapa terjemahan Alquran mengartikan la’allakum tuflihun dengan “mudah-mudahan kamu mendapat keberuntungan.”

  Sebagaimana telah disebut di muka, kebahagiaan dan keberuntungan bukan hanya didapat di dunia, tetapi juga akan diperoleh di akhirat. Ayat-ayat berikut ini menjelaskan kebahagiaan baik dalam konteks dunia ataupun akhirat.

  Di dalam surah Al-A’la 87:14 Allah SWT berfirman:

  ∩⊇⊆∪ 4’ª1t“s? ⎯tΒ yxn=øùr ô‰s

  14. Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman),

  Ayat yang senada dengan itu juga ditemukan di dalam surah Asy-Syam91:9

  ∩®∪ yγ8©.y— ⎯tΒ yxn=øùr ô‰s

  9. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, Muhammad Abduh di dalam tafsirnya mengatakan, sungguh

  beruntunglah orang-orang yang membersihkan diri. Yaitu membersihkan dirinya dari perbuatan-perbuatan nista, yang puncaknya adalah kekerasan

  8 Ibid.,

  TAFSIR AYAT-AYAT EKONOMI AL-QUR’AN

  hati serta pengingkaran terhadap kebenaran. Kata aflaha, beruntung meraih kebahagiaan dunia dan akhirat, yang tak seorangpun dapat memperolehnya kecuali yang bersih dan suci qalbunya. 9

  Pada surah Asy-Syam ayat 9, Abduh mengatakan, sungguh telah beruntung siapa yang mensucikannya, yaitu orang yang mensucikan jiwanya dan meningkatkannya sehingga mampu mengaktifkan segala potensi dirinya secara optimal, baik dalam pemikiran maupun perbuatannya. Dan dengan demikian ia akan berhasil menebarkan segala kebaikan bagi dirinya sendiri maupun lingkungan sekitarnya.

  Ayat yang cukup populer kaitannya dengan aflah atau falah ini adalah seperti yang terdapat pada Q.S Al-Mu’minun 23:1-9

  Èθøó¯=9 Ç⎯tã öΝèδ t⎦⎪Ï©!uρ ∩⊄∪ tβθãèϱ≈yz öΝÍκÍEŸξ|¹ ’Îû öΝèδ t⎦⎪Ï©! ∩⊇∪ tβθãΖÏΒ÷σßϑø9 yxn=øùr ô‰s tβθÝàÏ≈ym öΝÎγÅ_ρãàÏ9 öΝèδ t⎦⎪Ï©!uρ ∩⊆∪ tβθè=Ïè≈sù Íο4θx.¨“=Ï9 öΝèδ t⎦⎪Ï©!uρ ∩⊂∪ šχθàÊÌ÷èãΒ 4©xötGö Ç⎯yϑsù ∩∉∪ š⎥⎫ÏΒθè=tΒ çöxî öΝåκ¨ΞÎsù öΝåκß]≈yϑ÷ƒr ôMs3n=tΒ tΒ ÷ρr öΝÎγÅ_≡uρø—r ’n?tã ωÎ) ∩∈∪ ∩∇∪ tβθãã≡u‘ öΝÏδωôγtãuρ öΝÎγÏF≈oΨ≈tΒL{ öΝèδ t⎦⎪Ï©!uρ ∩∠∪ tβρߊyèø9 ãΝèδ y7Íׯ≈s9'ρé'sù y7Ï9≡sŒ u™!u‘uρ ∩⊇⊃∪ tβθèOÍ‘≡uθø9 ãΝèδ y7Íׯ≈s9'ρé ∩®∪ tβθÝàÏùptä† öΝÍκÌE≡uθn=|¹ 4’n?tã öãφ t⎦⎪Ï©!uρ

  1. Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,

  2. (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam sembahyangnya,

  3. Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna,

  4. Dan orang-orang yang menunaikan zakat,

  5. Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya,

  6. Kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki [994] ; Maka Sesungguhnya mereka dalam hal Ini tiada terceIa.

  7. Barangsiapa mencari yang di balik itu Maka mereka Itulah orang- orang yang melampaui batas.

  9 Muhammad Abduh, Rahasia Juz ‘Amma : Tafsir Tradsional Muhammad Abduh, terj. Muhammad Bagir, Bandung: Karisma, 2007, h. 138