penelitian pada mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU Program Ekstensi Angkatan 2008-2009. Peneliti menetapkan sampel penelitian adalah mahasiswa sebab
hal yang menjadi bahan penelitian adalah prostitusi di kalangan pelajar dan mahasiswa.
Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Buku Sex for Sale dan Persepsi Publik” dan subjudul “Studi Korelasional
tentang Persepsi Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU Program Ekstensi Angkatan 2008-2009 terhadap Prostitusi Melalui Foto Jurnalistik dalam Buku Sex for
Sale”.
I.2. PERUMUSAN MASALAH
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Sejauhmanakah hubungan persepsi mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU Program Ekstensi
Angkatan 2008-2009 terhadap prostitusi melalui foto jurnalistik dalam buku Sex for Sale?”
I.3. PEMBATASAN MASALAH
Untuk menghindari terlalu luasnya ruang lingkup penelitian maka penulis membatasi masalah yang akan diteliti sebagai berikut:
1. Penelitian ini mencari bagaimana persepsi mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi
FISIP USU Program Ekstensi Angkatan 2008-2009 terhadap prostitusi melalui foto jurnalistik dalam buku Sex for Sale: Potret Faktual Prostitusi 27 Kota di
Indonesia karya Yuyung Abdi 2.
Foto jurnalistik yang digunakan adalah 6 foto serta teks dalam buku Sex for Sale yang menampilkan prostitusi di kalangan remaja, pelajar dan mahasiswa di
Universitas Sumatera Utara
halaman 28, 122-123, 138-139, 170, 204 dan 206-207. 3.
Objek penelitian ini adalah mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU Program Ekstensi Angkatan 2008-2009
4. Penelitian ini berlokasi di Kampus FISIP USU, Jl. A. Sofyan, Medan, Sumatera
Utara, Indonesia
I.4. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
I.4.1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah: 1.
Untuk mencari hubungan persepsi mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU Program Ekstensi Angkatan 2008-2009 dan potret prostitusi melalui foto
jurnalistik dalam buku Sex for Sale 2.
Untuk mencari hubungan pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang buku Sex for Sale Yuyung Abdi dan persepsi mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi
FISIP USU Program Ekstensi Angkatan 2008-2009
I.4.2. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1.
Secara akademis, penelitian ini diharapkan memperkaya sumber bacaan di lingkungan FISIP USU, khususnya Ilmu Komunikasi
2. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan penulis
mengenai foto jurnalistik dan peranannya sebagai media penyampaian suatu peristiwa dan sebagai media yang dapat mempengaruhi persepsi manusia
3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi
media massa dan fotografer jurnalistik.
Universitas Sumatera Utara
I.5. KERANGKA TEORI
Teori digunakan untuk menuntun peneliti menemukan masalah penelitian, menemukan hipotesis, menemukan konsep-konsep, menemukan metodologi dan
menemukan alat-alat analisis data. Melihat pentingnya kedudukan teori, maka merupakan sebuah keharusan setiap peneliti untuk memahami teori dan
kedudukannya dalam penelitiannya Bungin, 2009: 25.
I.5.1. Komunikasi
Manusia tidak bisa hidup sendirian. Ia secara tidak kodrati harus hidup bersama manusia lain, baik demi kelangsungan hidupnya, keamanan hidupnya, maupun demi
keturunannya. Jelasnya, manusia harus hidup bermasyarakat. Masyarakat bisa berbentuk kecil, sekecil rumah tangga yang hanya terdiri dari dua orang suami istri,
bisa berbentuk besar, sebesar kampung, desa, kecamatan, kabupaten atau kota, provinsi dan negara.
Semakin besar suatu masyarakat yang berarti semakin banyak manusia yang dicakup, cenderung akan semakin banyak masalah yang timbul, akibat perbedaan-
perbedaan antara manusia yang banyak itu dalam pikirannya, perasaannya, kebutuhannya, keinginannya, sifatnya, tabiatnya, pandangan hidupnya,
kepercayaannya, aspirasinya dan lain sebagainya yang sungguh terlalu banyak untuk disebut satu demi satu.
Dalam pergaulan hidup manusia di mana masing-masing individu satu sama lain beraneka ragam terjadi interaksi, saling mempengaruhi demi kepentingan dan
keuntungan pribadi masing-masing. Terjadilah saling mengungkapkan pikiran dan perasaan dalam bentuk percakapan.
Universitas Sumatera Utara
Hakikat komunikasi adalah proses pernyataan antarmanusia. Yang dinyatakan itu adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan mengunakan
bahasa sebagai alat penyalurnya. Dalam “bahasa” komunikasi pernyataan dinamakan pesan message. Orang
yang menyampaikan pesan disebut komunikator communicator, sedangkan orang yang menerima pernyataan diberi nama komunikan communicatee. Untuk tegasnya,
komunikasi berarti proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan. Jika dianalisis pesan komunikasi terdiri dari dua aspek, pertama isi pesan the content
of the message, kedua lambang symbol. Konkretnya isi pesan itu adalah pikiran atau perasaan dan lambang adalah bahasa.
5
Selanjutnya, Arni Muhammad juga mendefinisikan komunikasi sebagai pertukaran pesan verbal maupun nonverbal antara si pengirim dengan si penerima
pesan untuk mengubah tingkah laku. Proses komunikasi merupakan proses timbal William J. Seller memberikan definisi komunikasi yaitu proses dengan mana
simbol verbal dan non verbal dikirimkan, diterima dan diberi arti. Sedangkan Louis Forsdale 1981 mengemukakan bahwa komunikasi adalah proses memberikan signal
menurut aturan tertentu, sehingga dengan cara ini suatu sistem dapat didirikan, dipelihara dan diubah. Kata signal maksudnya adalah signal yang berupa verbal dan
nonverbal yang mempunyai aturan tertentu. Dengan adanya aturan ini menjadikan orang yang menerima signal yang telah mengetahui aturannya akan dapat memahami
maksud dari signal yang diterimanya. Selanjutnya Forsdale mengatakan bahwa pemberian signal dalam komunikasi dapat dilakukan dengan maksud tertentu atau
dengan disadari dan dapat juga terjadi tanpa disadari.
5
Onong Uchjana Effendy, “Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi”, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2007, halaman 27-28
Universitas Sumatera Utara
balik karena antara si pengirim dan si penerima saling mempengaruhi satu sama lain. Proses komunikasi itu berlangsung melalui tahap-tahap tertentu secara terus menerus,
berubah-ubah dan tidak ada henti-hentinya. Perubahan tingkah laku maksudnya perubahan yang terjadi di dalam diri individu mungkin dalam aspek kognitif, afektif
atau psikomotor.
6
I.5.2. Komunikasi Massa
Komunikasi massa seperti bentuk komunikasi lainnya komunikasi antarpersona, komunikasi kelompok atau komunikasi organisasi memiliki sedikitnya
enam unsur, yakni komunikator penyampai pesan, pesan, media, komunikan penerima pesan, efek dan umpan balik. Definisi komunikasi massa yang paling
sederhana dikemukakan oleh Bittner Rakhmat, 2003: 188 yakni: komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang.
Definisi komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh ahli komunikasi lain yaitu Gerbner. Menurut Gerbner 1967, komunikasi massa dalah produksi dan
distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri Rakhmat, 2003: 188. Dari
definisi Gerbner tergambar bahwa komunikasi massa itu menghasilkan suatu produk berupa pesan-pesan komunikasi. Produk tersebut disebarkan, didistribusikan kepada
khalayak luas secara terus menerus dalam jarak waktu yang tetap, misalnya harian, mingguan, dwimingguan atau bulanan. Proses memproduksi pesan tidak dapat
dilakukan oleh perorangan, melainkan harus oleh lembaga dan membutuhkan suatu teknologi tertentu, sehingga komunikasi massa akan banyak dilakukan oleh
masyarakat industri.
6
Arni Muhammad, “Komunikasi Organisasi”, PT. Bumi Aksara, 2007, halaman 5-7
Universitas Sumatera Utara
Menurut Wright bentuk baru komunikasi dapat dibedakan dari corak-corak yang lama karena memiliki karakteristik utama sebagai berikut diarahkan pada khalayak
yang relatif besar, heterogen dan anonim; pesan disampaikan secara terbuka, sering kali dapat mencapai kebanyakan khalayak secara serentak, bersifat sekilas;
komunikator cenderung berada atau bergerak dalam organisasi yang kompleks yang melibatkan biaya besar. Definisi Wright mengemukakan karakteristik komunikan
secara khusus, yaitu anonim dan heterogen. Adapun fungsi komunikasi massa menurut Wilbur Schramm adalah komunikasi
massa berfungsi sebagai decoder, interpreter dan encoder. Komunikasi massa men- decode lingkungan sekitar untuk kita, mengawasi kemungkinan timbulnya bahaya,
mengawasi terjadinya persetujuan dan juga efek-efek dari hiburan. Komunikasi massa menginterpretasikan hal-hal yang di-decode sehingga dapat mengambil kebijakan
terhadap efek, menjaga berlangsungnya interaksi serta membantu anggota-anggota masyarakat menikmati kehidupan. Komunikasi massa juga meng-encode pesan-pesan
yang memelihara hubungan kita dengan masyarakat lain serta menyampaikan kebudayaan baru kepada anggota-anggota masyarakat. Peluang ini dimungkinkan
karena komunikasi massa mempunyai kemampuan memperluas pandangan, pendengaran dalam jarak yang hampir tidak terbatas, dan dapat melipatgandakan
suara dan kata-kata secara luas. Pendapat Schramm pada dasarnya tidak berbeda dengan pendapat Harold D.
Lasswell yang menyebutkan fungsi-fungsi komunikasi massa sebagai berikut. 1.
Surveillance of the environment Fungsinya sebagai pengamatan lingkungan, yang oleh Schramm disebu sebagai
decoder yang menjalankan fungsi the watcher. 2.
Correlation of the parts of society in responding to the enviroment
Universitas Sumatera Utara
Fungsinya menghubungkan bagian-bagian dari masyarakat agar sesuai dengan lingkungan. Schramm menamakan fungsi ini sebagai interpreter yang
melakukan fungsi the forum. 3.
Transmission of the social heritage from one generation to the next Fungsinya penerusan atau pewarisan sosial dari satu generasi ke generasi
selanjutnya. Schramm menamakan fungsi ini sebagai encoder yang menjalankan fungsi the teacher.
Charles R. Wright menambahkan fungsi keempat yaitu entertaiment dan ia memberikan penjelasan keempat fungsi itu sebagai berikut.
1. Surveillance
Menunjuk pada fungsi pengumpulan dan penyebaran informasi mengenai kejadian-kejadian dalam lingkungan, baik di luar maupun di dalam masyarakat.
Fungsi ini berhubungan dengan apa yang disebut handling of news. 2.
Correlation Meliputi fungsi interpretasi pesan yang menyangkut lingkungan dan tingkah
laku tertentu dalam mereaksi kejadian-kejadian. Untuk sebagian, fungsi ini diidentifikasikan sebagai fungsi editorial atau propaganda.
3. Transmission
Menunjuk pada fungsi mengkomunikasikan informasi, nilai-nilai dan norma- norma sosial budaya dari satu generasi ke generasi yang lain atau dari anggota-
anggota suatu masyarakat kepada pendatang baru. Fungsi ini diidentifikasikan sebagai fungsi pendidikan.
4. Entertainment
Menunjuk pada kegiatan-kegiatan komunikatif yang dimaksudkan untuk
Universitas Sumatera Utara
memberikan hiburan tanpa mengharapkan efek-efek tertentu.
7
I.5.3. Teori S-R Stimulus-Respons
Teori Stimulus-Respons ini pada dasarnya merupakan suatu prinsip belajar yang sederhana, di mana efek merupakan reaksi terhadap stimulus tertentu. Dengan
demikian, seseorang dapat menjelaskan suatu kaitan erat antara pesan-pesan media dan reaksi audience. McQuail 1994: 234 menjelaskan elemen-elemen utama dari
teori ini adalah a pesan Stimulus; b seorang penerima atau receiver Organism; dan c efek Respons.
8
7
Wiryanto, “Teori Komunikasi Massa”, Grasindo, 2003, halaman 10-12
8
Burhan Bungin, “Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat”, Kencana Prenada Media Group , 2008, halaman 277-278
Prinsip stimulus-respons ini merupakan dasar dari teori jarum hipodermik, teori klasik mengenai proses terjadinya efek media massa yang sangat berpengaruh. Seperti
yang telah dijelaskan di atas, teori jarum hipodermik memandang bahwa sebuah pemberitaan media massa diibaratkan sebagai obat yang disuntikkan ke dalam
pembuluh darah audience, yang kemudian audience akan bereaksi seperti yang diharapkan. Dalam masyarakat massa, di mana prinsip stimulus-respons
mengasumsikan bahwa pesan informasi dipersiapkan oleh media dan didistribusikan secara sistematis dan dalam skala yang luas. Sehingga secara serempak pesan tersebut
dapat diterima oleh sejumlah besar individu, bukan ditujukan kepada orang per orang. Kemudian sejumlah besar individu itu akan merespons pesan informasi itu.
Penggunaan teknologi telematika yang semakin luas dimaksudkan untuk reproduksi dan distribusi pesan informasi itu sehingga diharapkan dapat memaksimalkan jumlah
penerima dan respons oleh audience, sekaligus meningkatkan respons oleh audience.
Universitas Sumatera Utara
I.5.4. Media Buku
Menurut Asep Saeful Mustadi sekurang-kurangnya ada tiga jenis media cetak: surat kabar, majalah dan buku. Ketika radio dan televisi secara berturut-turut muncul
sebagai media massa, kelompok pesimistis meramalkan akan suramnya masa depan dunia perbukuan. Termasuk juga media cetak lainnya, buku akan tergeser oleh
perkembangan media informasi elektronik. Kecenderungan masyarakat berubah bersamaan dengan semakin kuatnya efek
media elektronik. Akan tetapi, kenyataan menunjukkan sebaliknya. Buku tetap survive, dan bahkan merupakan media yang amat penting dalam kehidupan manusia.
Buku menawarkan informasi penting tentang ilmu pengetahuan; buku menyajikan hiburan bagi para pembacanya; buku menjadi teman yang paling dekat bagi para
penggemarnya. Berbeda dengan radio dan televisi, buku dapat dinikmati ulang dan berulang-ulang. Karenanya, ia mampu melakukan reformasi peradaban manusia, di
manapun di dunia ini.
9
I.5.5. Jurnalistik Foto
Jurnalistik foto merupakan salah satu jenis media jurnalistik selain media cetak dan media elektronik. Penggunaan foto dalam dunia jurnalistik berawal dari
pemakaian gambar-gambar lukisan dalam media tersebut. Termasuk gambar-gambar karikatur banyak digunakan dalam membantu mendeskripsikan pesan komunikasi
para penulisnya. Lukisan-lukisan tangan seperti itu banyak digunakan dalam koran- koran dan buku-buku yang terbit ketika itu. Jadi, kelengkapan gambar dalam buku,
sebetulnya sudah berkembang sejak pertama kali gambar-gambar itu ditemukan.
10
9
Asep Saefulah Mustadi, “Jurnalistik Pendekatan Teori dan Praktik”, Logos, 1999, halaman 88-103
10
Asep Saefulah Mustadi, “Jurnalistik Pendekatan Teori dan Praktik”, Logos, 1999, halaman 88-103
Universitas Sumatera Utara
Penggunaan foto jurnalistik dalam koran dan majalah mulai berkembang pada tahun 1930-an. Perkembangannya sangat cepat sehingga pada gilirannya teknologi
foto dapat mendorong perkembangan media jurnalistik. Foto jurnalistik kemudian tumbuh menjadi suatu konsep dalam sistem komunikasi yang sekarang disebut
komunikasi foto photographic commmunication. Komunikasi gambar tidak saja hadir dalam koran dan majalah. Kini buku-buku
ilmiah mulai banyak yang menggunakan foto dan gambar. Bahkan tidak sedikit buku yang mengkomunikasikan gagasannya hanya dengan gambar.
I.5.6. Prostitusi
Pelacuran atau prostitusi adalah penjualan jasa seksual untuk uang. Seseorang yang menjual jasa seksual disebut pelacur, yang kini sering disebut dengan istilah
pekerja seks komersial PSK. Di Indonesia pelacur sebagai pelaku pelacuran sering disebut sebagai sundal
atau sundel. Ini menunjukkan bahwa prilaku perempuan sundal itu sangat begitu buruk hina dan menjadi musuh masyarakat, mereka kerap digunduli bila tertangkap
aparat penegak ketertiban, mereka juga digusur karena dianggap melecehkan kesucian agama dan mereka juga diseret ke pengadilan karena melanggar hukum. Pekerjaan
melacur sudah dikenal di masyarakat sejak berabad lampau ini terbukti dengan banyaknya catatan tercecer seputar mereka dari masa ke masa. Sundal selain
meresahkan juga mematikan, karena merekalah yang ditengarai menyebarkan penyakit AIDS akibat perilaku seks bebas tanpa pengaman bernama kondom.
Di kalangan masyarakat Indonesia, pelacuran dipandang negatif, dan mereka yang menyewakan atau menjual tubuhnya sering dianggap sebagai sampah
Universitas Sumatera Utara
masyarakat.
11
Studi tentang pelacuran di Indonesia secara konsisten menunjukkan bahwa pendapatan para pekerja seks relatif lebih tinggi dibandingkan dengan pekerja pada
jenis jabatan lain yang banyak didominasi oleh tenaga kerja perempuan dengan pendidikan rendah. Kenyataannya, kalangan atas freelancer yang bekerja di bar,
diskotik dan karaoke di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya dan Bandung, mempunyai penghasilan sebesar Rp. 3-5 juta per bulan. Perempuan panggilan kelas
atas mungkin menerima pendapatan lebih banyak lagi. Jumlah penghasilan ini jauh lebih banyak jika dibandingkan dengan penghasilan yang diterima oleh pegawai
negeri kelas menengah atau pekerja pada jenis jabatan lain yang mensyaratkan pendidikan tinggi. Tingkat penghasilan para pelacur yang dicatat dalam berbagai studi
pelacuran di Indonesia sangat tinggi dan sangat menggoda para pekerja di sektor lain untuk memasuki industri tersebut. Di sisi lain terlihat adanya penolakan dari
masyarakat serta kecaman dari kalangan agama terhadap pelacuran. Jadi sebagian dari pendapatan ini bisa dianggap “premi” yang tidak menyenangkan dari pekerjaan,
termasuk ancaman penularan penyakit termasuk HIVAIDS.
12
I.5.7. Persepsi
Persepsi adalah menafsirkan stimulus yang telah ada di dalam otak. Meskipun alat untuk menerima stimulus itu serupa pada setiap individu, tetapi interpretasinya
berbeda. Tak seorang pun di antara kita yang dapat melihat objek, mendengar suara
11
“Pelacuran”, Wikipedia Indonesia, diakses dari http:id.wikipedia.orgwikiProstitusi pada tanggal 10 April 2010 pukul 22.00
12
Terence H. Hull, Endang Silistyaningsih dan Gavin W. Jones, “Pelacuran di Indonesia: Sejarah dan Perkembangannya”, Pustaka Sinar Harapan, 1997, halaman 99-100
Universitas Sumatera Utara
atau merasai makanan tanpa memproyeksikan sesuatu, bagian dari pengalaman masa lampau kepadanya. Akumulasi semua pengalaman sensoris sepanjang hidup masuk ke
dalam persepsi setiap orang, tak perduli berapa umurnya. Sebuah limau oleh anak mungkin dipersepsi sebagai bola yang berwarna lain. Bagi orang dewasa untuk makan
pagi biasanya dihidangkan dalam bentuk juice. Bagi sementara orang muda di negeri Inggris selama Perang Dunia II ketika limau sukar sekali didapat, merupakan buah
yang mewah. Jadi, dalam melukiskan gejala persepsi ini kita sampai pada apa yang disampaikan filosof Immanuel Kant: “Kita melihat benda-benda itu tidak
sebagaimana adanya benda-benda itu sendiri tetapi sebagaimana adanya diri kita”. Atau dengan kalimat lain: persepsi itu merupakan pengertian kita tentang situasi
sekarang dalam artian pengalaman-pengalaman kita yang telah lalu. Karena itu apa yang kita persepsi pada suatu waktu tertentu akan tergantung bukan saja pada
stimulusnya sendiri, tetapi juga pada latar belakang beradanya stimulus itu, seperti pengalaman-pengalaman sensoris kita terdahulu, perasaan kita pada waktu itu;
prasangka-prasangka, keinginan-keinginan, sikap dan tujuan kita.
I.6. KERANGKA KONSEP
Objek kajian dipahami dan ditata berdasarkan konsep-konsep. Setiap objek dan setiap hubungan antar-objek mempunyai nama dan nama itulah yang disebut konsep.
Konsep adalah suatu makna yang berada di alam pikiran atau di dunia kepahaman manusia yang dinyatakan kembali dengan sarana lambang perkataan atau kata-kata.
Dengan demikian, konsep bukanlah objek gejalanya itu sendiri, konsep adalah suatu hasil pemaknaan di dalam intelektual manusia yang memang merujuk ke gejala nyata.
Berdasarkan konsep-konsep itu peneliti dapat menata hasil pengamatannya ke dalam suatu tata kepahaman yang menggambarkan dunia realitas sebagaimana yang
Universitas Sumatera Utara
dirasa, dialami dan diamati Suyanto dan Sutinah, 2010: 47. Adapun kerangka konsep yang dikemukakan dalam penelitian adalah:
1. Variabel bebas atau independent variable x
Variabel bebas adalah variabel yang diduga sebagai penyebab atau pendahulu dari variabel yang lain Rakhmat, 2005: 12. Variabel bebas dalam penelitian ini
adalah prostitusi melalui foto jurnalistik dalam buku Sex for Sale 2.
Variabe l terikat atau dependent variable y Variabel terikat adalah variabel yang diduga sebagai akibat atau yang
dipengaruhi oleh variabel yang mendahuluinya Rakhmat, 2005: 12. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah persepsi mahasiswa Jurusan Ilmu
Komunikasi Ekstensi FISIP USU Angkatan 2008-2009
I.7. MODEL TEORITIS