TAFSIR AYAT-AYAT EKONOMI AL-QUR’AN Dalam pandangan ini manusia adalah hamba yang tugas dan takdirnya

46 TAFSIR AYAT-AYAT EKONOMI AL-QUR’AN Dalam pandangan ini manusia adalah hamba yang tugas dan takdirnya

  adalah mengabdi kepada Tuhan, dan memenuhi kehendak Ilahi; yaitu mengaktualisasikan nilai dalam ruang dan waktu. 16

  Penjelasan Al-Faruqi yang penulis kutip di atas, cukup memberikan definisi apa yang dimaksud dengan tauhid itu sendiri. Berangkat dari perspektif ini, tidak ada perbedaan dikalangan ahli ekonomi Islam untuk menempatkan tauhid sebagai asas dan prinsif ekonomi Islam itu sendiri. Tauhid sejatinya hulu dari seluruh bangunan ekonomi Islam itu sendiri.

  Menurut Umar Chafra, batu fondasi keimanan Islam adalah tauhid, di mana konsep ini bermuara semua pandangan dunia dan strateginya. Tauhid mengandung pengertian bahwa alam semesta didesain dan diciptakan secara sengaja oleh Allah yang Maha Kuasa, yang bersifat esa dan unik, dan ia tidak terjadi karena suatu kebetulan atau accident. Segala sesuatu yang diciptakannya, pasti memiliki tujuan. Tujuan inilah yang akan memberikan arti dan signifikansi bagi jagat raya, di mana manusia merupakan salah satu bagiannya. Sesudah menciptakan jagad raya ini Allah tetap terlibat dalam segala urusannya dan senantiasa waspada dan mengawasi kejadian yang paling kecil sekalipun.

  Syed Nawab Heidar Naqvy ketika mengulas tauhid, mengatakan bahwa, tauhid merupakan konsep utama dalam keseluruhan ajaran Islam, di mana dalam pengertian absolut hanya berhubungan dengan Allah. Manusia bersifat teomorfis karenanya mencerminkan sifat- sifat ilahiyyah (ketuhanan) dalam semua manivestasi duniawinya. Tauhid merupakan konsep yang serba eksklusif sekaligus inklusif.

  Pada tingkat absolut ia membedakan Allah dan ciptaannya (khaliq dan makhluq) di mana memerlukan penyerahan tanpa syarat oleh semua makhluk kepada kehendaknya. (Q.S 12;40). Kemudian, seluruh aspek kehidupan manusia hanya ditujukan kepada Allah semata. Jadi tauhid merupakan dimensi vertikal Islam. Semua unsur dalam alam semesta dipadukan dan dipersatukan dalam bingkai ketaatan

  16 Ibid., h. 166

  TAFSIR AYAT-AYAT EKONOMI AL-QUR’AN

  kepada Allah. (Q,S. 6:162). Terkahir, tauhid memberikan suatu perspektif yang pasti yang menjamin proses pencarian kebenaran manusia pasti akan tercapai sepanjang menggunakan petunjuk dari Allah sendiri. (Q.S. 10:36).

  Tampaknya penjelasan tauhid sebagai asas ekonomi Islam yang cukup memuaskan diberikan oleh Masudul Alam Chowdhury. Beliau menyatakan prinsip ekonomi Islam yang paling utama adalah tawheed and brotherhood (tauhid dan persaudaraan). Secara literal tauhid berarti (men)satu (kan), namun dalam pengertian yang lebih luas hal ini menunjukkan aspek transendensi manusia terhadap Tuhan yang maha satu. Dalam konteks ekonomi, hal ini akan membawa implikasi adanya keharusan ekonomi untuk bertolak dan bersumber dari ajaran Allah, dilakukan dengan cara-cara yang ditentukan Allah, dan akhirnya ditunjukkan untuk ketaqwaan kepada Allah SWT. Persaudaraan mengandung pengertian hubungan antara sesama manusia yang dibingkai oleh rasa kasih sayang, tolong menolong dan keadilan.

  Dalam pandangan Islam, tauhid dan persaudaraan merupakan sebuah kesatuan integral. Sikap taqwa kepada Allah akan diikuti rasa persaudaraan kepada sesama, demikian sebaliknya, rasa persaudaraan sesama dibangun atas dasar ketakwaan kepada Allah. Dalam pengertian yang lebih luas, persaudaraan menggambarkan sifat kemanusiaan dari ekonomi Islam. Dengan demikian, ekonomi Islam akan memiliki dimensi ketuhanan dan kemanusiaan sekaligus.

  Tidak kalah menariknya adalah ungkapan Amiur Nuruddin di dalam pengantar bukunya, Dari Mana Sumber Hartamu ?. ia menuliskan:

  Tauhid adalah landasan filosofis yang paling fundamental bagi kehidupan manusia. Dalam perspektif dunia holistik, tauhid bukan hanya sekedar ajaran tentang kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, tetapi lebih jauh mencakup pengaturan sikap manusia terhadap Tuhan dan alam semesta. Aspek emansipatoris dari ajaran tauhid berfungsi membangun kualitas individu, sekaligus membina kualitas masyarakat. Tauhid bukan saja mengandung makna keyakinan tentang keesaan Allah (Q.S Al-Baqarah:163: al-Ikhlas:1-4), tetapi juga mencakup kepercayaan tentang “kesatuan penciptaan” (QS Al-An’am:102, AL-Ra’d:1g, Fathir:3, al-Zumar:62, dll), kesatuan