Kekuasaan Pengadilan Prosedur Perceraian di Pengadilan Agama

54

1. Kekuasaan Pengadilan

Penyelenggaraan kekuasaan kehakiman Judicial Power di Indonesia dilaksanakan oleh pengadilan dalam lingkungan Peradilan umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer dan Peradilan Tata Usaha Negara, yang puncaknya pada Mahkamah Agung sebagai Pengadilan Negara Tertinggi. Pengadilan pada keempat lingkungan peradilan itu memiliki cakupan dan batasan-batasan kekuasaan masing-masing. 17 Kekuasaan pengadilan pada masing-masing tingkangan terdiri dari atas kekuasaan relatif dan kekuasaan mutlak. Kekuasaan relatif relative competentie berhubungan dengan daerah hukum suatu pengadilan, baik pengadilan tingkat pertama maupun tingkat banding. Adapun kekuasaan mutlak absolute compententie pengadilan berkenaan dengan jenis perkara dan sengketa kekuasaan pengadilan. 18 Sebenarnya tidak ada perbedaan dalam pemeriksaan perkara perdata di lingkungan Peradilan Umum dan Peradilan Agama. Hukum acara yang diterapkan dalam lingkup keduanya yaitu hukum acara perdata umum. Mengenai hukum acara yang dipergunakan Peradilan Agama adalah yang termuat dalam Undang-undang No.7 Tahun 1989 amandemen dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006 tentang Peradilan Agama, sebagai aturan khusus lex specralis ditambah dengan hukum acara yang berlaku di lingkungan Peradilan Umum sebagai aturan umum lex 17 Cik Hasan Bisri, Peradilan Agama di Indonesia, Jakarta, PT RajaGrafindo Persada, 2003, h. 217. 18 Ibid, h. 220 55 generalis bagi hal-hal yang tidak ditemukan dalam Undang-undang No.7 tahun 1989, amandemen Undang-undang No. 3 Tahun 2006 tentang Peradilan Agama. 19 Akan tetapi, dalam pemeriksaan sengketa perkawinan utamanya dalam perkara perceraian berlaku hukum acara khusus dalam lingkungan Peradilan Agama, hal tersebut diatur dalam: a. Undang-undang No. 7 Tahun 1989, Amandemen Undang-undang No. 3 Tahun 2006. tentang Peradilan Agama Pasal 54-91 b. Undang-undang No. l Tahun 1974 dan Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975, tentang pelaksanaan Undang-undang No. 1 Tahun 1974. c. Intruksi Presiden No. 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam. d. Peraturan Menteri Agama No. 2 Tahun 1987 tentang Wali Hakim. e. Peraturan-peraturan lainnya yang berkenaan dengan sengketa perkawinan. f. Kitab-kitab fiqh sebagai sumber penemuan hukum. g. Yurisprudensi sebagai sumber hukum. 20 Pemutusan perkara bagi umat Islam yang sesuai dengan ketentuan Undang-undang dan hukum keluarga Islam diharapkan dapat berjalan ketentuan hukum yang adil demi tercapainya penegakan supremasi hukum law enforcement, khususnya hukum keluarga Islam di Indonesia. 19 Raihan A. Rasyid, Hukum Acara Peradilan Agama, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002. Cet. ke-9, h. 47. 20 A. Mukti Arto, Praktek Pada Pengadilan Agama, h. 205-206. 56

E. Proses Administrasi Perkara