26
dan pertengkaran, menjadi dua pihak yang tidak mungkin dipertemukan, dan kedua pihak tidak mengatasinya.
34
Jadi syiqaq itu adalah percekcokan antara suami isteri yang secara terus menerus dan dipastikan tidak ada harapan lagi untuk membuat rumah
tangganya rukun kembali.
C. Faktor-faktor Perceraian
Perkawinan bertujuan untuk membuat hubungan dua insan pria dan wanita menjadi harmonis selamanya. Dua insan tersebut menjadi pasangan
suami isteri yang bahagia dalam berumah tangga. Suami isteri sangat mendambakan rumah tangga yang harmonis dan
bahagia sepanjang masa, tetapi hal-hal yang tidak diinginkan pasti terjadi dalam rumah tangga, seperti perselisihan dalam rumah tangga, berawal dari
perselisihan atau salah paham tersebut, maka suami isteri menjadi curiga mencurigai dan dampaknya rumah tangganya menjadi tidak harmonis lagi,
sehingga kebahagiaan menjadi berkurang. Kurang harmonisnya ini disebabkan karena rasa kasih sayang dalam rumah tangga tersebut tidak ada lagi.
Hal-hal yang menjadi sebab-sebab putusnya ikatan perkawinan antara seorang suami dengan seorang isteri yang menjadi pihak-pihak terikat dalam
perkawinan menurut undang-undang nomor 1 tahun 1974 pasal 38 dinyatakan
34
Kamal Mukhtar, Azaz-azaz Hukum Islam, h.204
27
ada tiga sebab, yaitu karena kematian, karena perceraian dan atas keputusan pengadilan.
35
Perceraian dapat merupakan sebab suami, sebab isteri, dan sebab keputusan pengadilan, akan dijabarkan sebagai berikut :
1. Sebab yang merupakan hak suami
Ikatan perkawinan yang dibangun oleh pihak-pihak dengan dasar sukarela dalam arti bebas dari paksaan luar, termasuk pihak seperti wali,
orang tua ataupun penguasa. Oleh karena itu dalam kondisi tertentu bila ikatan itu tidak dapat dipertahankan, Islam memperbolehkan untuk
memutus ikatannya atas dasar kemauan pihak-pihak. Suami diberi hak untuk melaksanakan suatu perbuatan hukum yang akan menjadi sebab
pemutusannya. Perbuatan hukum itu disebut dengan thalaq.
36
2. Sebab yang merupakan hak isteri
Isteri diberi hak untuk melakukan suatu perbuatan hukum yang menjadi sebab putusnya perkawinan, perbuatan hukum tersebut adalah
khul’un .
37
Isteri meminta suaminya untuk melakukan pemutusan tali ikatan perkawinan dengan cara isteri menyediakan pembayaran utnuk
menebus dirinya kepada suaminya. 3.
Sebab atas keputusan pengadilan
35
Ahmad Khuzari, M.A, Nikah Sebagai Perikatan, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1995, cet. pertama, h.117
36
Ibid, h. 117-118
37
Ibid, h. 121
28
Sesuai dengan kedudukannya, kekuasaan atau hak pengadilan berada diluar pihak-pihak yang mengadakan akad sehingga dalam hal
pemutusan hubungan ikatan perkawinan ini pengadilan tidak melakukan inisiatif. Keterlibatannya terjadi apabila salah satu pihak, maka pihak
suami atau pihak isteri mengajukan gugat atau permohonan kepada pengadilan.
38
Perceraian hanya dapat dilakukan dalam sebuah sidang di pengadilan. Apabila perceraian dilakukan bukan di dalam sidang
pengadilan maka perceraiannya itu tidak sah karena tidak ada kekuatan hukumnya yang tetap. Pada permulaan sidang di pengadilan, hakim
melakukan perdamaian terhadap para pihak untuk tidak bercerai, akan tetapi apabila tidak dapat didamaikan maka sidang dilanjutkan.
Suami isteri memiliki hak yang sama untuk melakukan perceraian karena para pihak itu tidak melaksanakan hak dan kewajibannya dalam
rumah tangga. Akan tetapi perceraian itu harus dengan alasan-alasan yang sesuai dengan apa yang telah diatur dalam undang-undang. Memang
prinsip undang-undang perkawinan adalah mempersulit terjadinya perceraian. Karena tujuan dari perkawinan itu adalah membentuk keluarga
bahagia yang kekal serta sejahtera. Oleh karena itu perkawinan harus dicatatkan, ini disebutkan dalam
pasal 2 ayat 2 Undang-undang nomor 1 tahun 1974 dikatakan bahwa “tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan
38
Ibid, h. 123
29
yang berlaku”, maksudnya apabila terjadi perceraian diantara suami isteri dapat diputuskan perceraiannya oleh pengadilan karena telah ada bukti
otentik berupa surat nikah dan apabila pernikahan itu benar-benar terjadi maka suami isteri tersebut mendapatkan akta cerai.
Adapun menurut undang-undang nomor 1 tahun 1974 pasal 39 ayat 2 dijelaskan bahwa untuk melakukan perceraian diperlukan alasan-alasan
yang dapat dijadikan dasar untuk perceraian, oleh karena itu dalam Peraturan Pemerintah No.9 tahun 1975 pasal 19 dan dalam Kompilasi
Hukum Islam pasal 116 dan 51 menjelaskan tentang alasan perceraian yang dapat terjadi. Dalam hal ini dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi
dan lain sebagainya yang sulit disembuhkan Zina adalah perbuatan yang dilarang oleh agama. Zina
merupakan salah satu alasan untuk bercerai, pembuktian zina ini dapat dilakukan dengan mendengar kesaksian para saksi yang memang
benar-benar mengetahui perbuatan zina tersebut, namun jika dalam pembuktiannya ini sulit untuk dilakukan maka dalam persidangan
digunakan istilah perselingkuhan. Awal dari perbuatan ini menimbulkan pertengkaran serta memancing konflik dalam rumah
tangga secara terus-menerus. Begitu pula dengan perbuatan buruk lainnya seperti judi, madat, mabuk yang berdampak sama dengan
perbuatan zina.
30
b. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama dua tahun berturut-
turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain diluar kemampuannya.
Perceraian dengan alasan di atas bertujuan untuk melindungi pihak yang ditinggalkan karena tidak ada kejelasan tentang informasi
keberadaan pihak yang meninggalkan, sehingga pihak yang ditinggalkan dapat terlindungi akan haknya.
c. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara lima tahun atau
hukumannya lebih berat setelah perkawinan berlangsung. Dalam Peraturan Pemerintah No.9 tahun 1975 pasal 23
disebutkan bahwa : Gugatan perceraian karena salah seorang suami isteri mendapatkan hukuman penjara lima tahun atau hukuman yang
lebih berat, sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 19 huruf c maka untuk mendapatkan putusan perceraian sebagai bukti penggugat
cukup menyampaikan salinan putusan pengadilan yang memutuskan perkara disertai keterangan yang menyatakan bahwa putusan itu telah
mempunyai kekuatan hukum yang tetap. Hal ini berarti pihak tergugat tidak dapat melumpuhkan alat
bukti yang diajukan penggugat, karena hakim pun terikat secara mutlak atas alat bukti tersebut dengan syarat :
1 Hukuman yang dijatuhkan paling rendah lima tahun penjara
2 Putusan telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap
31
3 Adanya keterangan dari pengadilan yang bersangkutan yang
menjelaskan bahwa putusan pidana tersebut telah benar-benar mempunyai hukum yang tetap
4 Putusan dijatuhkan setelah perkawinan berlangsung diantara suami
isteri.
39
d. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang
membahayakan pihak lain. Jika seorang suami melakukan penganiayaan berat terhadap
isterinya, maka isteri berhak mengajukan gugatan cerai terhadap suaminya di pengadilan. Sebagai langkah untuk tidak terjadi hal-hal
yang lebih buruk lagi. e.
Salah satu pihak mendapatkan cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami atau isteri.
Cacat badan juga dapat dijadikan alasan untuk bercerai, ini disebabkan oleh karena salah satu pihak tidak melaksanakan
kewajibannya sebagai suami isteri. Perceraian pada alasan ini dapat tidak terjadi jika masing-masing pihak mau menerima kekurangan
serta kelebihan masing-masing. f.
Antara suami isteri terus-menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran serta tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga.
Pertengkaran yang terjadi antara suami isteri secara terus- menerus ini berdampak buruk bagi kelangsungan hidup rumah tangga
39
M. Yahya Harahap, Kedudukan, Kewenangan, dan Acara Peradilan Agama, Jakarta : Pustaka Kartini, 1993, cet. kedua, h.260
32
mertak. Semua usaha harus dilakukan untuk berdamai antara suami isteri tersebut, tetapi kalaupun tidak bisa maka salah satu jalan adalah
perceraian. Pembuktian dalam kasus ini didengar pihak keluarga ataupun pihak yang dekat dengan suami isteri tersebut.
Dalam Kompilasi Hukum Islam Indonesia, selain alasan-alasan tersebut di atas masih ada tambahan, yakni :
g. Suami melanggar taklik thalaq
Dalam perceraian karena suami melanggar taklik thalaq. Perlu diketahui apakah suami mengucapkan taklik thalaq atau tidak, maka
jika si suami mengucapkan taklik thalaq, si isteri merasa dirugikan. Oleh karena itu alasan ini dapat diterima sebagai alasan untuk bercerai.
h. Peralihan agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya ketidak
rukunan dalam rumah tangga. Murtad adalah keluar dari agama Islam, maka haram bagi diri
isterinya yang masih beragama Islam.
40
Batalnya perkawinan ini bertujuan untuk melindungi serta memelihara aqidah suami atau isteri.
i. Suami melanggar perjanjian perkawinan terdapat dalam pasal 51
Kompilasi Hukum Islam Dalam pasal 45 Kompilasi Hukum Islam disebutkan bahwa
perjanjian yang dimaksud adalah perjanjian taklik thalaq perjanjian yang tidak bertentangan dengan hukum Islam. Ini bertujuan untuk
melindungi pihak suami atau isteri dalam berumah tangga. Perjanjian ini harus disahkan oleh pegawai pencatat nikah sebagai bukti otentik.
40
M . Thalib, Penyebab Perceraian dan Penanggulangannya, Bandung : Irsyad Baiuts Salam, 1997, cet. pertama, h.179
33
D. Akibat Perceraian