TAFSIR AYAT-AYAT EKONOMI AL-QUR’AN atau umat yang moderat. Dalam konteks ayat di atas, kelompok pertengahan

26 TAFSIR AYAT-AYAT EKONOMI AL-QUR’AN atau umat yang moderat. Dalam konteks ayat di atas, kelompok pertengahan

  adalah mereka yang dalam melaksanakan ajaran agamanya, tidak berlebihan dan tidak pula melalaikan.

  Kata-kata yang qasd dengan berbagai derivasinya juga ditemukan di dalam Q.S At-Taubah :42, dan Luqman:32. Di dalam hadis juga ditemukan pernyataan Nabi yang menggunakan kata al-qasd. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam At-Tirmizi, Rasulullah bersabda:

  Tingkah laku yang baik (al-samtu al-hasan), tidak tergesa-gesa (al- tu’adah) dan bersederhana (al-iqtishad) adalah satu bahagian dari

  24 bagian sifat-sifat kenabian (al-nubuwwah). Sunan At-Tirmizi Juz

  III abwab al-Birr wa as-Shilah. Di dalam riwayat yang lain, Nabi juga bersabda, tiga perkara

  yang menyelamatkan yaitu (a) takut kepada Allah SWT di waktu sunyi dan terang-terangan. (b) adil di waktu senang dan marah (c) sederhana (al-qasd) di waktu fakir dan kaya. Adapun tiga yang merusakkan diri (a) hawa nafsu yang diperturutkan (b) kikir yang ditaati dan (c) kekaguman (‘ujub) seseorang terhadap dirinya. Hadis riwayat Ath- Thabrani di dalam Al-Suyuti Al-Jami’ Al-Saghir Jil II.

  Penggunaan kata al-qasd di dalam hadis-hadis di atas juga mengandung arti sederhana, hemat dan moderat.

  Kontekstualisasi Ekonomi Islam

  Di dalam buku-buku ekonomi Islam yang berbahasa Arab, ditemukan istilah al-iqtishad yang diterjemahkan dengan ekonomi. Baqir Sahdr adalah contoh cendikiawan Islam awal yang telah melahirkan karya dalam bidang Ekonomi Islam. Buku itu berjudul Iqtishaduna yang artinya ekonomi kita. Sebelumnya Baqir Shadr telah menulis buku yang berjudul, Falsafatuna atau Filsafat kita. Para penulis ekonomi Islam kontemporer juga mengikuti jejak Shadr dan menulis buku dengan menggunakan kata al-iqtishad.

  Kata iqtishad jika di tambah dengan kata Islam, al-iqtishad al- islami atau islamiyyah, maka terjemahannya menjadi ekonomi Islam.

  TAFSIR AYAT-AYAT EKONOMI AL-QUR’AN

  Kata al-iqtishad sendiri berasal dari kata al-qasd yang bermakna bermaksud, menghendaki dan mengikuti. Dari kata ini, q-s-d terbentuklah kata al-iqtishad dan al-muqtashid yang mengandung arti penghematan dan tidak berlebih-lebihan.

  Ada yang menarik ketika Al-Isfahani menjelaskan makna al- iqtishad itu dengan merujuk firman Allah surah al-Furqan ayat 67.

  ∩∉∠∪ YΒuθs šÏ9≡sŒ š⎥÷⎫t tβŸ2uρ (ρçäIø)tƒ öΝs9uρ (θèùÌó¡ç„ öΝs9 (θà)xΡr !sŒÎ) t⎦⎪Ï©!uρ

  67. Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.

  Al-Maraghi ketika mengomentari ayat di atas, menyatakan bahwa pada ayat sebelumnya (ayat 63-66) Allah menjelaskan karakteristik ’ibad al-rahman yang salah satunya adalah apa bila berinfaq mereka tidak terjerumus menjadi orang-orang yang mubazir. Mereka tidak mengeluarkan infaqnya melampaui kebutuhan. Mereka tidak royal dan tidak pula berlebihan sehingga memberikan apa yang sesungguhnya tidak lagi dibutuhkan. Pada sisi lain, mereka tidak bakhil, pelit terhadap diri dan keluarganya. Dengan kata lain, mereka tidak mengurangi sampai pada tingkat yang minimal terhadap apa yang sesungguhnya menjadi kewajibannya dalam memberi nafkah. Merekalah yang dalam infaqnya bersikap adil dan tawassut. Dan sebaik-baik urusan adalah yang moderat. 19

  Dengan demikian kata al-iqtishad dengan segala maknanya ternyata memiliki relesi yang sangat kuat dengan hakikat ekonomi Islam itu sendiri. Tujuan ekonomi Islam –dan sesungguhnya tujuan syari’at itu sendiri – adalah mewujudkan kemaslahatan. Maslahah dapat dicapai hanya jika manusia hidup dalam keseimbangan (equilibirum). Sebab keseimbangan merupakan sunnatullah. Ekonomi Islam bertujuan untuk mewujudkan dan menciptakan kehidupan yang seimbang ini, di mana antara lain mencakup keseimbangan fisik dengan mental,

  19 Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi... Vol. VII, h. 31