Pendekatan Kualitatif Kreadibilitas dan Validitas Penelitian

Rizki Fadilah Raz : Kepuasan Perkawinan Pada Pensiunan Pria, 2009. USU Repository © 2009

BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Kualitatif

Menurut Bogdan dan Taylor dalam Moleong, 2000 metode penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang akan menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini juga digunakan untuk menggambarkan dan menjawab pertanyaan seputar subyek penelitian beserta konteksnya. Salah satu kekuatan dari pendekatan kualitatif adalah dapat memahami gejala sebagaimana subyek mengalaminya, sehingga dapat diperoleh gambaran yang sesuai dengan diri subyek dan bukan semata-mata penarikan kesimpulan sebab akibat yang dipaksakan. Masa Penyesuaian Permasalahan Adapatasi Kepuasan perkawinan meningkat Kepuasan perkawinan menurun Rizki Fadilah Raz : Kepuasan Perkawinan Pada Pensiunan Pria, 2009. USU Repository © 2009 Pendekatan kualitatif pada penelitian ini digunakan untuk melihat kepuasan perkawinan pada pensiunan pria dengan dasar pemikiran bahwa kepuasan perkawinan merupakan hal yang sangat subyektif dari seseorang. Kepuasan perkawinan bersifat dinamis dan terus berkembang sepanjang perjalanan waktu. Maka oleh sebab itu dengan menggunakan penelitian kualitatif dapat digali bagaimana perasaan individu mengenai perkawinannya. Setiap perkawinan berjalan dan berkembang secara berbeda. Pendekatan kualitatif dapat melihat perbedaan tersebut, dikarenakan pendekatan ini dapat melihat manusia dengan segala kekompleksitasannya sebagai makhluk subyektif. Hal ini sejalan dengan pendapat Moleong 2000, bahwa penelitian kualitatif dapat dimanfaatkan oleh peneliti untuk meneliti sesuatu dari segi prosesnya.

B. Responden Penelitian 1. Karakteristik Responden Penelitian

a. Jenis kelamin pria Dalam penelitian ini pria yang diangkat sebagai subyek penelitian disebabkan peran pria sebagai pencari nafkah untuk keluarga Gershaw 2000. b. Sudah memasuki masa pensiun berdasarkan peraturan Berdasarkan Keputusan Presiden R.I. No. 44 tahun 1974 tentang Pokok-pokok Organisasi Departemen; Bab II, pasal 2 Batas usia Pensiun adalah 55 tahun c. Sudah menikah dimana pasangan masih hidup dan tidak bercerai

2. Jumlah responden penelitian

Rizki Fadilah Raz : Kepuasan Perkawinan Pada Pensiunan Pria, 2009. USU Repository © 2009 Penelitian kualitatif tidak mementingkan jumlah subyek penelitian, yang terpenting dalam penelitian kualitatif adalah subyek yang bisa memberikan sebanyak mungkin informasi yang ingin didapatkan. Waktu, biaya, kemampuan responden, ketertarikan responden dan faktor lain yang mempengaruhi banyaknya subyek menjadi hal yang harus diperhatikan dalam mengambil sampel penelitian Gay dan Airasian, 2003. Pada penelitian ini jumlah responden yang direncanakan sebanyak 3 orang.

3. Teknik pengambilan sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah berdasarkan teori atau berdasarkan konstruk operasional theory based operasional construct sampling, yaitu sampel dipilih berdasarkan kriteria tertentu, berdasarkan teori atau konstruk operasional sesuai dengan studi-studi sebelumnya, atau sesuai dengan tujuan penelitian Poerwandari, 2001. Hal ini dilakukan agar sampel sungguh-sungguh mewakili fenomena yang dipelajari.

4. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di Medan, karena terdapat alasan kemudahan bagi peneliti dalam menemukan sampel, mengingat peneliti juga berdomisili di kota Medan sekaligus menghemat biaya penelitian. Lokasi penelitian dapat berubah sewaktu-waktu dan disesuaikan dengan keinginan dari responden penelitian agar responden merasa nyaman. Rizki Fadilah Raz : Kepuasan Perkawinan Pada Pensiunan Pria, 2009. USU Repository © 2009

C. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara. Hal ini sesuai dengan pendapat Padgett 1998 yang mengatakan bahwa ada tiga bentuk dasar metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif, yaitu: a observasi, b wawancara dan c analisis dokumen. Dalam penelitian ini digunakan metode wawancara dan metode observasi sebagai penunjang yang menggambarkan setting alamiah disaat wawancara.

1. Wawancara

Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan cara tanya jawab antara pewawancara dengan responden atau orang yang diwawancarai Bungin, dalam Poerwandari, 2001. Wawancara kualitatif dilakukan bila peneliti bermaksud untuk memperoleh pengetahuan tentang makna-makna subyektif yang berkenaan dengan topik yang diteliti dan bermaksud melakukan eksplorasi terhadap isu tersebut, suatu hal yang tidak dapat dilakukan melalui pendekatan lain Banister dkk, 1994. Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam in-depth interview. Banister 1994 menjelaskan bahwa wawancara mendalam adalah wawancara yang tetap menggunakan pedoman wawancara, namun penggunaannya tidak sekedar wawancara terstruktur. Pedoman wawancara berisi open- ended question yang bertujuan agar arah wawancara tetap sesuai dengan tujuan penelitian Poerwandari, 2001. Pedoman wawancara ini juga digunakan untuk mengingatkan Rizki Fadilah Raz : Kepuasan Perkawinan Pada Pensiunan Pria, 2009. USU Repository © 2009 peneliti mengenai aspek-aspek yang harus dibahas, sekaligus menjadi daftar pengecek check list apakah aspek-aspek yang relevan tersebut telah dibahas atau ditanyakan. Dengan pedoman yang demikian, peneliti harus memikirkan bagaimana pertanyaan tersebut akan dijabarkan secara konkrit dalam kalimat tanya, sekaligus menyesuaikan pertanyaan dengan konteks aktual saat wawancara berlangsung Poerwandari, 2001. Untuk mendukung hasil wawancara yang baik, maka pada saat proses wawancara responden akan didukung dengan observasi. Tujuan dari observasi ini ialah dapat memungkinkan bagi peneliti untuk mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proposional maupun pengetahuan yang langsung diperoleh dari reponden. Secara metodologis penggunaan observasi ini dapat mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi motif, kepercayaan, perhatian, perilaku tidak sadar dan sebagainya Moleong, 2006

D. Alat Bantu Pengambilan Data 1. Alat perekam tape recorder

Poerwandari 2001 menyatakan, sedapat mungkin wawancara perlu direkam dan dibuat transkripnya secara verbatim kata demi kata, sehingga tidak bijaksana jika peneliti hanya mengandalkan ingatan. Untuk tujuan tersebut, perlu digunakan alat perekam agar peneliti mudah mengulang kembali rekaman wawancara dan dapat menghubungi subyek kembali apabila ada hal yang masih belum lengkap atau belum jelas. Penggunaan alat perekam ini dilakukan dengan seizin subyek. Selain itu Rizki Fadilah Raz : Kepuasan Perkawinan Pada Pensiunan Pria, 2009. USU Repository © 2009 penggunaan tape recorder memungkinkan peneliti untuk lebih berkonsentrasi pada apa yang dikatakan oleh subyek, tape recorder dapat merekam nuansa suara dan bunyi serta aspek-aspek dari wawancara seperti tertawa, desahan dan sarkasme secara tajam Padgett, 1998.

2. Pedoman wawancara

Pedoman wawancara digunakan agar wawancara yang dilakukan tidak menyimpang dari tujuan penelitian. Pedoman wawancara ini juga sebagai alat bantu untuk mengkategorisasikan jawaban sehingga memudahkan pada tahap analisis data. Pedoman ini disusun tidak hanya berdasarkan tujuan penelitian, tapi juga berdasarkan pada berbagai teori yang berkaitan dengan masalah yang ingin dijawab Poerwandari, 2001. Pedoman umum wawancara memuat isu-isu yang berkaitan dengan tema penelitian tanpa menentukan urutan pertanyaan karena akan disesuaikan dengan situasi dan kondisi saat wawancara berlangsung. Pedoman ini digunakan untuk mengingatkan sekaligus sebagai daftar pengecek bahwa semua aspek yang relevan telah dibahas atau ditanyakan.

E. Prosedur Penelitian 1. Tahap Persiapan Penelitian

Tahap persiapan penelitian dilakukan untuk mempersiapkan hal-hal yang dibutuhkan dalam penelitian: Rizki Fadilah Raz : Kepuasan Perkawinan Pada Pensiunan Pria, 2009. USU Repository © 2009 a. Mengumpulkan informasi mengenai kepuasan perkawinan dan informasi mengenai pria yang sudah pensiun. Peneliti mengumpulkan semua informasi yang berkaitan dan selanjutnya peneliti menentukan karakterisktik responden yang akan disertakan dalam penelitian ini. b. Menyiapkan pedoman wawancara. Agar wawancara yang dilakukan tidak menyimpang dari tujuan penelitian, sebelum wawancara dilakukan, peneliti terlebih dahulu menyiapkan pedoman wawancara yang disusun berdasarkan teori yang ada. c. Menghubungi calon responden yang sesuai dengan karakteristik responden. Setelah peneliti memperoleh beberapa orang calon responden, peneliti menghubungi calon responden untuk menjelaskan tentang penelitian yang dilakukan dan menanyakan kesediaanya untuk berpartisipasi dalam penelitian. Apabila calon responden bersedia, peneliti kemudia menyepakati wawancara bersama calon responden. d. Melaksanakan rapport Menurut Moleong 2002, rapport adalah hubungan antara peneliti dengan subyek penelitian yang sudah melebur sehingga seolah-olah sudah tidak ada lagi dinding pemisah diantara keduanya. Dengan demikian, subyek dengan sukarela dapat menjawab pertanyaan atau memberi informasi yang diberikan oleh peneliti.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Rizki Fadilah Raz : Kepuasan Perkawinan Pada Pensiunan Pria, 2009. USU Repository © 2009 Setelah tahap persiapan penelitian dilakukan, maka peneliti memasuki tahap pelaksanaan penelitian. a. Mengkonfirmasi ulang waktu dan tempat wawancara Sebelum wawancara dilakukan, peneliti mengkonfirmasi ulang waktu dan tempat yang sebelumnya telah disepakati bersama dengan responden. Konfirmasi ulang ini dilakukan sehari sebelum wawancara dilakukan dengan tujuan agar memastikan responden dalam keadaan sehat dan tidak berhalangan dalam melakukan wawancara yang telah dilakukan. b. Melakukan wawancara berdasarkan pedoman wawancara Sebelum melakukan wawancara, peneliti meminta responden memahami tujuan wawancara, bersedia menjawab pertanyaan yang diajukan, serta memahami bahwa hasil wawancara adalah rahasia dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Dalam melakukan wawancara, peneliti sekaligus melakukan observasi terhadap respon. c. Memindahkan rekaman hasil wawancara ke dalam bentuk transkip verbatim. Setelah hasil wawancara diperoleh, peneliti memindahkan hasil wawancara ke dalam verbatim tertulis. Pada tahap ini, peneliti melakukan coding yaitu membubuhkan kode-kode pada materi yang diperoleh. Coding dimaksudkan untuk dapat mengorganisasi dan mensistematisasi data secara lengkap dan mendetail sehingga data dapat memunculkan gambaran tentang topik yang dipelajari. Poerwandari, 2001 d. Melakukan analisa data. Rizki Fadilah Raz : Kepuasan Perkawinan Pada Pensiunan Pria, 2009. USU Repository © 2009 Bentuk transkip verbatim yang telah selesai, kemudian dibuatkan salinannya dan diserahkan kepada pembimbing. Pembimbing membaca verbatim berulang-ulang untuk mendapatkan gambaran yang jelas. Setelah itu, verbatim wawancara disortir untuk memperoleh hasil yang relevan dengan tujuan penelitian dan diberi kode. e. Menarik kesimpulan, membuat diskusi dan saran Setelah analisa data selesai, peneliti menarik kesimpulan untuk menjawab permasalahan. Kemudian peneliti menuliskan diskusi terhadap kesimpulan dan seluruh hasil penelitian. Dengan memperhatikan hasil penelitian, kesimpulan data dan diskusi yang telah dilakukan, peneliti mengajukan saran bagi penelitian selanjutnya.

3. Tahap Pencatatan Data

Semua data yang diperoleh pada saat wawancara direkam dengan alat perekam dengan persetujuan subyek peneliti sebelumnya. Dari hasil rekamana ini kemudian akan ditranskipkan secara verbatim untuk dianalisis. Transkip adalah salinan hasil wawancara dalam pita suara ke dalam ketikan di atas kertas.

F. Kreadibilitas dan Validitas Penelitian

Dalam penelitian kualitatif dikenal istilah kreadibilitas yaitu istilah yang dipilih untuk menggantikan konsep validitas dalam penelitian kualitatif. Kredibilitas studi kualitiatif terletak pada keberhasilannya mencapai maksud mengeksplorasi masalah atau Rizki Fadilah Raz : Kepuasan Perkawinan Pada Pensiunan Pria, 2009. USU Repository © 2009 mendeskripsikan setting, proses, kelompok sosial atau pola interaksi yang kompleks Poerwandari, 2001. Menurut Sarantoks dalam Poerwandari, 2001 ada empat jenis validitas yang digunakan dalam penelitian kualitatif yaitu : 1. Validitas Kumulatif Validitas kumulatif dicapai bila temuan dari studi-studi lain mengenai topik yang sama menunjukkan hasil yang kurang lebih serupa. 2. Validitas Komunikatif Validitas komunikatif didapatkan melalui dikonfirmasikannya kembali data dan analisa pada subyek penelitian. Data-data dan hasil analisa yang diperoleh akan dikonfirmasikan kembali pada sampel penelitian. 3. Validitas Argumentatif Validitas argumentatif tercapai bila presentasi temuan dan kesimpulan dapat diikuti dengan baik dan rasionalnya, serta dapat dibuktikan dengan melihat kembali ke data mentah. 4. Validitas Ekologis Validitas ekologis menunjukkan pada sejauh mana studi dilakukan pada kondisi alamiah dari responden yang teliti, sehingga justru kondisi ”apa adanya” dan kehidupan sehari-hari menjadi konteks penting penelitian. Patton dalam Poerwandari, 2001 mengemukakan beberapa cara untuk meningkatkan kredibilitas penelitian kualitatif antara lain : Rizki Fadilah Raz : Kepuasan Perkawinan Pada Pensiunan Pria, 2009. USU Repository © 2009 1. Mencatat bebas hal-hal penting serinci mungkin, mencakup catatan pengamatan objektif terhadap setting, responden ataupun hal-hal yang terkait. Peneliti juga perlu menyediakan catatan khusus yang memungkinkan menuliskan berbagai alternatif konsep, skema atau metafora yang terkait dengan data. Catatan ini sangat penting dalam memudahkan mengembangkan analisa dan interpretasi. 2. Mendokumentasikan secara lengkap dan rapi data yang terkumpul, proses, pengumpulan data dan strategi analisnya. 3. Memanfaatkan langkah-langkah dan proses yang diambil peneliti-peneliti sebelumnya sebagai masukan bagi peneliti untuk melakukan pendekatan terhadap penelitiannya dan menjamin pengumpulan data yang berkualitas untuk penelitiaanya sendiri. 4. Menyertakan partner atau orang-orang yang dapat berperan sebagai ”setan” atau pengkritik yang memberikan saran-saran dan pembelaan devil advocate yang memberikan pertanyaan-pertanyaan kritis terhadap analisa yang dilakukan peneliti. 5. Melakukan upaya-upaya konstan untuk menemukan kasus-kasus negatif; pemahaman kita tentang pola dan kecenderungan yang telah kita identifikasikan akan meningkat bila kita memberikan pula perhatian pada kasus-kasus yang tidak sesuai dengan pola umum tersebut. 6. Melakukan pengecekan dan pengecekan kembali checking dan rechecking data, dengan usaha menguji kemungkinan dugaan-dugaan yang berbeda. Peneliti perlu Rizki Fadilah Raz : Kepuasan Perkawinan Pada Pensiunan Pria, 2009. USU Repository © 2009 mengembangkan pengujian-pengujian untuk mengecek analisa, dengan mengaplikasikannya pada data, serta mengajukan pertanyan tentang data. Dalam penelitian ini, kredibilitas yang dilakukan dengan memperhatikan keseluruhan dari jenis kreadibilitas dari Sarantoks dalam Poerwandari, 2001 dan didukung dengan cara-cara yang diberikan dari Patton dalam Poerwandari, 2001 dengan mencatat hal-hal penting serinci mungkin , mendokumentasikan dan melakukan pengecekan kembali untuk meningkatkan kredibilitas penelitian kualitatif.

G. Prosedur Analisis Data