4. Foto jurnalistik adalah paduan dari foto dan teks foto.
5. Foto jurnalistik mengacu pada manusia, Manusia adalah subjek, sekaligus
pembaca foto jurnalistik. 6.
Foto jurnalistik adalah komunikasi dengan orang banyak mass audiences. Ini berarti pesan yang disampaikan harus singkat dan harus segera diterima orang
yang beraneka ragam.
7. Foto jurnalistik juga merupakan hasil kerja editor foto.
8. Tujuan foto jurnalistik adalah memenuhi kebutuhan mutlak penyampaian
informasi kepada sesama, sesuai amandemen kebebasan berbicara dan kebebasan pers freedom of speech and freedom of press.
24
Selain foto, buku Sex for Sale juga berisi teks yang memperkuat isi foto yang ditampilkan. Sesuai dengan definisinya, teks foto adalah kata-kata yang menjelaskan
foto. Teks foto diperlukan untuk melengkapi suatu foto. Kalau tanpa teks foto maka sebuah foto hanyalah gambar yang bisa dilihat tanpa bisa diketahui apa informasi di
baliknya. Sesuai dengan kategori yang dibuat Badan Foto Jurnalistik Dunia World Press
Photo Foundation, isi buku Sex for Sale yang berupa foto-foto dapat dikategorikan ke dalam foto social and environment yaitu foto-foto tentang kehidupan sosial
masyarakat serta lingkungan hidupnya. Contoh, foto penduduk di sekitar Kali Manggarai yang sedang mencuci piring, foto asap buangan kendaraan di jalan, dan
sebagainya.
II.6. PROSTITUSI
II.6.1. Prostitusi dan Prostitusi Anak
Prostitusi atau pelacuran adalah penjualan jasa seksual untuk uang. Seseorang yang menjual jasa seksual disebut pelacur, yang kini sering disebut dengan istilah
pekerja seks komersial PSK. Dalam pengertian yang lebih luas, seseorang yang menjual jasanya untuk hal yang dianggap tak berharga juga disebut melacurkan
24
Audy Mirza Alwi, “Foto Jurnalistik: Metode Memotret dan Mengirim Foto ke Media Massa”, PT. Bumi Aksara, 2004, halaman 4-5
Universitas Sumatera Utara
dirinya sendiri, misalnya seorang musisi yang bertalenta tinggi namun lebih banyak memainkan lagu-lagu komersil. Di Indonesia pelacur sebagai pelaku pelacuran sering
disebut sebagai sundal atau sundel. Ini menunjukkan bahwa perilaku perempuan sundal itu sangat begitu buruk, hina dan menjadi musuh masyarakat. Mereka kerap
digunduli bila tertangkap aparat penegak ketertiban. Mereka juga digusur karena dianggap melecehkan kesucian agama dan mereka juga diseret ke pengadilan karena
melanggar hukum. Pekerjaan melacur sudah dikenal di masyarakat sejak berabad lampau ini
terbukti dengan banyaknya catatan tercecer seputar mereka dari masa ke masa. Sundal selain meresahkan juga mematikan, karena merekalah yang ditengarai menyebarkan
penyakit AIDS akibat perilaku seks bebas tanpa pengaman bernama kondom. Di kalangan masyarakat Indonesia, pelacuran dipandang negatif, dan mereka yang
menyewakan atau menjual tubuhnya sering dianggap sebagai sampah masyarakat. Istilah pelacur sering diperhalus dengan pekerja seks komersial, wanita tuna susila,
istilah lain yang juga mengacu kepada layanan seks komersial.
25
Prostitusi atau pelacuran anak adalah tindakan menawarkan pelayanan seorang anak untuk melakukan tindakan seksual demi uang atau bentuk imbalan lain dengan
seseorang atau kepada siapapun. Para aktivis hak-hak anak menghindari penggunaaan istilah pelacur anak child prostitutes karena cenderung berkonotasi negatif. Istilah
yang digunakan adalah anak-anak yang dilacurkan prostituted children yang menyiratkan kesadaran bahwa kehadiran anak-anak di dalam pelacuran adalah sebagai
korban mengingat anak belum dianggap mampu untuk mengambil keputusan memilih pekerja seks sebagai profesi. Di Indonesia berdasarkan analisis situasi yang dilakukan
25
“Pelacuran”, Wikipedia Indonesia, diakses dari http:id.wikipedia.orgwikiProstitusi pada tanggal 10 April 2010 pukul 22.00
Universitas Sumatera Utara
oleh seorang aktivis hak-hak anak, Mohammad Farid, pada tahun 1998, diperkirakan ada 40 ribu hingga 70 ribu anak-anak yang dilacurkan atau 30 dari jumlah PSK di
Indonesia. Di Semarang, pada pertengahan tahun 90-an muncul istilah ciblek untuk
menyebut anak-anak yang dilacurkan. Istilah ini menggantikan istilah warrior yang diambil dari sebuah judul film mengenai gang anak jalanan. Ciblek sendiri
merupakan nama burung kecil yang lincah dan sering berkicau dan pada masa itu sangat digemari di Semarang. Penggunaan istilah ciblek, awalnya merupakan
kependekan dari cilik-cilik betah melek, namun kemudian berubah menjadi cilik-cilik isa digemblek. Sedangkan untuk perempuan dewasa dikenal dengan sebutan prenjak.
Ini juga nama jenis burung, namun diplesetkan dengan kepanjangan perempuan nunggu diajak atau ada pula yang mengatakan perempuan ngajak kenthu
bersenggama. Di Yogyakarta, istilah untuk anak-anak yang dilacurkan dikenal dengan sebutan rendan yang kepanjangannya adalah kere dandan.
26
II.6.2. Sejarah dan Perkembangan Pelacuran di Indonesia