Kepuasan Perkawinan pada Pensiunan Pria

Rizki Fadilah Raz : Kepuasan Perkawinan Pada Pensiunan Pria, 2009. USU Repository © 2009 keanggotaan pada suatu kelompok akan hilang. Hal ini akan mempengaruhi seseorang untuk kembali menilai dirinya lagi. f. Hilangnya Rutinitas Pada waktu bekerja, seseorang bekerja hamper 8 jam kerja. Tidak semua orang menikmati kerja yang panjang seperti ini tanpa disadari kegiatan panjang selama ini memberikan sense of purpose, memberikan rasa aman, dan pengertian bahwa kita ternyata berguna. Ketika megnhadapi amsa pensiun, waktu hilang, orang mulai merasakan diri tidak produktif.Longhurst, Micahel,2001 Bagi individu yang mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri, perubahan yang terjadi pada fase ini akan menimbulkan gangguan psikologis dan juga gangguan fisioloigis. Kondisi gangguan fisiologis bisa menyebabakan kematian yang lebih cepat premature syndrome. Sedangkan gangguan fisiologis yang diakibatkan oleh masa pensiun biasanya stress, frustasi, depresi.

D. Kepuasan Perkawinan pada Pensiunan Pria

Kesuksesan perkawinan ditandai bukan hanya oleh berapa lama hubungan tersebut terjalin dan intensitas perasaan yang dialami dua orang yang menjalin relasi perkawinan. Bukan juga ditentukan oleh siapa di antara kedua pasangan perkawinan tersebut yang memenangkan dominasi. Sukses dalam perkawinan berlainan dengan definisi kesuksesan dalam pekerjaan yang bisa diukur dari berapa jauh seseorang mampu meraih jenjang tertinggi dari kariernya.“Faktor Praperkawinan yang Berpengaruh pada Sukses Perkawinan”,2004. Kita dapat meletakkan sukses suatu perkawinan dari sejauh Rizki Fadilah Raz : Kepuasan Perkawinan Pada Pensiunan Pria, 2009. USU Repository © 2009 mana pasangan merasakan kepuasan hubungan perkawinan pada sebagian besar waktu yang dilalui dalam ikatan perkawinan. Sehingga tidak ada batasan waktu untuk melihat kepuasan perkawianan disebabakm perkawinan terus berproses selama umur perkawinan tersebut berlangsung. Untuk melihat kepuasan perkawinan diperlukan adanya area-area dalam hubungan perkawinan, yaitu Communication ; area ini melihat bagaimana perasaan dan sikap individu dalam berkomunikasi dengan pasangan. Apakah kedua pasangan mempunyai hubungan komunikasi yang baik, saling menghargai atau sebaliknya. Leisure activity ; area ini menilai pilihan kegiatan yang dilakukan untuk mengisi waktu senggang yang merefleksikan aktivitas yang dilkakukan secara personal atau bersama, Religious orientation ;area ini yang dinilai adalah makna keyakinan beragam serta bagaimana pelaksanaannya dalam kehidupan sehari-hari, Conflict resolution ; fokus dalam area ini adalah untuk menilai persepsi suami istri terhadap suatu masalah serta bagaimana pemecahannya, Sexual orientation ; fokus dalam area ini adalah refleksi sikap yang berhubungan dengan masalah seksual, tingkah laku seksual, serta kesetiaan terhadap pasangan, Family and friends ; perasaan dan perhatian pasangan terhadap hubungan kerabat, mertua serta teman-teman dapat dilihat dalma area ini. Area ini merefleksikan harapan dan perasaan senang menghabiskan waktu bersama keluarga besar dan teman- teman, Children and parenting ; area ini menilai sikap dan perasaan tentang menjadi orang tua, memiliki anak dan membesarkan anak, Personality issue ; area ini melihat penyesuaian diri dengan tingkah laku, kebiasaan-kebiasaan serta kepribadian pasangan, Egalitarian role ; area ini menilai perasaan dan sikap individu terhadap peran yang Rizki Fadilah Raz : Kepuasan Perkawinan Pada Pensiunan Pria, 2009. USU Repository © 2009 beragam dalam kehidupan perkawinan dan yang terakhir ialah Financial management ; Area ini menilai sikap dan cara pasangan mengatur keuangan, bentuk-bentuk pengeluaran dan pembuatan keputusan tentang keuangan. Dengan melihat area-area yang menjadi ukuran dalam perkawinan maka dapat dilihat bagaimana kepuasan perkawinan itu berlangsung selama umur perkawinan. Kepuasan perkawinan bersifat dinamis sejalan dengan perkembangan perkawinan dari pasangan. Seiring dengan berjalannya perkawinan, ada beberapa hal yang mempengaruhi kepuasan perkawinan, seperti harapan yang tidak realistis akan perkawinan, masalah yang berhubungan dengan anak. Anak yang tumbuh dewasa hingga akhirnya anak sudah mulai meninggalkan rumah, orangtua merasakan kehilangan yang dalam yang disebut dengan empty nest masasarang kosong Hoyer dkk, 1999. Pada masa ini pula, biasanya suami telah memasuki pasa pensiun. Bagi sebagian pasangan, memasuki masa kosong ini dapat menjadikan mereka membuat hubungan baru. Kedua pasangan lebih menghargai waktu kosong mereka untuk menjadikan diri mereka lebih baik, melibatkan diri dengan pasangan lebih intim, dengan hobi dan komunitas mereka Hoyer dkk,1999. Namun bagi pasangan lainnya masa pensiun ini dapat menimbulkan masalah karena tidak semua orang siap menghadapinya. Pensiun akan memutuskan seseorang dari aktivitas rutin yang telah dilakukan selama bertahun-tahun, selain itu akan memutuskan rantai sosial yang sudah terbina dengan rekan kerja, dan yang paling vital adalah menghilangkan identitas seseorang yang sudah melekat begitu lama Warr dalam Offord, 1992 . Bagi pria, pekerjaan merupakan suatu kebanggan dan perannya dalam lingkungan sosialnya. Ketika pekerjaan harus Rizki Fadilah Raz : Kepuasan Perkawinan Pada Pensiunan Pria, 2009. USU Repository © 2009 berakhir dan ia harus memasuki masa pensiun disebabkan usia yang terus bertambah, maka muncullah gejala-gejala kejiwaan dan emosi yang tidak stabil hal inilah yang sedikit banyaknya dapat mempengaruhi kepuasan pensiunan dalam perkawinannya. Bagi sebagian keluarga, dimana suami yang menjadi tulang punggung keluarga maka ketika masa pensiun tiba, pendapatan keluarga akan menurun dan hal ini menjadi permasalah bagi keluarga dan berpengaruh terhadap pola hidup mereka. Sedangkan bagi keluarga dimana sudah ada rencana persiapan yang cukup matang ketika suami memasuki masa pensiun dengan seiring berjalannya waktu dan pensiunan sudah mulai menyesuaikan dengan hidup yang baru maka akan mengalami kepuasan perkawinan yang meningkat. Puas atau tidaknya pasangan terhadap pernikahan tersebut, dapat dipengaruhi pula bagaimana penyesuaian individu dalam memasuki masa pensiun. Hormstein dan Wapner Hoyer,1999 mengemukakan empat model penyesuaian terhadap masa pensiun, yaitu: Transition to Old AgeRest ; Individu dengan tipe ini menganggap pensiun sebagai masa santai dan merupakan akhir pra kerja yang penuh dengan tekanan dan dimulainya gaya hidup yang menyenangkan dan santai ketika memasuki masa tua, The New Begining ; Individu memandang pensiun sebagai kesempatan yang menyenangkan, peluang untuk hidup sesuai dengan keinginan dan mempunyai kebebasan menghabiskan waktu dan energi untuk diri sendiri. Pensiun ditandai dengan perasaan baru, kembali bervitalitas, antusias dan energi yang bertambah. Individu memandang masa depan dengan positif sebagai saat untuk meraih kendali atas tujuan dan kesenangan hobi dan minat jangka panjang. Bagi individu tipe ini, pensiun merupakan awal yang baru dan tidak terkait sama Rizki Fadilah Raz : Kepuasan Perkawinan Pada Pensiunan Pria, 2009. USU Repository © 2009 sekali dengan proses menua, Contimation ; pensiun tidak membawa dampak personal yang penting bagi individu. Walaupun telah pensiun, individu ini mampu untuk kembali bekerja. Mereka berganti karir dan mencurahkan lebih banyak waktu untuk ketrampilan, hobi dan minat khusus. Pra pensiun dan pensiun dibedakan bukan dari aktivitas melainkan pengurangan langkah dan intensitas peran kerja, Imposed Diruption Individu memandang pensiun sebagai hal yang negatif hilangnya pekerjaan, tidak bisa lagi mencapai prestasi. Pekerjaan merupakan identitas yang sangat penting. Tanpa pekerjaan, bagian penting dari identitas diri itu juga ikut hilang. Walaupun dalma masa pensiun tersebut individu melakukan aktivitas-aktivitas lain, tetap saja timbul perasaan frustasi dan kehilangan. Bagi individu, tidak ada yang bisa menggantikan pekerjaan dan akhirnya tidak bisa menerima pensiun dengan baik. Skema. 1 Paradigma Penelitian Perkawinan Kepuasan Perkawinan Awal perkawinan : Perkenalan dan penyesuaian Memiliki dan membesarkan anak Anak meninggalkan rumah Masa pensiun Voluntary retirement Compulsory Retirement Perubahan Pensiun • Keuangan • Self-esteem • Hubungan sosial • Tugas • Self image • Rutinitas Kepuasan Perkawinan • Komunikasi • Aktivitas waktu luang • Agama • Resolusi terhadap konflik • Keuangan • Orientasi seksual • Keluarga dan teman • Kepribadian Rizki Fadilah Raz : Kepuasan Perkawinan Pada Pensiunan Pria, 2009. USU Repository © 2009

BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Kualitatif

Menurut Bogdan dan Taylor dalam Moleong, 2000 metode penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang akan menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini juga digunakan untuk menggambarkan dan menjawab pertanyaan seputar subyek penelitian beserta konteksnya. Salah satu kekuatan dari pendekatan kualitatif adalah dapat memahami gejala sebagaimana subyek mengalaminya, sehingga dapat diperoleh gambaran yang sesuai dengan diri subyek dan bukan semata-mata penarikan kesimpulan sebab akibat yang dipaksakan. Masa Penyesuaian Permasalahan Adapatasi Kepuasan perkawinan meningkat Kepuasan perkawinan menurun