Macam-macam Perceraian SEBAB DAN AKIBAT PERCERAIAN

16 bertujuan yang sama yaitu untuk berpisah antara suami isteri, dalam artian putusnya perkawinan. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa thalaq merupakan hak suami, akan tapi tidak hanya suami yang dapat melakukan pemutusan hubungan perkawinan, tetapi isteri juga dapat melakukan hal tersebut dengan cara menebus dirinya, supaya suaminya dapat menjatuhkan thalaq kepadanya. Perceraian semacam ini dinamakan perceraian karena khulu’.

B. Macam-macam Perceraian

Dalam pembahasan ini akan dipaparkan macam-macam perceraian sebagai pemutus ikatan perkawinan, yaitu sebagai berikut : 1. Thalaq Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa thalaq adalah pemutus tali ikatan perkawinan antara suami isteri walaupun dalam pengucapan thalaq itu menggunakan kata-kata yang seumpama dengan thalaq tapi maksud dan tujuannya sama, yaitu bercerai. Lafadz-lafadz thalaq dengan kinayah sindiran seperti, engkau tidak bersuami, keluarlah, pergilah, puaslah, menjauhlah, engkau haram untukku, aku mengharamkan padamu. 13 Thalaq dibagi dengan melihat pada keadaan yaitu melihat kepada keadaan isteri waktu dithalaq dan melihat diperbolehkannya si suami ke 13 Moh. Rifa’i, Mog. Zuhri, Salomo, Tarjamah Khulashah Kifayatul Akhyar, h.312 17 mantan isterinya. 14 Pengucapan thalaq yang dilakukan suami karena melihat keadaan isteri ini dibagi menjaadi dua macam, yaitu thalaq sunni dan thalaq bid’i. a. Thalaq sunni atau thalaq sunnah adalah thalaq yang sesuai dengan perintah Allah dan Rasulullah SAW, yaitu thalaq yang dilakukan ketika isteri dalam keadaan suci yang belum disetubuhi dan kemudian dibiarkan sampai ia selesai menjalani iddah. 15 Dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 121 juga dijelaskan tentang thalaq sunni adalah thalaq yang dibolehkan yaitu thalaq yang dijatuhkan terhadap isteri yang sedang suci dan tidak dicampuri dalam waktu suci tersebut. b. Thalaq bid’i atau thalaq bid’ah berarti seorang suami menceraikan isterinya dalam keadaan haid tapi ia sudah mencampurinya. 16 Thalaq bid’i adalah thalaq yang dilarang yaitu thalaq yang dijatuhkan pada waktu isteri dalam keadaan haid, atau isteri dalam keadaan suci tapi sudah dicampuri pada waktu suci tersebut, ini dijelaskan dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 122. Thalaq hanya dapat dilakukan sampai tiga kali. Pada thalaq satu dan dua masih terdapat peluang bagi suami isteri itu untuk kembali rujuk sebelum masa iddahnya habis. Tetapi jika masa iddahnya habis maka untuk melakukan rujuk harus menggunakan akad nikah yang baru. Seperti firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 229, yaitu : 14 Amir Syarifuddin, Garis-garis Besar Fiqih, Jakarta : Prenada Media, 2003 , cet ke 1, h.130 15 Syaikh Hasan Ayyub, Fikih Keluarga, h.211 16 Ibid, h.214 18 ⌧ ☺ ☺ ⌧ ☺ ⌧ ☺ ⌧ Artinya : Thalaq yang dapat dirujuki dua kali. Setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara yang ma’ruf atau menceraikan dengan cara yang baik. Tidak halal bagi kamu mengambil kembali dari sesuatu yang telah berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Jika kamu khawatir bahwa keduanya suami isteri tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Maka tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh isteri untuk menebus dirinya. Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu melanggarnya. Barang siapa yang melanggar hukum- hukum Allah mereka itulah orang-orang yang zalim . Al- Baqarah2 : 229 Sedangkan apabila telah jatuh thalaq tiga, maka suami isteri tersebut tidak boleh melakukan rujuk, kecuali jka isteri telah melakukan penikahan dengan laki-laki lain muhallil dan laki-laki itu telah menyetubuhinya serta menceraikannya dan telah habis pula masa iddahnya. Hal ini terdapat dalam Al-qur’an surat Al-Baqarah ayat 230, yaitu : ⌧ ⌧ ⌧ 19 Artinya : Kemudian jika si suami menthalaqnya sesudah thalaq yang kedua. Maka isteri itu tidak lagi halal baginya hingga dia kawin dengan laki-laki yang lain. Kemudian jika laki-laki lain itu menceraikannya. Maka tidak ada dosa bagi keduanya mantan suami pertama dan isteri untuk kawin kembali jika keduany berpendapat akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Itulah hukum-hukum Allah, diterangkannya pada kaum yang mau mengetahui. Al-Baqarah2 :230 Thalaq yang menunjukkan bolehnya si suami kembali pada mantan isterinya dapat dibagi menjadi thalaq Raj’i dan thalaq Ba’in. a. Thalaq Raj’i yaitu thalaq satu atau thalaq dua tanpa didahului tebusan dari pihak isteri, pada thalaq ini si suami diberi hak untuk kembali kepada isterinya tanpa melalui nikah baru, selama isterinya masih dalam keadaan iddah. 17 Dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 118 bahwa thalaq raj’i adalah thalaq kesatu dan thalaq kedua, dimana suami isteri berhak rujuk selama isteri dalam masa iddah. b. Thalaq ba’in yaitu thalaq yang dijatuhkan suami kepada isterinya yang thalaq tersebut sebagai pengganti dari mahar yang dikembalikannya disebut khulu’ atau thalaq tiga. 18 17 Amir Syarifuddin, Garis-garis Besar Fiqih, h.130 18 Abdul Qadir Jaelani, Keluarga Sakinah, Surabaya : Bina Sarana Ilmu Offset, 1995 , cet pertama, h.331 20 Thalaq ba’in ini dibagi menjadi dua yakni thalaq bai’in sughra dan thalaq ba’in kubra. a. Thalaq bai’in sughra yaitu thalaq satu dan dua dengan meggunakan tebusan dari pihak isteri atau tanpa melalui putusan pengadilan dalam bentuk fasakh. 19 Suami dapat kembali rujuk kepada isterinya dithalaq ba’in ini dengan aqad dan mahar baru tanpa disyari’atkan harus kawin terlebih dahulu. 20 b. Thalaq bai’n kubra yaitu thalaq tiga. Hukumnya sama dengan thalaq bai’n sughra, hanya yang membedakannya suami pertama boleh kembali dengan syarat isteri yang bersangkutan sudah menikah kemudian bercerai dengan laki-laki lain secara sah. 21 2. Khulu’ Menurut bahasa khulu’ berarti tebusan. Dan menurut istilah khulu’ berarti thalaq yang diucapkan isteri dengan mengembalikan mahar yang telah diberikan suaminya. Artinya, tebusan itu dibayarkan oleh seorang isteri kepada suaminya yang dibencinya agar suaminya itu dapat menceraikannya. 22 19 Amir Syarifuddin, Garis-garis Besar Fiqih, h.131 20 A. Fuad Said, Perceraian menurut Hukum Islam, Jakarta : Puataka Al-Husna, 1994, cet pertama, h.55 21 Ibid, h.63 22 Syaikh Hasan Ayyub, Fiqih Keluarga, h.305 21 Asal kata khulu’ adalah khul’an, yakhla’u, khala’a, yang berarti melepaskan atau menanggalkan. 23 Dasar khulu’ adalah firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 229, yaitu : ⌧ ☺ Artinya : Jika kamu khawatir bahwa keduanya suami isteri tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah, maka tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh isteri untuk menebus dirinya Al-Baqarah2 :229 Khulu’ juga dapat berarti “Fida” atau tebusan kerena isteri meminta cerai kepada suaminya dengan membayar sejumlah tebusan atau imbalan. 24 Khulu’ ialah perceraian antara suami isteri yang mana suami menerima tebusan dari isterinya. 25 Dari pengertian khulu’ diatas dapat diambil kesimpulan bahwa khulu’ adalah hak memutus aqad nikah oleh isterinya terhadap suaminya yang dapat terjadi atas kesepakatan jumlah tebusan mahar atau perintah hakim agar isteri membayar dengan jumlah tertentu dan tidak melebihi jumlah mahar suaminya. 26 3. Li’an 23 A.W. Munawwir, Al-Munawwir, Kamus Arab Indonesia, h.361 24 H. A. Fuad Said, Perceraian Menurut Hukum Islam, h.95 25 Moh. Rifa’i, Drs. Moh. Zuhri, Drs. Salomo, Tarjamah Khulashah Kifayatul Akhyar, h.305 26 A. Rahman I Doi, Penjelasan Lengkap Hukum-hukum Allah Syari’ah, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2002, cet pertama, h.251 22 Li’an menurut bahasa artinya “la’nat” termasuk dosa sebab salah satu dari suami isteri berbuat dosa. Li’an menurut istilah artinya suami menuduh isterinya berzina, ia bersumpah bersedia menerima la’nat apabila ia berbohong. 27 Kata li’an ini berasal dari kata al-la’nu yaitu ucapan seorang suami sebagai berikut : “Aku bersaksi kepada Allah bahwa aku benar-benar melihat isteriku telah berzina”. Kalau ada bayinya yang lahir dan ia yakini bahwa itu bukan anaknya, maka hendaklah ia nyatakan bahwa bayi itu bukan anaknya. Ucapan itu hendaklah diulanginya empat kali kemudian ditambah kepada yang kelima dengan kalimat “laknat Allah akan menimpaku sekiranya aku dusta dalam tuduhanku ini. 28 Li’an adalah tuduhan suami bahwa isterinya berbuat zina. Hal ini diatur dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 126 bahwa li’an terjadi karena suami menuduh isteri berbuat zina atau mengingkari anak dalam kandungan atau yang sudah lahir dari isterinya, sedangkan isterinya menolak tuduhan dan atau pengingkaran tersebut. 29 Hal li’an ini disebutkan dalam firma Allah SWT dalam surat An-Nur ayat 6-7, yaitu : 27 Moh. Rifa’i, Drs. Moh. Zuhri, Drs. Salomo, Tarjamah Khulashah Kifayatul Akhyar, h.329 28 Syaikh Hasan Ayyub, Fqih Keluarga, h.343 29 H. Abdurrahman S.H, M.H, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, Jakarta : Akademika Pressindo, 1992, cet. Kedua, h.142 23 Artinya : Dan orang-orang yang menuduh isterinya berzina, padahal mereka tidak ada mempunyai saksi-saksi selain diri mereka sendiri, maka persaksian orang itu aalah empat kali bersumpah dengan nama Allah , sesungguhnya ia adalah termasuk orang-orang yang benar. Dan sumpah yang kelima : bahwa la’nat Allah atasnya, jika ia termasuk orang-orang yang berdusta. Q.S. An-Nur24 : 6-7 Si suami harus dapat menghadirkan empat orang saksi jika tidak ia harus bersumpah sebanyak empat kali dan diteruskan sumpah yang kelima diiringi dengan perkataan “Laknat Allah atas dirinya apabila tuduhan itu dusta”. 4. Ila’ Secara etimologi bahasa, kata ila’ berarti melarang diri dengan menggunakan sumpah sedangkan menurut istilah kata ila’ berarti sumpah untuk tidak mencampur lagi isteri dalam waktu empat bulan atau dengan tidak menyebutkan jangka waktunya. 30 Hukum ila’ ini terdapat dalam surat Al-Baqarah ayat 226, yaitu : ⌦ ⌧ Artinya : Kepada orang-orang yang meng-ilaa’ isterinya diberi tangguh empat bulan lamanya. Kemudian jika mereka kembali kepada 30 Syaikh Hasan Ayyub, Fiqih Keluarga, h.289 24 isterinya, maka sesungguhnya Allah maha pengampun lagi maha penyayang. Q.S. Al-Baqarah2 : 226 5. Fasakh Fasakh berarti mencabut atau menghapus, maksudnya ialah perceraian yang disebabkan oleh timbulnya hal-hal yang dianggap berat oleh suami atau isteri atau keduanya sehingga mereka tidak sanggup untuk melaksanakan kehidupan suami isteri dan mencapai tujuannya. 31 Diantara alasan-alasan yang dapat diajukan dalam perkara fasakh ialah : a. Cacat atau penyakit; b. Suami tidak membari nafkah; c. Meninggalkan tempat kediaman bersama; d. Menganiaya berat; e. Salah seorang dari suami atau isteri melakukan zina; f. Murtad atau keluar dari Islam; g. Dan lain-lain. 32 Inti dari fasakh ialah bahwa seorang suami atau isteri merasa dirugikan atas hak-hak mereka yang telah ditentukan sebagai seorang suami atau isteri tidak tercapai dan membuat suami isteri tidak sanggup untuk melanjutkan rumah tangga mereka. Apabila mereka melanjutkan 31 Kamal Mukhtar, Azaz-azaz Hukum Islam, Jakarta : PT. Bulan Bintang, 1993, cet, ketiga, h.212 32 Ibid, h.213 25 rumah tangganya maka akan semakin buruk bukan semakin baik, hal inilah yang tidak boleh terjadi dalam rumah tangga. 6. Zihar Secara etimologi bahasa, kata zihar berarti punggung. Sedangkan menurut istilah, kata zihar adalah suatu ungkapan suami kepada isterinya, “kamu seperti punggung ibuku”, dengan maksud ia mengharamkan isterinya bagi dirinya. 33 Zihar termasuk macam cerai zaman jahiliyah, agama Islam merubah hukumnya menjadi haram, dan wajib membayar kafarah serta tetap menjadi suami isteri. Dalam keadaan zihar tidak boleh melakukan hubungan suami isteri, berdasarkan firman Allah SWT Al-Mujadalah ayat 3 : ☺ ☺ ☺ ☺ Artinya : Orang-orang yang menzhihar isteri mereka, kemudian mereka hendak menarik kembali apa yang mereka ucapkan, Maka wajib atasnya memerdekakan seorang budak sebelum kedua suami isteri itu bercampur. Demikianlah yang diajarkan kepada kamu, dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. Al-Mujaadilah 58 : 3 7. Syiqaq Syiqaq yaitu krisis memuncak yang terjadi antara suami isteri demikian rupa sehingga antara suami isteri terjadi pertentangan pendapat 33 Syaikh Hasan Ayyub, Fqih Keluarga, h.327 26 dan pertengkaran, menjadi dua pihak yang tidak mungkin dipertemukan, dan kedua pihak tidak mengatasinya. 34 Jadi syiqaq itu adalah percekcokan antara suami isteri yang secara terus menerus dan dipastikan tidak ada harapan lagi untuk membuat rumah tangganya rukun kembali.

C. Faktor-faktor Perceraian