Rizki Fadilah Raz : Kepuasan Perkawinan Pada Pensiunan Pria, 2009. USU Repository © 2009
c. Passive-congenials, bercirikan: jarang bertengkar, perkawinan berlangsung “aman dan
tertib”, berbagai minat bersama dan terlibat dalam berbagai kegiatan sosial, mengasuh anak, mengembangkan karir, namun tidak mementingkan hubungan romantik.
d. Vitals, bercirikan: saling terikat secara intens dalam semua persoalan kehidupan,
sangat menikmati kebersamaan dan kegiatan yang dilakukan bersama. e.
Totals, bercirikan: terlibat secara lebih intim daripada tipe Vitals, berbagi dalam setiap aspek kehidupan, bahkan jika mungkin semua kegiatan akan mereka lakukan bersama.
B. Kepuasan Perkawinan.
1. Pengertian Kepuasan Perkawinan
Kesuksesan perkawinan ditandai bukan hanya oleh berapa lama hubungan tersebut terjalin dan intensitas perasaan yang dialami dua orang yang menjalin relasi
perkawinan. Bukan juga ditentukan oleh siapa di antara kedua pasangan perkawinan tersebut yang memenangkan dominasi. Sukses dalam perkawinan berlainan dengan
definisi kesuksesan dalam pekerjaan yang bisa diukur dari berapa jauh seseorang mampu meraih jenjang tertinggi dari kariernya.“Faktor Praperkawinan yang Berpengaruh pada
Sukses Perkawinan”,2004 Menurut Grace dalam Fournier, 1983 kepuasan perkawinan ialah upaya bersama
dari pasangan suami istri dalam upayanya untuk dapat meperlakukan pasangannya dengan baik. Dengan demikian dapat disebutkan juga bahwa kebahagiaan perkawinan
merupakan raport perilaku pasangan suami istri terhadap pasangannya. Perilaku yang
Rizki Fadilah Raz : Kepuasan Perkawinan Pada Pensiunan Pria, 2009. USU Repository © 2009
baik akan dapat menghadirkan kebahagiaan bagi keduanya, dan sebaliknya perilaku yang buruk terhadap pasangan semakin menjauhkan keduanya dari kebahagiaan.
Menurut Skolnick dalam Lefrancois,1984 mengatakan kepuasan perkawinan ialah persepsi individu terhadap hubungan perkawinannya dimana hubungan perkawinan
tersebut terus berproses dan berkembang sepanjang umur perkawinan Maka berdasarkan para ahli diatas maka dapat disimpulkan kepuasan perkawinan
ialah persepsi individu terhadap pasangannya dalam hubungan perkawinan dimana hubungan perkawinan tersebut terus berproses dan berkembang sepanjang umur
perkawinan yang akan menghadirkan kebahagiaan apabila kedua pasangan berprilaku baik dan sebaliknya akan menjauhkan kebahagiaan apabila kedua pasangan berprilaku
buruk.
3. Area-area dalam perkawinan
Olson Fowers dalam Fournier, 1983 mengemukakan area-area dalam perkawinan untuk mengukur bagaiman kepuasan perkawinan pada pasangan. Area-area
tersebut adalah sebagai berikut: 1.
Komunikasi Area ini melihat bagaimana perasaan dan sikap individu dalam berkomunikasi
dengan pasangan. Area ini berfokus pada rasa senang yang dialami pasangan suami istri dalam berkomunikasi, dimana mereka saling berbagi dan menerima
Rizki Fadilah Raz : Kepuasan Perkawinan Pada Pensiunan Pria, 2009. USU Repository © 2009
informasi tentang perasaan dan pikirannya. Laswell 1991 membagi komunikasi perkawinan dalam 5 elemen dasar, yaitu : openess adanya keterbukaan diantara
pasangan, honesty adanya kejujuran terhadap pasangan, ability to trust kemampuan untuk mempercayai satu sama lain, empathy sikap empati terhadap
pasangan dan listening skill kemampuan mejadi pendengar yang baik. 2.
Aktivitas mengisi waktu luang Area ini menilai pilihan kegiatan yang dilakukan untuk mengisi waktu senggang
yang merefleksikan aktivitas yang dilkakukan secara personal atau bersama. Area ini juga melihat apakan suatu kegiatan dilakukan sebagai pilihan individu atau
pilihan bersama, serta harapan-harapan dalam mengisi waktu luang bersama pasangan.
3. Orientasi Agama
Dalam area ini yang dinilai adalah makna keyakinan beragama serta bagaimana pelaksanaannya dalam kehidupan sehari-hari. Jika seseorang memiliki keyakinan
beragam, dapat dilihat dari sikapnya yang peduli terhadap hal-hal keagamaan dan mau beribadah. Umumnya, setelah menikah individu akan lebih memperhatikan
kehidupan beragama. Orangtua akan mengajarkan dasar-dasar dan nilai-nilai agama yang dianut kepada anaknya. Selain itu mereka juga akan menjadi teladan
yang baik dengan membiasakan diri beribadah dan melaksanakan ajaran agama. 4.
Resolusi terhadap konflik Fokus dalam area ini adalah untuk menilai persepsi suami istri terhadap suatu
masalah serta bagaimana pemecahannya. Diperlukan adanya keterbukaan
Rizki Fadilah Raz : Kepuasan Perkawinan Pada Pensiunan Pria, 2009. USU Repository © 2009
pasangan untuk mengenal dan memecahkan masalah yang mucul serta strategi yang digunakan untuk mendapatkan solusi terbaik. Area ini juga menilai
bagaimana anggota keluarga saling mendukung dalam mengatasi masalah bersama-sama, serta membangun kepercayaan satu sama lain.
5. Pengaturan keuangan
Area ini menilai sikap dan cara pasangan mengatur keuangan, bentuk-bentuk pengeluaran dan pembuatan keputusan tentang keuangan. Konsep yang tidak
realistis, yaitu harapan-harapan yang melebihi kemampuan keuangan, harapan untuk memiliki barang yang diinginkan, serta ketidakmampuan utnuk memenuhi
kebutuhan hidup dapat menjadi masalah dalam perkawinan Hurlock, 2004. Konflik dapat muncul jika salah satu menunjukkan otoritas terhadap pasangannya
juga tidak percaya terhadap kemampuan pasangan dalam mengelola keuangan. 6.
Orientasi seksual Fokus dalam area ini adalah refleksi sikap yang berhubungan dengan masalah
seksual, tingkah laku seksual, serta kesetiaan terhadap pasangan. Penyesuaian seksual dapat menjadi penyebab pertengkaran dan ketidakbahagiaan apabila tidak
dicapai kesepakatan yang memuaskan. Kepuasan seksual dapat terus meningkat seiting berjalannya waktu. Hal ini bisa terjadi karena kedua pasangan telah
memahami dan mengetahui kebutuhan mereka satu sama lain, mempu mengungkapkan hasrat dan cinta mereka, juga membaca tanda-tanda yang
diberikan pasnagan sehingga dapat tercipta kepuasaan bagi pasangan suami istri. 7.
Keluarga dan teman
Rizki Fadilah Raz : Kepuasan Perkawinan Pada Pensiunan Pria, 2009. USU Repository © 2009
Perasaan dan perhatian pasangan terhadap hubungan kerabat, mertua serta teman- teman dapat dilihat dalam area ini. Area ini merefleksikan harapan dan perasaan
senang menghabiskan waktu bersama keluarga besar dan teman-teman. Hubungan yang baik antara menantu dengan mertua juga dengan saudara ipar dapat terjadi
jika individu dapat menerima keluarga pasangan seperti keluarganya sendiri. Perkawinan akan cenderung lebih sulit jika salah satu pasangan menggunaka
sebagian waktunya bersama keluarga sendiri, jika ia juga mudah dipengaruhi oleh keluarganya dan jika ada keluarga yang datang dan tinggal dalam waktu lama
Hurlock, 1999 8.
Kepribadian Area ini melihat penyesuaian diri dengan tingkah laku, kebiasaan-kebiasaan serta
kepribadian pasangan. Sebelum menikah individu berusaha menjadi pribadi yang menarik untuk mencari perhatian pasangannya bahkan dengan berpura-pura
menjadi orang lain. Setelah menikah, kepribadian yang sebenarnya akan muncul. Setelah menikah, perbedaan ini dapat memunculkan masalah. Persoalan tingkah
laku pasangan yang tidak sesuai harapan dapat menimbulkan kekecewaan, sebaliknya jika tingkah laku pasang sesuai yang diinginkan maka akan
menimbulkan perasaan senang dan bahagia. 9.
Peran yang sederajat Area ini menilai perasaan dan sikap individu terhadap peran yang beragam dalam
kehidupan perkawinan. Fokusnya adalah pada pekerjaan, tugas rumah tangga, peran sesuai jenis kelamin dan peran sebagai orangtua. Suatu peran harus
Rizki Fadilah Raz : Kepuasan Perkawinan Pada Pensiunan Pria, 2009. USU Repository © 2009
mendatangkan kepuasan pribadi. Pria dapat bekerjasama dengan wanita sebagai rekan baik di dalam rumah maupun luar rumah. Suami tidak merasa malu jika
penghasilan istri lebih besar juga memiliki jabatan yang lebih tinggi. Wanita mendapatkan kesepatan untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya serta
memanfaatkan kemampuan dan pendidikan yang dimiliki untuk mendapatkan kepuasan pribadi.
10. Anak dan orangtua
Area ini menilai sikap dan perasaan tentang memiliki dan membesarkan anak. Fokusnya adalah bagaimana orangtua menerapkan keputusan mengenai disiplin
anak, cita-cita terhadap anak serta bagaimana pengaruh kehadiran anak terhadap hubungan dengan pasangan. Orangtua biasanya memiliki cita-cita pribadi
terhadap anaknya yang dapat menimbulkan kepuasan jika itu dapat tercapai. Kesepakatan antara pasangan dalam hal mengasuh dan mendidik anak adalah hal
penting dalam perkawinan. Dalam kaitannya dengan kehadiran anak, Duvall dalam Clyton, 1975 membagi
siklus kehidupan keluarga menjadi 8 tahapan dengan ciri tersindiri seperti tabel berikut : Tabel 1.
Siklus Kehidupan Keluarga Tahap 1.
Keluarga awal. Setelah menikah 0-5 thn, tanpa anak
Tahap 2. Keluarga dengan anak pertama.
Rizki Fadilah Raz : Kepuasan Perkawinan Pada Pensiunan Pria, 2009. USU Repository © 2009
Anak pertama yang baru lahir sampai anak berusia 2 thn 11 bln.
Tahap 3. Keluarga dengan anak pra-sekolah.
Anak pertama berusia 3 thn sampai 5 thn 11 bln.
Tahap 4. Anak pertama usia 6 thn sd 12 thn 11 bln
Tahap 5. Anak pertama 13 thn sd 20 thn 11 bln
Tahap 6. Keluarga sejak masa anak sulung sampai
anak bungsu meningalkan rumah Tahap 7.
Keluarga dimana semua anak sudah meninggalkan rumah sampai masa pensiun
Tahap 8. Keluarga dari masa pensiun sampai masa
kematian salah satu pasangan.
3. Faktor yang mempengaruhi kepuasan perkawinan