Tabel 8. Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Sex Ratio Tahun 2000-2009
Tahun Laki-laki
Perempuan Jumlah
Sex Ratio
2000 141.165
142.548 283.713
99.03 2001
142.852 145.005
287.857 98.52
2002 148.776
150.313 299.149
98.94 2003
155.617 155.395
311.012 100.14
2004 156.262
156.038 312.300
100.14 2005
157.107 159.100
316.207 98.75
2006 170.574
171.981 342.555
99.18 2007
172.862 178.506
351.368 96.84
2008 177.637
183.243 360.880
96.94 2009
182.497 188.122
370.619 97.00
Sumber : BPS Kabupaten Karo, 2010
Struktur penduduk menurut umur menunjukkan bahwa 32,75 persen atau sebesar 115.063 jiwa penduduk berusia dibawah 15 tahun dan hanya 4,65 persen
penduduk berusia 65 tahun atau lebih sedangkan yang berada di usia produktif sekitar 62,60 persen atau sebesar 219.962.
4.1.4. Topografi
Menurut kemiringan lereng, daerah Kabupaten Karo sebagian besar mempunyai kemiringan diatas 40 yang memiliki luas 75.145 Ha atau sebesar
35,52 dari luas kabupaten. Sedangkan sebagian kecil daera ini mempunyai kemiringan lereng 0,2, dengan luas areal 13.600 Ha atau sebesar 6,39 dari
luas Kabupaten Karo. Dilihat dari sudut kemiringanlereng tanahnya dapat dibedakan sebagai berikut:
- Datar 2 = 23.900 Ha = 11,24 - Miring 15-40 = 41.169 Ha = 19,35
- Curam 40 = 72.737 Ha = 34,19 - Landai 2-15 = 74.919 Ha = 35,22
4.1.5. Perekonomian
Universitas Sumatera Utara
Masyarakat Kabupaten Karo pada umumnya bergerak di sektor Pertanian. Jumlah rumahtangga Kabupaten Karo sebanyak 96.715 rumahtangga, terdapat
72,33 persen rumahtangga pertanian atau sebanyak 69.952 rumahtangga Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, 2009.
Perekonomian Kabupaten Karo pada umumnya didukung oleh pertanian rakyat, tidak kurang dari 72,33 penduduk Kabupaten Karo bermatapencaharian
sebagai petani dengan sumbangan 60,46 terhadap PDRB tahun 2009. Hal ini menunjukkan bahwa lapangan usaha yang dominan pada masyarakat di
Kabupaten Karo adalah lapangan usaha sektor pertanian. Sejak terjadinya krisis ekonomi sektor pertanian tetap eksis karena tetap memegang peranan sebagai
penyedia pangan.
Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Karo Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009
[ 1 ], 60.46 [ 2 ], 12.88
[ 3 ], 11.97 [ 4 ], 7.73
[ 5 ], 3.76 [ 6 ], 1.74
[ 7 ], 0.36 [ 8 ], 0.75
[ 9 ], 0.36
[ 1 ] Pertanian [ 2 ] Jasa- jasa
[ 3 ] Perdagangan, Hotel dan Restoran [ 4 ] Pengangkutan dan Komunikasi
[ 5 ] Bangunan [ 6 ] Bank Lembaga Keuangan
[ 7 ] Penggalian [ 8 ] Industri
[ 9 ] Listrik, Gas Air
Gambar 6. Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Karo Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009
Universitas Sumatera Utara
Kontribusi terbesar sektor pertanian pada tahun 2009 disumbangkan oleh sub sektor tanaman bahan makanan sebesar Rp 2.658.311,31 juta atau 77,90
persen diikuti sub sektor Perkebunan Rakyat sebesar Rp 520.595,73 juta atau 15,25 persen, sub sektor Peternakan sebesar Rp 224.109,47 juta atau 6,56 persen,
sub sektor perikanan sebesar Rp 6.513,20 juta atau 0,19 persen dan sub sektor kehutanan sebesar Rp 3.319,37 juta atau 0,10 persen Tabel 9.
Apabila ditinjau dari kontribusi sub sektor pertanian erhadap pembentukan PDRB Kabupaten Karo atas harga berlaku tahun 2009, kontribusi sub sektor
tanaman bahan makanan sangat signifikan peranannya yaitu sebesar 47,10 persen mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya sebesar 46,81 persen.
Komoditi dalam sub sektor ini yang cukup besar sumbangannya adalah tanaman holtikultura baik buah-buahan maupun sayur-sayuran seperti jeruk, cabe, tomat,
kentang, kubis dan lain sebagainya. Hasil dari komoditi ini merupakan produk andalan dari Kabupaten Karo, yang hasilnya selain memenuhi kebutuhan lokal,
beberapa komoditi dari daerah ini juga dijual ke daerah lain, bahkan ada yang diekspor ke luar negeri, sehingga Kabupaten Karo menjadi terkenal sebagai
produsen utama beberapa komoditi buah-buahan dan sayur-sayuran di Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 9. Distribusi Persentase Pembentukan PDRB Sektor Pertanian Atas Dasar Harga Berlaku di Kabupaten Karo Tahun 2009
No Sub Sektor
Terhadap PDRB Kabupaten
Terhadap Sektor Pertanian
1 2
3 4
5 Tanaman Bahan Makanan
Tanaman Perkebunan Rakyat Peternakan
Perikanan Kehutanan
47,10 9,22
3,97 0,12
0,06 77,90
15,25 6,56
0,19 0,10
Sektor Pertanian 60,46
100,00
Sumber : Profil Kabupaten Karo, 2010.
Sistem agribisnis merupakan kegiatan yang kompleks yang dimulai dari pengadaan dan penyaluran sarana produksi sampai pemasaran produk produk
yang dihasilkan oleh suatu usahatani atau agroindustri yang saling berkaitan satu sama lain. Penyediaan dan penyaluran sarana produksi mencakup semua kegiatan
yang meliputi perencanaan, pengolahan, pengadaan dan penyaluran sarana produksi untuk memperlancar penerapan teknologi dalam usahatani dan
memanfaatkan sumberdaya pertanian secara optimal. Teknologi yang dimaksud adalah teknik-teknik bercocok tanam, penggunaan bibit baru yang lebih baik,
penggunaan pupuk dan pestisida. Disamping itu dalam kegiatan pra usahatani dalam agribisnis yaitu pemilikan tenaga kerja, pemilikan sarana produksi yang
tepat dan efisien. Untuk mendorong terciptanya sistem agribisnis yang dinamis, khususnya yang menunjang terlaksananya usahatani yang baik dan menjamin
pemasaran hasil pertanian serta pengolahan hasil pertanian diperlukan jasa dari pemerintah dan kelembagaan seperti jasa transportasi, jasa keuangan, jasa
penyaluran dan perdagangan serta jasa penyuluhan. Sektor jasa akan menghu- bungkan aktivitas subsistem yang terkait dalam agribisnis.
4.1.6. Sarana dan Prasarana