Gaya Hidup Setelah Pensiun

Rizki Fadilah Raz : Kepuasan Perkawinan Pada Pensiunan Pria, 2009. USU Repository © 2009 3. Contimation Pensiun tidak membawa dampak personal yang penting bagi individu. Walaupun telah pensiun, individu ini mampu untuk kembali bekerja. Mereka berganti karir dan mencurahkan lebih banyak waktu untuk ketrampilan, hobi dan minat khusus. Pra pensiun dan pensiun dibedakan bukan dari aktivitas melainkan pengurangan langkah dan intensitas peran kerja. 4. Imposed Diruption Individu memandang pensiun sebagai hal yang negatif hilangnya pekerjaan, tidak bisa lagi mencapai prestasi. Pekerjaan merupakan identitas yang sangat penting. Tanpa pekerjaan, bagian penting dari identitas diri itu juga ikut hilang. Walaupun dalma masa pensiun tersebut individu melakukan aktivitas-aktivitas lain, tetap saja timbul perasaan frustasi dan kehilangan. Bagi individu, tidak ada yang bisa menggantikan pekerjaan dan akhirnya tidak bisa menerima pensiun dengan baik.

6. Gaya Hidup Setelah Pensiun

J.R Kelly dalam Papalia,1998 mengemukakan gaya hidup setelah pensiun yang umum dijalani. 1. Family Focused Lifestyle Gaya hidup ini terdiri dari aktivitas terjangkau dan berbiaya murah yang berkisar dikeluarga, rumah dan teman-teman. Aktivitas ini berbentuk Rizki Fadilah Raz : Kepuasan Perkawinan Pada Pensiunan Pria, 2009. USU Repository © 2009 percakapan, menonton televisi, mengunjungi teman dan keluarga, hiburan informal, pergi ke restoran murah, bermain kartu atau melakukan hal-hal yang terlintas di pikiran. 2. Balanced Investment Gaya ini biasa ditemui pada individu yang lebih berpendidikan, yang mengalokasikan waktunya secara seimbang antara keluarga, pekerjaan dan hiburan. 3. Serious Leisure Gaya ini didominasi oleh aktivitas yang menuntut ketrampilan, perhatian dan komitmen. Pensiunan yang mengikatkan diri pada aktivitas ini cendrung sangat puas dengan kehidupan. 7.Perubahan – Perubahan Akibat Pensiun Menurut Turner dan Helms 1982, ada beberapa hal yang mengalami perubahan dan menuntut penyesuain diri yang baik ketika menghadapi masa pensiun a. Masalah Keuangan Pendapatan keluarga akan menurun drastis, hal ini akan mempengaruhi kegiatan rumah tangga. Masa ini akan lebih sulit jika masih ada anak – anak yang harus dibiayai. Hal ini akan menimbulkan stress tersendiri bagi seorang suami karena merasa bahwa peranannya sebagai kepala keluarga tertantang. b. Berkurangnya Harga Diri atau Self-Esteem Rizki Fadilah Raz : Kepuasan Perkawinan Pada Pensiunan Pria, 2009. USU Repository © 2009 Bengston 1980 mengemukakan bahwa harga diri seorang pria dipengaruhi oleh pensiunnya mereka dari pekerjaan. Untuk mempertahankan harga dirinya, harus ada aktivitas pengganti untuk meraih kembali keberadaan dirinya. Dalam hal ini berkurangnya harga diri dipengaruhi berbagai factor seperti feeling of belonging perasaan memiliki, feeling of competence perasaan mampu, dan feeling of worthwhile perasaan berharga. Ketiga hal yang disebutkan di atas sangat mempengaruhi harga diri seseorang dalam lingkungan pekerjaan. c. Berkurangnya Kontak Sosial Berorientasi pada Pekerjaan. Kontak dengan orang lain membuat pekerjaan semakin menarik. Bahkan pekerjaan itu sendiri dapat menjadi reward social bagi beberapa pekerja. Selain dari kontak sosial, orang juga membutuhkan dukungan dari orang lain berupa perasan ingin dinilai, dihargai, dan merasa penting. Sumber dukungan ini dapat diperoleh dari teman sejawat, atasan, bawahan, dan lain sebagainya. Tentunya ketika memasuki masa pensiun, waktu untuk bertemudengan rekan seprofesi semakin berkurang. d. Hilangnya Makna Suatu Tugas. Pekerjaan yang dikerjakan seseorang mungkin sangat berarti bagi dirinya. Dan hal ini tidak bisa dikerjakan saat seseorang itu mukai memasuki masa pensiun. e. Hilangnya Kelompok Referensi yang Bisa Mempengaruhi Self Image Biasanya seseorang menjadi anggota dari suatu kelompok bisnis tertentu ketika ia masih aktif bekerja. Tetapi ketika dia menjadi pensiun, secara langsung Rizki Fadilah Raz : Kepuasan Perkawinan Pada Pensiunan Pria, 2009. USU Repository © 2009 keanggotaan pada suatu kelompok akan hilang. Hal ini akan mempengaruhi seseorang untuk kembali menilai dirinya lagi. f. Hilangnya Rutinitas Pada waktu bekerja, seseorang bekerja hamper 8 jam kerja. Tidak semua orang menikmati kerja yang panjang seperti ini tanpa disadari kegiatan panjang selama ini memberikan sense of purpose, memberikan rasa aman, dan pengertian bahwa kita ternyata berguna. Ketika megnhadapi amsa pensiun, waktu hilang, orang mulai merasakan diri tidak produktif.Longhurst, Micahel,2001 Bagi individu yang mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri, perubahan yang terjadi pada fase ini akan menimbulkan gangguan psikologis dan juga gangguan fisioloigis. Kondisi gangguan fisiologis bisa menyebabakan kematian yang lebih cepat premature syndrome. Sedangkan gangguan fisiologis yang diakibatkan oleh masa pensiun biasanya stress, frustasi, depresi.

D. Kepuasan Perkawinan pada Pensiunan Pria

Kesuksesan perkawinan ditandai bukan hanya oleh berapa lama hubungan tersebut terjalin dan intensitas perasaan yang dialami dua orang yang menjalin relasi perkawinan. Bukan juga ditentukan oleh siapa di antara kedua pasangan perkawinan tersebut yang memenangkan dominasi. Sukses dalam perkawinan berlainan dengan definisi kesuksesan dalam pekerjaan yang bisa diukur dari berapa jauh seseorang mampu meraih jenjang tertinggi dari kariernya.“Faktor Praperkawinan yang Berpengaruh pada Sukses Perkawinan”,2004. Kita dapat meletakkan sukses suatu perkawinan dari sejauh